Sandiaga Berencana Hapus UN, Wapres JK Nilai Berbahaya
Merdeka.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak setuju dengan rencana Calon Wakil Presiden nomor urut 02, Sandiaga Uno menghapuskan Ujian Nasional (UN). JK menilai UN sangat penting untuk kualitas pendidikan di Indonesia.
"Jadi kalau mau dihapuskan itu berbahaya justru untuk kualitas pendidikan. Ada UN saja kualitas pendidikan kita masih rendah, apalagi kalau tidak ada," kata JK di Kantornya, Jalan Merdeka Utara, Selasa (19/3).
Dia menjelaskan UN sangat penting untuk mengevaluasi pendidikan Indonesia. Menurutnya, ini menjadi satu-satunya cara menilai kualitas pendidikan dan siswa. JK juga menjelaskan ujian tersebut adalah cara pemerintah melihat daerah sudah memiliki standar pendidikan yang baik atau belum.
-
Siapa yang menyatakan pentingnya pemeringkatan untuk menakar kualitas pendidikan? Menurut Ova, keberadaan pemeringkatan perguruan tinggi menjadi hal yang penting untuk menakar sejauh mana perguruan tinggi telah berproses dalam menghadirkan pendidikan yang berkualitas dan dampak nyata bagi masyarakat.
-
Bagaimana cara ANBK menilai mutu pendidikan? Mengutip Kemendikbud, ANBK adalah program evaluasi yang diselenggarakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan memotret input, proses, dan output pembelajaran di seluruh satuan pendidikan.
-
Kenapa Hardiknas jadi momen evaluasi? Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih, mengatakan bahwa Hardiknas 2024 menjadi momen untuk melakukan refleksi dan evaluasi.
-
Kenapa ANBK diganti dari Ujian Nasional? Beberapa tahun belakangan, Ujian Nasional atau UN sebagai penentu kelulusan sekolah telah diganti menjadi Asesmen Nasional Berbasis Komputer atau ANBK.
-
Bagaimana cara memperbaiki kualitas pendidikan? Masdar menyerukan perlunya reformasi mendalam dalam struktur pendidikan dan regulasi etika sosial untuk memperbaiki kualitas Pendidikan.
-
Mengapa Hari Pendidikan Nasional penting? Karena melalui pendidikan, kita menanam benih-benih masa depan yang lebih cerah bagi generasi penerus bangsa.
"Kita juga harus menjaga standar bahwa standar nasional di mana pun di Indonesia itu tingkat pengetahuan daripada lulusan SD,SMP,SMA itu harus mendekati nilai atau mendekati kemampuan yan kita ada sebelumnya," kata JK.
Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin ini juga tidak setuju terkait rencana Sandi mengganti UN menjadi tes bakat minat. Menurut dia, hal tersebut terlalu rumit.
"Itu dibutuhkan, berapa siswa tiap tahun? 5 juta. Bagaimana bisa membakatkan orang 5 juta setahun," ungkap JK.
Sebelumnya, dalam debat cawapres akhir pekan lalu, Sandiaga mengatakan bakal memfokuskan kepada pembangunan karakter budi pekerti. Sandiaga lantas mengutip pernyataan seorang pelajar asal Pamekasan bernama Salsabila Umar yang mengeluh kurikulum yang terlalu berat.
Dia pun berjanji akan menghapus ujian nasional (UN), dan menggantinya dengan program penerusan minat dan bakat.
"Kami akan menghapus ujian nasional. (UN) ini adalah biaya pendidikan tinggi. UN tidak berkeadilan. Kami ganti dengan penerusan minta dan bakat. Mereka (pelajar) akan mampu diarahkan ke ekonomi kreatif atau bidang lain sesuai kemampuannya," kata Sandiaga.
Juru Kampanye Nasional Badan Pemenangan Nasional (Jurkamnas) Mohamad Nizar Zahro memberikan penjelasan soal rencana penghapusan Ujian Nasional (UN) jika capres-cawapresnya memenangkan Pilpres 2019. Kata dia, UN dihapuskan karena selama ini hanya menjadi beban bagi pelajar.
"UN selama ini hanya menjadi beban bagi anak-anak didik. Belajar bertahun-tahun tapi faktor utama kelulusan ditentukan oleh hasil UN," kata Nizar pada wartawan, Senin (18/3).
Menurut dia, UN memiliki dampak negatif bagi pelajar. Pasalnya nilai UN juga tidak bisa membuat pelajar tersebut masuk perguruan tinggi yang diinginkan.
"Melihat dampak UN tidak signifikan terhadap masa depan anak didik, maka pantas jika UN dihapus," imbuh Nizar.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy mengatakan, tidak mempersoalkan nama Ujian Nasional (UN) atau bukan. Tetapi yang tidak bisa dihapus itu evaluasi nasional, karena itu adalah amanah undang-undang.
"Soal namanya itu UN atau apa itu terserah, tetapi yang tidak bisa dihapus itu adalah evaluasi tingkat nasional dalam rangka untuk memastikan standar isi, proses dan seterusnya," kata Muhadjir di Cirebon, Senin (18/3) dikutip dari Antara.
Muhadjir menanggapi wacana Cawapres 02 Sandiaga Uno yang akan menghapuskan UN. Wacana itu disampaikan dalam debat cawapres pada Minggu (17/3) malam.
Mendikbud melanjutkan, dengan adanya evaluasi secara nasional dengan diadakannya UN, maka standar capaian belajar siswa bisa terukur.
"Justru itu pentingnya dengan ujian nasional kita harus tahu, di mana tempat atau siswa ataupun unit satuan pendidikan yang belum mencapai standar," katanya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
ANBK adalah asesmen mutu pendidikan berbasis online atau semi online pengganti Ujian Nasional (UN).
Baca SelengkapnyaKomisi X DPR RI terbuka membahas lebih lanjut mengenai rencana Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti kembali menerapkan UN.
Baca SelengkapnyaJusuf Kalla (JK) tidak setuju rencana pemangkasan anggaran wajib (mandatory spending) untuk pendidikan sebesar 20%
Baca SelengkapnyaAbdul Mu'ti menegaskan jika pemberlakuan kembali UN saat ini masih sekadar wacana.
Baca SelengkapnyaIa mengatakan pemetaan tersebut penting untuk memastikan semua anak mendapatkan hak pendidikan.
Baca SelengkapnyaJK lantas membandingkan pendidikan zaman dulu dimana guru lebih tegas dalam menegakkan kedisiplinan
Baca SelengkapnyaAnies menilai kesuksesan pendidikan ditentukan oleh guru yang berkualitas, bukan kurikulum yang diotak-atik.
Baca SelengkapnyaPemerintah juga diminta untuk memastikan bahwa semua perguruan tinggi memenuhi standar.
Baca SelengkapnyaAbdul Mu'ti bersama jajarannya akan mengkaji ulang ketiga kebijakan tersebut dengan mendengarkan masukan dari berbagai pihak terkait.
Baca SelengkapnyaKebijakan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) melalui sistem zonasi menimbulkan sejumlah masalah.
Baca SelengkapnyaPertimbangan penghapusan sistem zonasi itu dikatakan Presiden Jokowi usai melakukan pertemuan dengan pimpinan MPR di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (8/9).
Baca SelengkapnyaRuang untuk belajar dan berbagi di antara sesama guru juga kini semakin luas dengan adanya platform Merdeka Mengajar
Baca Selengkapnya