Satpol PP Solo Setiap Hari Temukan Ratusan Siswa Nongkrong Seusai PTM
Merdeka.com - Pembelajaran tatap muka (PTM) yang tengah digelar menjadi perhatian serius Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Pasalnya, banyak siswa tak langsung pulang seusai kegiatan di sekolah, melainkan nongkrong di sejumlah lokasi keramaian.
Kondisi itu memunculkan kekhawatiran, karena saat ini masih dalam suasana pandemi. Kerumunan siswa berpotensi menyebabkan penularan Covid-19.
Berdasarkan temuan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Solo, setiap harinya ada ratusan anak sekolah yang nongkrong di selter, restoran, rumah makan dan mal.
-
Kenapa siswa SMK perlu PKL? Bukan tanpa alasan, PKL adalah kegiatan implementasi yang diberikan kepada siswa SMK agar bisa mendapatkan berbagai manfaat.
-
Apa manfaat PKL untuk siswa? Berikut sejumlah manfaat PKL untuk pelajar, di antaranya: Mengenalkan Siswa Pada Pekerjaan Lapangan Manfaat PKL yang pertama adalah untuk mengenalkan siswa pada lingkungan kerja di dunia industri dan usaha. Dengan begitu, ketika mereka terjun ke lapangan pekerjaan yang sesungguhnya, diharapkan mereka tidak canggung dan dapat beradaptasi dengan cepat.
-
Kenapa sekolah di lockdown? Menanggapi situasi ini, pihak sekolah segera mengambil langkah tegas dengan menerapkan lockdown selama 14 hari.
-
Bagaimana PKL membantu siswa? PKL merupakan kegiatan implementasi untuk menumbuhkembangkan karakter dan budaya kerja profesional bagi peserta didik. Selain itu, tujuan PKL juga untuk meningkatkan kompetensi sesuai kurikulum dan kebutuhan dunia kerja.
-
Apa modus ratusan pelajar tersebut? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. 'Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan,' kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
-
Di mana siswa PKL bekerja? Praktik kerja lapangan, atau biasa disebut dengan PKL, adalah salah satu bentuk kegiatan di mana para siswa ditempatkan langsung di lingkungan kerja.
"Banyak sekali gerombolan anak sekolah yang kami tertibkan. Mereka sedang nongkrong di selter, restoran, rumah makan dan mal, khususnya di tempat yang ada wifinya," ujar Kepala Salpol PP Kota Solo Arif Darmawan, Senin (15/5).
Atas temuan tersebut, pihaknya mengusulkan pelarangan tempat makan dan mal menerima kunjungan siswa yang masih memakai seragam sekolah. "Kami sudah usulkan, tempat-tempat usaha tadi dilarang untuk menerima anak-anak berseragam dengan alasan apa pun," katanya.
Alasan para siswa nongkrong di keramaian, kata Arif, adalah untuk mengerjakan tugas secara kelompok atau bersama-sama. Menurutnya, hal itu tidak dibenarkan dan melanggar ketentuan SE yang mewajibkan mereka langsung pulang setelah PTM.
"Kebanyakan SMA, kalau SMP beberapa, karena lebih banyak yang dijemput. Kami minta untuk segera pulang saja," tandasnya.
Arif menyebut, ada sejumlah lokasi atau titik-titik para siswa berkumpul sepulang sekolah, di antaranya Alun-Alun Kidul (Selatan), kawasan Cengklik, dan Selter Sriwedari.
Arif menuturkan, sebenarnya laporan terkait kegiatan siswa itu sudah ada sejak PTM dimulai. "Kami kemarin baru mengimbau karena belum ada regulasi yang melarang. Sekarang sudah ada regulasinya," ungkap Arif.
Sejumlah orang tua siswa mulai mengkhawatirkan kondisi itu. Mereka meminta agar Pemkot Solo, khususnya Satpol PP, mengambil tindakan tegas agar tak menimbulkan pelanggaran protokol kesehatan (prokes).
"Saya sering lihat di selter Sriwedari itu banyak sekali. Mereka tidak pakai masker. Bukan belajar, tapi malah main game bareng-bareng," kata Hary Setiono, warga Cemani.
Hary yang anaknya belajar di salah satu SMP swasta di Solo itu mengatakan, dirinya harus ekstraketat mengawasi anaknya. Dia pun harus melakukan antar-jemput sendiri agar anaknya tak keluyuran seusai sekolah.
"Ya harus diawasi ketat. Orang tua jangan hanya mengandalkan guru di sekolah. Kita harus antar-jemput anak biar tidak ke mana-mana," ucapnya.
Ungkapan senada dikemukakan Agus Prasetyo (55), warga Sriwedari. Ia berharap pemerintah lebih ketat dalam menerbitkan peraturan, khususnya untuk kegiatan di luar sekolah. Hal itu sangat penting untuk mencegah terjadinya penyebaran Covid-19.
"Di lingkungan luar sekolah itu kita tidak tahu siapa saja, asalnya dari mana. Sangat rawan kalau tidak dibatasi. Jangan sampai nanti ke sekolah ada siswa yang membawa virus dan ada klaster lagi," ucapnya.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebuah video memperlihatkan pelajar yang tak sekolah dan mesum di gedung kosong.
Baca SelengkapnyaPolisi mengidentifikasi asal sekolah pelajar yang diamankan. Dari 10 sekolah, hanya dua di antaranya yang berada di Kota Semarang.
Baca SelengkapnyaNantinya, venue KTT ASEAN difokuskan di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
Baca SelengkapnyaSatpol PP DKI Jakarta menggaet pelajar untuk mencegah terjadinya tawuran dan tindakan melanggar aturan lainnya di DKI.
Baca SelengkapnyaPara pelajar itu mengikuti ajakan untuk bergabung di gedung DPR RI dari mulut ke mulut dan sosmed.
Baca SelengkapnyaSatpol PP mengundang pihak sekolah sebagai pendamping, untuk mengetahui apa yang tengah dilakukan siswanya.
Baca SelengkapnyaSatu petugas PPSU jadi korban tabrak lari para pelajar yang tengah berseteru.
Baca SelengkapnyaMereka melakukan TOTR dengan maksud untuk mencari kelompok lain agar terjadi kerusuhan.
Baca SelengkapnyaTotal ratusan pelajar, petasan, hingga puluhan motor yang digunakan untuk konvoi telah diamankan.
Baca SelengkapnyaKadisdik mengatakan berdasarkan Surat Edaran Kemendikbud masih diutamakan menggelar pembelajaran tatap muka.
Baca SelengkapnyaTanpa basa-basi, Tim Sparta pimpinan Kombes Polisi langsung beraksi. Puluhan 'oknum' pendekar langsung digulung.
Baca SelengkapnyaKemacetan lalu lintas di Jakarta semakinbertambah parah saat anak sekolah mulai masuk usai libur panjang.
Baca Selengkapnya