Saran Romahurmuziy untuk Guru Agama Islam Cegah Radikalisme di Kalangan Pelajar
Merdeka.com - Ketua Umum PPP yang juga menjabat sebagai Dewan Pembina Majelis Dakwah dan Pendidikan Islam (Madani) M Romahurmuziy, memberi saran, agar guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Indonesia bisa menangkal radikalisme. Salah satunya paham dan menguasai teknologi informasi termasuk media sosial, karena paham tersebut banyak masuk melalui ranah tersebut.
Hal ini disampaikannya saat menjadi pembicara di Diskusi Panel Sarasehan Nasional para Guru Pendidikan Agama Islam di Bekasi, Rabu (21/11).
"Saat ini, paham tersebut menyerang melalui berbagai cara dan berbagai lini. Di antaranya melalui radio, televisi, juga media sosial," ucap pria yang akrab disapa Romi itu.
-
Siapa pendiri PPPI? Beberapa nama besar yang pada saat itu masih menjadi mahasiswa di balik berdirinya PPPI ada Raden Tumenggung, Soegondo Djojopoespito, Abdullah Sigit, Suwiryo, Suryono, Susalit, Goenarso, dan lain sebagainya.
-
Siapa pemimpin PDRI? Syafruddin Prawiranegara menjadi Ketua PDRI, sementara T.M. Hassan menjabat sebagai Wakil Ketua.
-
Siapa ketua PDRI? Dengan Mr. Syafruddin Prawiranegara sebagai ketua merangkap Menteri Pertahanan, Menteri Penerangan, dan Menteri Luar Negeri dan Wakilnya Teuku Mohammad Hasan.
-
Siapa yang memimpin PPKI? Sejak kekelahan Jepang atas Sekutu, ia menjadi anggota dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) bersama Ahmad Subarjo, Kasman Singodimedjo, dan tokoh-tokoh penting lainnya.
-
Bagaimana Kemendagri menangani radikalisme? Penanganan radikalisme dan terorisme harus melibatkan semua elemen dan unsur masyarakat seperti tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, maupun organisasi kemasyarakatan lainnya,“ ujarnya.
Dia menegaskan, tantangan utama bangsa Indonesia saat ini, salah satunya adalah munculnya paham radikalisme yang dibawa oleh gerakan-gerakan mengatasnamakan Islam serta menyasar melalui berbagai cara. Salah satunya yang paling sering terpapar ada kalangan pelajar.
Sebagai negara yang mayoritas berpenduduk Islam, kata Romi, Indonesia juga dijadikan sebagai laboratorium gerakan-gerakan Islam.
"Persoalannya adalah, apakah kita bisa memilah mana gerakan yang bermuatan politis, dan mana gerakan yang berbahaya dan membawa paham radikalisme. Itulah pentingnya pendidikan Islam yang benar, yang didasarkan nilai-nilai kelembutan," ungkap Romi.
Karenanya, masih kata dia, guru-guru PAI inilah yang akan menjadi filter dan juga bisa menetralisir paham-paham yang dianggap bisa memecah belah bangsa ini.
"Tentu saja kita tidak ingin menjadi seperti Negara Suriah yang hancur dikarenakan pertikaian sektarian yang disebabkan oleh paham-paham yang radikal," jelas Romi.
Selain itu, dia meminta kepada para guru PAI agar menyampaikan Islam adalah agama yang penuh kelembutan. "Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, yang membawa kedamaian dan kasih sayang, bukan agama yang mengajarkan kekerasan dan radikalisme," pungkasnya.
Reporter: Putu Merta Surya Putra
Sumber : Liputan6.com
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain penguasaan literasi yang baik, seorang ulama juga harus memiliki akhlak dan karakter yang santun, tenang, dan tidak mudah menghasut.
Baca SelengkapnyaDia menjelaskan, kasus penipuan, radikalisme dan terorisme dilakukan dengan pendekatan persuasif dan tidak hard selling.
Baca SelengkapnyaPergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaUntuk membentuk ketahanan ideologi masyarakat, salah satunya dengan mendekati dan memberi arahan kepada para takmir masjid.
Baca SelengkapnyaMusdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaDiperlukan gotong royong dan kerja bersama demi masa depan anak bangsa.
Baca SelengkapnyaPerlu adanya upaya penyuluhan kepada para pengurus terkait hal tersebut.
Baca SelengkapnyaPerdebatan tentang urgensi mendirikan negara Islam sudah selesai ketika pendiri bangsa sepakat dengan format Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaMa’ruf menyampaikan, media sosial dapat dimanfaatkan sejumlah pihak untuk memecah belah umat.
Baca SelengkapnyaBerpikir kiritis dan logis mutlak dalam mencerna dan menyimpulkan konten yang tersebar luas di media sosial.
Baca SelengkapnyaBerbagai program itu hadir untuk mewadahi generasi muda agar tidak terjadi kekosongan pengetahuan.
Baca Selengkapnya“Buat saya itulah sosok pelajar muhammadiyah idaman. Memiliki moral, memiliki budi pekerti, memiliki mental juga yang hebat,” kata Jokowi.
Baca Selengkapnya