Satgas Covid-19 IDI: Virus Corona Baru Menular 71 Persen Lebih Cepat
Merdeka.com - Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban mengatakan, virus Corona baru yang ditemukan di Inggris beberapa waktu lalu bisa menular 71 persen lebih cepat dibandingkan Covid-19. Namun, virus ini tidak terlalu mematikan seperti Covid-19.
"Harus diingat, virus Corona varian baru menular jauh lebih cepat 71 persen, namun para ahli juga sangat yakin, virus baru ini tidak lebih mematikan," katanya dalam konferensi pers virtual yang disiarkan di Youtube resmi BNPB Indonesia, Selasa (29/12).
Dia mengungkapkan, per 13 Desember 2020, sebanyak 1.108 kasus penularan varian virus baru ditemukan di Inggris.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
"Dalam beberapa hari saja sudah ditemukan 1.108 kasus baru Virus B1.17 atau VUI 202012/01 ini," ujar ahli penyakit dalam dari Universitas Indonesia itu.
Sebagai informasi, nama virus baru tersebut merupakan singkatan dari Variant Under Investigation yang ditemukan di tahun 2020, bulan 12, varian 01. Sehingga nama virus ini adalah SARS CoV-2 VUI 202012/01.
Zubairi khawatir bila varian virus baru ini tiba di Indonesia. Pasalnya, kata dia, penularan Covid-19 di Indonesia persentase kasus positifnya mencapai 20 persen saat ini. Sehingga Indonesia sudah menempati urutan ke 20, kasus positif Covid-19 terbanyak di dunia.
"Persentase kasus positif di Indonesia sudah 20 persen lebih, risiko penularannya sudah sangat meningkat. Saya tidak bisa bayangkan kalau virus baru dari Inggris masuk ke Indonesia juga," jelasnya.
Meskipun begitu, dia tetap yakin Indonesia tetap bisa mendeteksi B1.71 itu dengan metode rapid test PCR. Sebab tes PCR tetap bisa mendeteksi mutasi virus Corona.
Zubairi mengakui, awalnya tes PCR memang diragukan bisa mendeteksi B1.71 itu. Namun setelah diteliti, delesi virus corona baru ini terbukti tidak mempengaruhi tes PCR.
"Jadi virus penyebab Covid-19 bermutasi dari waktu ke waktu, tapi mutase kali ini sangat signifikan. Ada 15 mutasi yang menyebabkan perubahan asam aminonya dan ada 3 delesi. WHO melaporkan bahwa salah satu mutasi yang dapat diidentifikasi N501Y yaitu mempengaruhi asam amino di domain reseptor dinding domain. Delesi di posisi 69/70 tadinya diduga mempengaruhi PCR, ternyata tidak," jabarnya.
Dia pun meminta masyarakat Indonesia tidak khawatir terhadap kemampuan rapid tes yang digunakan di Indonesia. Masyarakat Indonesia juga diminta tidak percaya terhadap informasi-informasi yang tak benar, seperti kabar mengenai keraguan deteksi tes PCR terhadap varian virus baru ini.
"Tes PCR tetap mampu mendeteksi virus baru karena PCR ini bisa mendeteksi 3 bagian virus. Ibaratnya, sekarang virusnya ganti baju, nah tapi PCR tetap bisa mendeteksi kepala dan kaki virus tersebut. Jadi tidak perlu khawatir," tutup Zubairi.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepala sebuah klinik di Tokyo, Ando Sakuro mengatakan bahwa sepuluh orang telah teruji positif setiap hari sejak akhir Juni.
Baca SelengkapnyaTjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaSkrining ketat dilakukan menyusul ditemukannya varian Clade Ib di luar kawasan Afrika.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaAni menjelaskan, JN.1 memiliki gejala yang sama seperti Covid-19 lainnya.
Baca SelengkapnyaRatusan ribu anak tercatat menderita ISPA hingga Juli 2023.
Baca SelengkapnyaPenemuan kasus yang dihimpun per tanggal 6-23 Desember 2023 sebanyak 5 kasus.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaVarian JN.1 merupakan pemicu lonjakan Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaKelompok orang yang rawan tertular cacar monyet diminta untuk sadar dalam mencegah penyakit ini.
Baca SelengkapnyaSelain dilaporkan dari Republik Demokratik Kongo, Kenya, Rwanda, dan Uganda, juga terdeteksi di Asia dan Eropa.
Baca Selengkapnya