Satu bulan ikut Gafatar, Abdul ogah balik sama keluarga
Merdeka.com - Abdul Wahid (44) terlihat lelah setiba di Balai Dinsos Jabar, Kota Cimahi. Tatapannya seolah kosong. Sembari menanti panggilan dari petugas untuk menghuni kamar, pria asal Cirebon itu sesekali melihat handphone pribadinya.
Abdul Wahid adalah salah satu dari 192 orang yang pernah terlibat organisasi Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar). Kini, pria yang berdomisili di Tangerang itu akan dibina oleh Pemprov Jabar setelah sebulan lamanya tinggal di Kalimantan bersama organisasinya itu.
"Saya sudah satu bulan di sana sama Gafatar," katanya pada merdeka.com, di gedung Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKB) Dinsos Jabar, Kota Cimahi, Selasa (26/1).
-
Siapa yang dimusnahkan oleh petani-pemukim? Sebuah studi baru mengungkap bahwa bangkitnya pertanian ini sebenarnya menyebabkan genosida tragis terhadap populasi pemburu-nomaden yang dimusnahkan oleh para petani-pemukim dalam beberapa generasi.
-
Siapa yang melakukan pemalakan? Dijelaskan bahwa oknum di PPDS Anestesi Undip ini meminta uang senilai Rp20-40 juta. Permintaan uang ini bahkan berlangsung sejak dokter Risma masuk PPDS Anestesi sekitar bulan Juli hingga November 2022 lalu. 'Dalam proses investigasi, kami menemukan adanya dugaan permintaan uang di luar biaya pendidikan resmi yang dilakukan oleh oknum-oknum dalam program tersebut kepada almarhumah Risma. Permintaan uang ini berkisar antara Rp20-Rp40 juta per bulan,' ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril pada Minggu (1/9).
-
Apa yang dibakar? Petugas Balai Taman Nasional Tesso Nillo menemukan pondok yang dibangun perambah kawasan dilindungi. Tanpa basa basi, pondok itu langsung dibakar.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Dimana Ganjar bertemu dengan petani? Calon presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengangkat bawang merah saat bertemu dengan para petani di Desa Kertabesuki, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, Rabu (10/1/2024).
-
Siapa korban tewas terbakar? Nasib tragis menimpa Anton (40), warga Dusun Darungan, Desa Kandangan, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, yang tewas dalam kebakaran rumahnya.
Satu bulan di sana nyatanya membuat Abdul kerasan. Buktinya jika disuruh memilih ia tidak ingin kembali ke rumah bersama keluarganya, melainkan ingin ke Kalimantan untuk hidup.
"Saya sudah enak di sana, enggak mau balik. Saya ngerasa sudah kaya kampung halaman," ujarnya tanpa menyebut alasan kerasan tinggal di Kalimantan.
Saban hari Abdul yang sebelum bergabung dengan Gafatar adalah kuli bangunan, di sana bekerja sebagai petani. Aktivitas di sana menurutnya jauh lebih menyenangkan. Kebersamaan yang dijalin bersama individu lainnya kata dia sangat menyenangkan.
"Saya tani di sana. Setiap hari dapat uang sekitar Rp 75 ribu. Cukup sih," ungkapnya. Menurutnya keadilan dan kesejahteraan yang diamanatkan dalam Pancasila justru terasa. "Saya merasa di sana sejahtera."
Tapi jika bicara agama dia tak menampik ada yang bertentangan dengan orang mayoritas muslim lainnya. Semisal tidak mewajibkannya salat bagi umat Islam. "Memang ke arah sana (enggak salat). Tapi saya belum dapat pemahaman sampai sana, karena baru satu bulan. Kalau yang lain ada yang sudah dari Agustus tahun lalu," ungkapnya.
Abdul pun kini hanya pasrah. Dia siap dibina jika memang pemerintah punya pandangan lain soal Gafatar. "Saya di sini aja ikut apa yang diperintahkan. Kalau sudah dibina saya balik sama istri dan anak," jelasnya sembari mengeluh akan bekerja apa selepas dibina.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Abdul menghabiskan waktu kurang lebih 7 tahun untuk mengubah hidupnya di kampung.
Baca SelengkapnyaDari generasi ke generasi, usaha bubur ini turun-temurun, menjadi bukti ketekunan dan dedikasi keluarga dalam mempertahankan usaha ini.
Baca SelengkapnyaIa memilih kembali ke desa untuk tujuan yang tak terduga. Ternyata keputusannya benar-benar mengubah nasibnya.
Baca SelengkapnyaAgus merupakan petani asal Desa Jambu, Kediri, Jawa Timur. Dulunya di Desa Jambu, Agus dan keluarga merupakan orang yang kurang mampu secara finansial.
Baca SelengkapnyaKeputusannya menjadi petani justru memberikan pendapatan lebih dibanding menjadi karyawan dengan upah minimum.
Baca SelengkapnyaKisah Supartono, pemulung dan tukang becak asal Ponorogo yang berangkat haji tahun ini.
Baca SelengkapnyaBocah Papua harus rela tinggal berdua dengan adiknya selama berbulan-bulan karena orang tua mereka bekerja mencari kayu gaharu di tengah hutan.
Baca SelengkapnyaSeorang pria asal Banyuwangi telah merantau selama puluhan tahun sebagai seorang transmigran di Kaltara dan tidak pernah pulang kampung.
Baca SelengkapnyaBisnis tanam pepaya Califoria merupakan sebuah ketidaksengajaan.
Baca SelengkapnyaSeorang pensiunan TNI ikut program transmigrasi ke Kalimantan dan memulai hidupnya dari nol.
Baca SelengkapnyaMbah Suhriyeh mengaku tidak mendapatkan banyak uang. Hanya sekitar Rp30-40 ribu perhari saja.
Baca Selengkapnya