Satgas: Efektivitas Vaksin Covid-19 Masih di Atas 50 Persen
Merdeka.com - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengemukakan vaksin yang tersedia di Indonesia masih memiliki efektivitas di atas 50 persen untuk melindungi penerima manfaat dari risiko sakit akibat terpapar varian baru virus corona.
"Secara keseluruhan sekarang masih memiliki efektivitas, karena efektivitas di atas 50 persen masih terpenuhi," katanya saat memberikan keterangan kepada wartawan secara virtual dan dipantau di Jakarta, Selasa (15/6).
Wiku mengatakan pada prinsipnya setiap virus pasti akan mengalami mutasi karena dalam rangka untuk bertahan hidup di tubuh manusia.
-
Kenapa virus bisa bahaya? Virus-virus ini dapat menyebabkan penyakit ringan hingga mematikan.
-
Bagaimana virus bereproduksi? Biasanya, virus menggunakan inangnya untuk bereproduksi dengan cara menginfeksi sel-sel inang dan mengambil alih proses reproduksi sel untuk menghasilkan salinan virus.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana cara virus menginfeksi tubuh? Virus masuk ke dalam tubuh inang melalui berbagai cara, seperti udara, darah, cairan tubuh, atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi virus.
-
Mengapa virus menyerang manusia? Virus yang dapat menyerang manusia memang perlu dipahami.
-
Virus itu apa? Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan tidak memiliki sel. Virus merupakan parasit intraseluler obligat yang hanya dapat hidup dan berkembang biak di dalam sel organisme biologis.
Proses mutasi virus tersebut bisa berlangsung terus menerus apabila potensi untuk menularnya tersedia atau penularannya tetap terjadi di masyarakat.
Wiku mengatakan penelitian lebih lanjut harus selalu dilakukan dan dimonitor agar vaksin yang digunakan dapat terukur efektivitasnya secara keseluruhan.
Pertanyaan seputar keampuhan vaksin dalam melindungi seseorang dari keterpaparan COVID-19, kata Wiku, hingga saat ini masih menjadi pertanyaan masyarakat dunia.
"Artinya semua akan pasti melihat kondisi ini dan memastikan bahwa vaksinasi dilakukan betul-betul bisa memberikan proteksi kolektif," katanya.
Terkait peristiwa sejumlah tenaga kesehatan di Kudus, Jawa Tengah, yang mengalami reinfeksi COVID-19 meskipun telah terlindungi vaksin, Wiku menjelaskan bahwa reaksi vaksin bergantung pada kemampuan antibodi seseorang.
"Dengan adanya seperti ini, pasti seharusnya semakin tinggi titer antibodi dari orang yang divaksinasi, karena reaksi setiap orang berbeda tentunya akan memberikan proteksi yang lebih baik," katanya.
Wiku menambahkan proses vaksinasi ulang bisa saja yang diperlukan apabila jumlah titer antibodi yang ada di seseorang tersebut setelah divaksinasi tidak cukup tinggi untuk bisa menghadang risiko tertular COVID-19.
Secara terpisah Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan terdapat 145 kasus variant of concern (VOC) yang diyakini menular lebih cepat hingga memperberat gejala COVID-19 saat ini menyebar di sejumlah daerah di Indonesia.
"Hingga 13 Juni 2021, dari total 1.989 sekuens yang diperiksa, telah dideteksi 145 sekuens VOC. Sebanyak 36 kasus B117, lima kasus B1351 dan 104 kasus B1617.2," katanya.
Varian baru tersebut memungkinkan memicu penurunan keampuhan vaksin, misalnya terhadap varian B1617.2 (Delta), namun bukan berarti vaksin yang tersedia saat ini tidak efektif.
"Vaksinnya masih ampun. Bahkan WHO menganjurkan segera vaksin. Mungkin varian baru yang ada sekarang menurunkan keampuhan, tapi bukan berarti tidak efektif," ujarnya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaMasyarakat diminta lakukan pola hidup bersih dan sehat
Baca SelengkapnyaSeluruh pasien merupakan laki-laki berusia 23-50 tahun. Semuanya tertular melalui kontak seksual.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaSejak 27 November sampai 3 Desember kenaikan sebanyak 30 persen.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaDinas kesehatan DKI Jakarta mengungkapkan kasus Covid-19 naik 40 persen dalam sepekan. Sementara kasus mycoplasma pneumonia enam orang.
Baca SelengkapnyaImbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaSeseorang bisa mengalami flu dalam waktu cukup lama, namun hingga berapa lama biasanya penyakit ini tetap bisa menyebar?
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.
Baca Selengkapnya