Samarinda Berkabut Asap, Pemkot Ternyata Tak Punya Alat Ukur Kualitas Udara
Merdeka.com - Kota Samarinda berselimut kabut asap hampir 2 pekan. Diduga kuat, asap itu kiriman daerah lain akibat karhutla. Namun sayang, Pemkot Samarinda tidak punya alat ukur kualitas udara.
Pengamatan merdeka.com, kabut asap terlihat jelas jika pandangan mengarah ke kawasan Samarinda Ilir dan Palaran, serta di kawasan Samarinda Seberang. Semakin hari, terlihat semakin menebal.
"Sepertinya Samarinda ini enggak punya alat ukur kualitas udara. Ini lama kelamaan, kabut asap semakin tebal, tidak tahu apakah masih kategori sehat atau tidak," kata Rusman (43), salah satu pegawai swasta di Samarinda, ditemui merdeka.com di kawasan Jalan Basuki Rahmad, Senin (9/9) sore.
-
Dimana saja kabut asap terjadi? Biasanya, kejadian ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
-
Bagaimana kabut asap ganggu mata? Hal ini karena adanya debu dan zat iritatif yang terkandung di dalam kabut asap. Oleh karena itu, sediakan obat tetes mata dan pastikan menggunakan kacamata saat beraktivitas di luar rumah, terutama saat sedang menghadaoi kabut asap.
-
Siapa yang terdampak kabut asap? Dampak kabut asap dapat memperburuk kondisi penderita asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
-
Apa dampak kabut asap ke paru-paru? Sebuah penelitian menunjukkan bahwa efek kabut asap dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit paru-paru, seperti infeksi saluran pernapasan dan emfisema.
-
Di mana polusi udara tinggi? Laman IQAir yang diperbarui menunjukkan bahwa tingkat polusi udara di Jakarta berada dalam kategori sedang.
-
Dimana saja polusi udara terjadi? Fenomena polusi udara telah menjadi ancaman serius bagi kualitas udara di berbagai belahan dunia.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Samarinda Nurrahmani membenarkan. Saat ini, di kota Samarinda tidak memiliki alat pengukur kualitas udara, khususnya berkaitan dengan kabut asap.
"Dulu, waktu masih BLH (Badan Lingkungan Hidup), memang ada (alat ukur kualitas udara). Tapi, parameter yang berhubungan dengan kondisi kabut asap, tidak ada," kata Nurrahmani.
Hari ini, menurut Nurrahmani, DLH menggelar rapat agar alat dimaksud, bisa diadakan untuk tahun 2020 mendatang. "Tadi, kami rapat untuk penelusuran alat itu kembali. Perencanaan pemenuhan sesegera mungkin," ujar Nurrahmani.
"Iya (untuk sementara kualitas udara terkait kabut asap belum bisa diukur). Kami tadi rapatkan, untuk rencanakan dengan baik, dan bisa dipenuhi. Mudah-mudahan, bisa terakomodir tahun di tahun yang akan datang," tambahnya.
Untuk diketahui, dalam catatan merdeka.com, di tahun 2014-2015, Kota Samarinda pernah memiliki papan monitor digital pengukur kualitas udara, di kawasan simpang empat Voorvo, dan menerapkan kualitas udara sehat atau tidak sehat. Namun setelah rusak sejak lama, papan itu pun dilepas tanpa perbaikan.
"Memang tetap ada terlihat data sehat dan tidak sehat. Tapi tanpa parameter tentang kabut asap. Melainkan untuk indikator lain misal polusi dari kendaraan," demikian Nurrahmani.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hal ini dampak asap dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaTotal sudah 32.496 hektare lahan yang terbakar sepanjang Januari hingga September 2023.
Baca SelengkapnyaTiba-tiba jarak pandang berkurang diduga akibat pengaruh angin yang membawa asap di sekitar bandara.
Baca SelengkapnyaAnak-anak dan lanjut usia merupakan kelompok terbanyak sebagai penderita ISPA akibat kabut asap.
Baca SelengkapnyaPenyebab utama yang membuat udara Jakarta terlihat keruh karena adanya lapisan inversi.
Baca SelengkapnyaData terupdate pukul 08.42 Wib, Palembang menjadi kota dengan kualitas udara sangat buruk se-Indonesia di level 181 AQI US.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan terus meluas. Akibatnya, udara di Palembang memasuki kategori tak sehat.
Baca SelengkapnyaSebaran kabut asap akibat karhutla ini membuat kualitas udara di Palembang memburuk dan lebih parah dari polusi di Jakarta.
Baca SelengkapnyaAsap tebal karhutla ini membuat warga keculitan bernapas dan menyebabkan mata perih.
Baca SelengkapnyaKabut atau embun terjadi karena suhu permukaan bumi yang lebih dingin dari biasanya.
Baca SelengkapnyaJarak pandang hanya 200 meter terjadi di dua daerah.
Baca SelengkapnyaTingkat polusinya bahkan melampaui standar aman dari WHO.
Baca Selengkapnya