Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Sastrawan mengaku melacurkan diri ke Denny JA demi Rp 10 juta

Sastrawan mengaku melacurkan diri ke Denny JA demi Rp 10 juta Denny J.A.. Merdeka.com

Merdeka.com - Polemik buku '33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh' yang memasukkan nama konsultan politik Denny JA semakin riuh. Ini lantaran ada seorang sastrawan yang mengaku dibayar Rp 10 juta oleh Denny JA untuk menuliskan puisi esai.

Ahmadun Yosi Herfanda, sastrawan yang juga dosen luar biasa Universitas Multimedia Nusantara itu, bahkan mengakui dia melacurkan diri ke Denny JA demi uang Rp 10 juta. Pengakuan itu dibuat Ahmadun lewat sebuah komentar di salah satu postingan fan page Denny J.A's World di Facebook.

"Setelah sempat tawar menawar (mirip pelacur ditawar lelaki hidung belang lewat mucikari ) akhirnya Denny sepakat membayar puisi esai saya Rp 10 juta. Yah, sesekali tak apalah jadi pelacur sastra asal pelacur yang mahal," pikir saya. "Kan hebat, satu puisi dibayar 10 juta.... He he he," demikian tulis Ahmadun seperti dikutip merdeka.com, Rabu (5/2).

Orang lain juga bertanya?

Berikut isi lengkap pengakuan Ahmadun Yosi Herfanda yang diberi judul 'Saya Menyesal Ikut Menulis Puisi Esai':

Saya Menyesal Ikut Menulis Puisi Esai

Saya sangat malu dan menyesal ikut menuruti "pesanan" Denny JA lewat Fatin Hamama untuk menulis puisi esai. Sebab, menulis puisi esai bukanlah pilihan hati nurani saya sebagai penyair, tapi lebih karena “pesanan” dan godaan honor yang besar. Saya menyesal, karena telah menulis puisi esai hanya demi uang – suatu orientasi penciptaan atau motivasi yang rendah dalam bersastra.

Semula sebenarnya saya sempat menolak keras ketika diminta Dennya JA lewat Fatin Hamama untuk menulis puisi esai, karena sudah mencium bakal adanya politisasi sastra dengan gelagat yang kurang sehat. Selain itu, dengan memenuhi pesanan puisi jenis WOT (wrote on demand) – ditulis berdasarkan pesanan -- itu sama saja dengan "melacurkan diri" dalam sastra.

Saya sempat berdebat keras dengan Fatin di Tamini Square, disaksikan Mustafa Ismail, Remy Novaris DM, dan Dad Murniah, dan sampai akhir pertemuan saya tetap bersikeras menolak pesanan itu. Tapi, Fatin terus merajuk, dan rajukannya terus berlanjut lewat sms sampai saya pulang. Sialnya, sekitar dua hari kemudian, saya terdesak kebutuhan dana sosial (ya beginilah nasib penyair, sering kekurangan uang untuk mememuhi kebutuhan mendadak).

Akhirnya, karena perlu dana mendesak, tawaran Denny lewat Fatin itu saya jawab dengan lebih lunak,"Oke saya akan tulis puisi esai, asal honornya Rp 10 juta."

Setelah sempat tawar menawar (mirip pelacur ditawar lelaki hidung belang lewat mucikari ) akhirnya Denny sepakat membayar puisi esai saya Rp 10 juta. "Yah, sesekali tak apalah jadi pelacur sastra asal pelacur yang mahal," pikir saya. "Kan hebat, satu puisi dibayar 10 juta.... He he he.”

Ternyara dugaan saya benar. Denny JA kini mulai mempolitisasi puisi esai karya 23 penyair Indonesia penerima pesanan itu yang akan segera diterbitkan (termasuk karya saya, Isbedy Stiawan ZS, Agus Nur, Sujiwo Tejo, Zawawi Imron, Kurnia Effendi, Fatin Hamama, Sihar Ramses Simatupang, Dad Murniah, dan Chavcay Syaifullah).

Ada kesan kuat, bahwa Denny ingin menempatkan kami sebagai para pengikutnya dalam “mazhab puisi esai” yang diklaim sebagai idenya untuk memperkuat “politik sastra” Tim 8 yang menempatkan Denny sebagai salah satu dari 33 tokoh sastra Indonesia yang paling berpengaruh dan mengundang kontroversi.

Tapi, nanti dulu. Denny jangan berbangga dulu. Kami, 23 penyair itu tak bisa begitu saja diklaim sebagai pengikut Denny. Sebab, banyak di antara kami (bahkan mungkin semuanya) yang menulis puisi esai itu bukan atas keinginan kami sendiri, bukan pilihan hati nurani, tapi karena "dipesan".

Sebagai konsultan politik yang hebat, Denny pasti dapat membedakan antara "pengikut" dan "pekerja kreatif" yang melayani order karya. Pengikut itu mengikuti sesuatu sebagai pilihan hati, bukan karena pesanan. Jadi, kami bukanlah pengikut "mazhab puisi esai", tapi hanya sekali itu menempatkan diri sebagai "pekerja kreatif" yang melayani pesanan "puisi esai" Denny JA lewat Fatin Hamama.

Kalau kemudian dipolitisir dan dikesankan sebagai pengikut "mazhab puisi esai", itu saya kira model politisasi sastra yang bodoh dan murahan, yang sangat tidak patut dilakukan oleh seorang konsultan politik yang hebat. Itu adalah pembodohan publik yang dilakukan secara bodoh pula.

Jadi, setidaknya sudah dua kali Denny, ataupun "tim sukses" Denny, melakukan pembodohan terhadap publik sastra Indonesia. Pertama, penempatan dia sebagai salah satu tokoh sastra Indonesia yang paling berpengaruh. Kedua, pencitraan terhadap 23 penyair (kami) sebagai pengikut mazhab puisi esai. Itu sungguh "kejahatan sastra" yang sulit dimaafkan. Denny dan "tim sukses"nya harus bertobat dan meminta maaf pada publik sastra Indonesia.

Melalui media sosial ini, kepada publik sastra Indonesia, dengan tulus saya mengaku "bertobat", meminta maaf, dan menyesal sedalam-dalamnya telah tergoda untuk ikut menulis puisi esai hanya demi uang Rp 10 juta. Betapa murahnya, "prinsip estetik" yang sudah 30 tahun lebih saya perjuangkan dan pertahankan, saya gadaikan begitu saja untuk puisi esai sehingga saya menjadi korban politik sastra abal-abal.

Kepada Allah SWT saya juga mohon ampun, karena tidak mau mendengar suara hati nurani saya sendiri, yang saya yakin berasal dari-Nya. Saya akan kembali pada niat awal, bahwa menulis puisi adalah "ibadah kreatif" seperti tercermin pada puisi "Sembahyang Rumputan" saya, dan sekali-kali bukan karena uang. Memang boleh-boleh saja dari menulis puisi itu kita menerima uang sebagai honor, termasuk honor yang besar sebagai penghargaan bagi kerja kreatif kita. Tapi, itu bagi saya bukanlah tujuan utama, apalagi dengan “menggadaikan” prinsip dan idealisme kesastraan.

Ya Allah, ampunilah kekhilafan saya, dan kekhilafan sahabat-sahabat saya yang sempat tergoda oleh iming-iming uang besar dari “dajjal sastra” itu – dajjal adalah mahluk dalam mitologi Islam yang mencari pengikut dengan iming-iming minuman segar di bawah terik matahari (bisa berupa iming-iming uang di tengah kemiskinan). Ya Allah, kembalikanlah sahabat-sahabat saya itu, termasuk sahabat-sahabat saya dalam Tim 8, ke “jalan sastra” yang lurus, jalan sastra yang Engkau ridloi, dengan lindungan kekuatanMu. Amin! * ahmadun yosi herfanda.

(mdk/ren)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Demi Pundi-Pundi Uang, Pria Ini Tega Jual Pacarnya di Medsos & Tawarkan Fantasi Seks Threesome
Demi Pundi-Pundi Uang, Pria Ini Tega Jual Pacarnya di Medsos & Tawarkan Fantasi Seks Threesome

Membongkar praktik Wahyu, polisi menyamar dan berkomunikasi dengan akun tersebut. Dia menawarkan tarif Rp1,5 juta.

Baca Selengkapnya
Cerita Denny Chandra sempat mengalami masa sulit karena minim pekerjaan, dan dia terpaksa menjual lima mobil untuk menghidupi dirinya
Cerita Denny Chandra sempat mengalami masa sulit karena minim pekerjaan, dan dia terpaksa menjual lima mobil untuk menghidupi dirinya

Tidak selalu bergelimang harta, artis juga ada masanya terpuruk hingga menjual aset-asetnya untuk menyambung hidup

Baca Selengkapnya
Selebgram Terjaring Prostitusi Online di Hotel Berbintang, Segini Tarifnya
Selebgram Terjaring Prostitusi Online di Hotel Berbintang, Segini Tarifnya

AIF menawarkan seorang mahasiswa yang juga sebagai selebgram di Kota Makassar inisial EDA.

Baca Selengkapnya
Terlilit Utang Pinjol Rp100 Juta, Ibu di Depok 'Jual' Anak Kandung ke Pria WN Arab Rp6 Juta
Terlilit Utang Pinjol Rp100 Juta, Ibu di Depok 'Jual' Anak Kandung ke Pria WN Arab Rp6 Juta

Dari keterangan RAD, dia tega menjual anaknya pada pria hidung belang karena terlilit utang pinjaman online (pinjol). Jumlah utang RAD mencapai Rp 100 juta.

Baca Selengkapnya
Tak Seglamor yang Dibayangkan, 5 Artis Ini Pernah Mengalami Masa Sulit Hingga Jual Rumah Mewah - Ada yang Bangkrut sampai Terjerat Utang
Tak Seglamor yang Dibayangkan, 5 Artis Ini Pernah Mengalami Masa Sulit Hingga Jual Rumah Mewah - Ada yang Bangkrut sampai Terjerat Utang

Mengalihkan kepemilikan rumah dapat menjadi opsi untuk memperoleh pendapatan tambahan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Baca Selengkapnya
Kecewa Jadi Tersangka Suap Pengurusan Perkara MA, Dadan Tri Yudianto: Saya Dizalimi
Kecewa Jadi Tersangka Suap Pengurusan Perkara MA, Dadan Tri Yudianto: Saya Dizalimi

“Saya ini seorang pengusaha swasta yang di zalimi. Disaat mendapatkan investasi untuk pengembangan usaha/bisnis, saya dituduh," kata Dadan

Baca Selengkapnya
Jaksa Agung Hendarman Supandji Menangis Jaksa Pilihannya Tergoda Suap 660.000 USD
Jaksa Agung Hendarman Supandji Menangis Jaksa Pilihannya Tergoda Suap 660.000 USD

Jaksa Urip divonis 20 tahun penjara pada 2008 dan bebas pada tahun 2017

Baca Selengkapnya
Viral Mantan Petinggi Salah Satu Maskapai Pilih Dakwah On The Road Sambil Jualan, Begini Kisahnya
Viral Mantan Petinggi Salah Satu Maskapai Pilih Dakwah On The Road Sambil Jualan, Begini Kisahnya

Pria ini menceritakan kisah hidup yang tak mudah dan membuatnya hijrah.

Baca Selengkapnya
Hati-Hati Ada Joki Hajar Aswad yang Bisa Kuras Dompet Jemaah Haji dan Umrah
Hati-Hati Ada Joki Hajar Aswad yang Bisa Kuras Dompet Jemaah Haji dan Umrah

Arsad mengaku kejadian ini pernah dialami salah satu jemaah haji Indonesia.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Geger Eks Gubernur Malut Doyan Ngamar Bareng Wanita Habiskan Rp3 M di Hotel Mewah Jakarta
VIDEO: Geger Eks Gubernur Malut Doyan Ngamar Bareng Wanita Habiskan Rp3 M di Hotel Mewah Jakarta

Adapun total dana yang digelontorkan yang selama ini untuk membayar wanita mencapai Rp3 miliar

Baca Selengkapnya