Satgas Covid-19 Sebut Hanya 17 Persen Warga Patuh Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan
Merdeka.com - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito memaparkan secara rinci data kepatuhan masyarakat terhadap protokol Kesehatan. Berdasarkan paparannya, tingkat kepatuhan masyarakat terlihat menurun saat ini. Bahkan angkanya terbilang cukup rendah.
Wiku menyebutkan, hanya 16,9 persen warga yang patuh jaga jarak dan menghindari kerumunan. Mirisnya lagi, tingkat kepatuhan memakai masker hanya 20,6 persen.
"Berdasarkan sistem monitoring pada 27 Desember, dari 512 kabupaten/kota hanya 20,6 persen yang patuh pakai masker dan 16,9 persen yang patuh menjaga jarak dan menghindari kerumunan," kata Wiku saat menghadiri keterangan pers yang disiarkan di youtube Sekretariat Presiden, Kamis (31/12).
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Bagaimana cara menggunakan masker? Setelah semua bahan masker tercampur dengan baik, aplikasikan masker secara merata ke seluruh wajah yang telah dibersihkan sebelumnya. Pastikan untuk menghindari area sekitar mata dan bibir, karena kulit di daerah tersebut lebih sensitif terhadap bahan-bahan yang digunakan.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
Dia pun menyimpulkan, penurunan kepatuhan masyarakat ini menjadi penyebab utama lonjakan kasus dalam beberapa waktu terakhir ini.
“Dengan kondisi seperti ini kepatuhan masyarakat yang masih rendah untuk memakai masker dan menjaga jarak jadi kontributor kenaikan asus beberapa waktu terakhir," kata Wiku.
Dia pun berharap, pada tahun 2021 yang tinggal hitungan jam lagi, masyarakat Indonesia bisa betul-betul menghindari kerumunan, menjaga jarak, dan memakai masker. Dia juga mengimbau agar masyarakat merayakan tahun baru di rumah masing-masing dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Jika masyarakat masih abai terhadap protokol Covid-19 dan kasus positif terus melonjak naik, maka ada kemungkinan pemerintah akan memberlakukan pembatasan mobilitas masyarakat. Sebab kata dia, melonjaknya kasus hingga menyentuh angka 8 ribu perhari disebabkan karena mobilitas yang tidak dikendalikan atau dibatasi.
"Langkah terakhir yang dilakukan apabila kasus positif masih tinggi adalah dengan melakukan pembatasan mobilitas masyarakat," kata dia.
Dia pun berharap, dengan dibatasinya mobilitas maka akan menurunkan jumlah kasus positif. Menurut Wiku pembatasan mobilitas memang harus dilakukan jika kasus positif terus naik. Namun, harus diakui, pembatasan mobilitas ini juga akan berpengaruh terhadap sektor ekonomi karena keduanya sejalan.
"Oleh karena itu, pembatasan mobilisasi ini diharapkan dapat menekan penularan yang terjadi," ujarnya.
"Pembatasan atau pelarangan aktivitas sosial ekonomi masyarakat di suatu daerah ini merupakan aspek yang harus kita lakukan sejalan dengan naik-turunnya kasus Covid-19," tutup Wiku.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
ASN WFH selama KTT ASEAN tidak terlalu mengurangi volume kemacetan di Ibu Kota.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaPenggunaan masker di angkutan umum DKI Jakarta kini mulai ditiadakan. Namun jika tengah dalam kondisi kesehatan menurun, maka disarankan tetap tetap menggunakan masker.
Baca SelengkapnyaSejak 27 November sampai 3 Desember kenaikan sebanyak 30 persen.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaHingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaKualitas udara Jakarta yang tidak sehat memaksa orang-orang kembali memakai masker ketika beraktivitas di luar ruangan. Berikut fotonya!
Baca SelengkapnyaJakarta rangking lima kota udara terburuk di dunia dengan indeks kualitas udara (AQI) di angka 160.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca Selengkapnya