Satgas Ingatkan Vaksin Tak Bisa Jadi Satu-satunya Tameng Menghadapi Pandemi Covid-19
Merdeka.com - Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19, Profesor Wiku Adisasmito mengatakan, pemerintah terus mendorong peningkatan cakupan vaksinasi di seluruh Indonesia dalam rangka mempertahankan kelandaian kasus Covid-19.
"Namun vaksin tidak dapat menjadi satu-satunya tameng kita dalam menghadapi pandemi ini," katanya dalam konferensi pers yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis (23/9).
Vaksinasi, menurutnya, terutama jika hanya dosis pertama dan tidak dibarengi kepatuhan protokol kesehatan maka tidak dapat menjamin lonjakan kasus untuk tidak terjadi lagi.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Kapan Covid-19 pertama kali terkonfirmasi di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Di mana kasus Covid-19 pertama ditemukan? Menurut pengumuman resmi dari Presiden Joko Widodo, kasus Covid-19 pertama di Indonesia terjadi pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang merupakan seorang ibu berusia 64 tahun dan putrinya berusia 31 tahun.
-
Kapan gelombang puncak Covid-19 di Indonesia? Data Satgas Penanganan Covid-19 mencatat ada dua kali gelombang puncak yang menghantam Indonesia selama kurun 3 tahun terakhir ini.Gelombang pertama pada 15 Juli 2021 akibat varian Delta dengan rata-rata laporan positif harian 16.041 kasus, dan 16 Februari 2022 oleh varian Omicron sebanyak 18.138 kasus.
Dia mengungkapkan, belajar dari pengalaman negara-negara dengan cakupan vaksinasi dosis pertama yang tertinggi di dunia yaitu Singapura 79 persen, Finlandia 73 persen, Inggris 71 persen, Jepang 66 persen dan Amerika Serikat 63 persen, nyatanya lonjakan kasus masih dapat terjadi.
"Di Singapura relaksasi dilakukan dengan berfokus pada penguatan 3T dan peningkatan cakupan vaksinasi dan kurang berfokus pada pencegahan yaitu protokol kesehatan di tempat umum," terangnya.
Wiku mengemukakan klaster di Singapura mulai bermunculan, seperti klaster dari restoran dan tempat makan di bandara, tempat karaoke, pusat perbelanjaan hingga terminal bus.
Di Finlandia, lanjut dia, peningkatan terjadi karena tim sepakbola yang datang dari Rusia yang masuk ke Finlandia tanpa dilakukan tes skrining terlebih dahulu.
"Selain itu, masyarakat cenderung tidak merespons pada upaya tracing yang dilakukan oleh pemerintahnya sehingga menghambat pelacakan dan penanganan kasus sejak dini," ujarnya.
Di Inggris, kata Wiku, dilakukan relaksasi aktivitas sosial ekonomi dan utamanya pembukaan sekolah tatap muka yang kurang berhati-hati dan kurang memperhatikan kesiapan seluruh unsur yang terlibat, sehingga menyebabkan kasus Covid-19 meningkat, klaster di sekolah pun mulai bermunculan.
Kemudian di Jepang, terdapat klaster atau penambahan kasus Covid-19 yang berhubungan dengan kegiatan Olimpiade Tokyo 2020.
Meskipun pembatasan yang tepat dilakukan dalam pelaksanaan agenda olahraga itu, namun masih berpengaruh signifikan terhadap pola kegiatan sosial masyarakat di Jepang.
"Masyarakat cenderung berkerumun untuk menonton pertandingan bersama-sama di bar, kafe maupun restoran," jelasnya.
Sementara di Amerika Serikat, tingginya cakupan vaksinasi tidak dibarengi dengan pengawasan dan pelaksanaan protokol kesehatan yang baik.
"Penggunaan masker yang tidak menjadi kewajiban di beberapa tempat umum di saat kegiatan aktivitas sosial ekonomi sudah berjalan normal menjadi salah satu penyebab adanya kenaikan kasus," tambah Wiku seperti dilansir dari Antara.
Dia mengingatkan, dengan mobilitas yang mulai meningkat serta aktivitas sosial ekonomi yang sudah mulai kembali berjalan di Indonesia saat ini, maka seluruh lapisan masyarakat harus tetap disiplin protokol kesehatan.
"Sehingga kita tidak harus kembali belajar melalui lonjakan kasus selanjutnya," tutup Wiku.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Indonesia kembali meningkat. Kenaikan terjadi sejak dua pekan terakhir saat Singapura dihantam lagi badai Covid-19.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 di Singapura melonjak drastis. Indonesia mulai waspada.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaImbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaSejumlah negara melaporkan kembali naiknya kasus virus Covid-19 sejak akhir November 2023.
Baca SelengkapnyaMeningkatnya Covid-19 di Singapura, Menteri Sandiaga Uno mengimbau agar masyarakat berwisata di Indonesia saja
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca Selengkapnya