Sawah rusak, Salim Kancil tetap banting tulang nafkahi keluarga
Merdeka.com - Salim alias Kancil merupakan petani miskin. Namun dia punya tekad untuk menghidupi keluarganya.
Maka dari itu Salim Kancil rela giat bekerja. Namun, sawah dan rawa puluhan tahun menjadi sumber mata pencahariannya terendam air laut. Hal itu disebabkan adanya aktivitas tambang pasir besi ilegal di Pesisir Watu Pecak.
Kegiatan liar itu dikelola Tim 12 di bawah pimpinan Kepala Desa Selok Awar-awar, Hariyono. Bertahun-tahun, keadaan tak juga membaik. Salim Kancil terus merugi, karena harus membeli bibit seharga Rp 3 juta, tetapi hasil panennya tak sebanding. Terakhir, dia hanya dapat hasil panen seukuran satu tempat nasi.
-
Siapa yang dimusnahkan oleh petani-pemukim? Sebuah studi baru mengungkap bahwa bangkitnya pertanian ini sebenarnya menyebabkan genosida tragis terhadap populasi pemburu-nomaden yang dimusnahkan oleh para petani-pemukim dalam beberapa generasi.
-
Siapa yang melakukan pemalakan? Dijelaskan bahwa oknum di PPDS Anestesi Undip ini meminta uang senilai Rp20-40 juta. Permintaan uang ini bahkan berlangsung sejak dokter Risma masuk PPDS Anestesi sekitar bulan Juli hingga November 2022 lalu. 'Dalam proses investigasi, kami menemukan adanya dugaan permintaan uang di luar biaya pendidikan resmi yang dilakukan oleh oknum-oknum dalam program tersebut kepada almarhumah Risma. Permintaan uang ini berkisar antara Rp20-Rp40 juta per bulan,' ungkap Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril pada Minggu (1/9).
-
Siapa yang dibunuh secara sadis? Hasil analisis menunjukkan, kedua mumi laki-laki ini mengalami kematian di tempat akibat tindakan kekerasan yang disengaja.
-
Siapa pelaku penganiayaan? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jendera Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat.
-
Siapa pelaku pembunuhan mutilasi di Sleman? Pelaku adalah W, warga Magelang, dan RD, warga Jakarta. Berdasarkan hasil penyelidikan, pelaku dan korban sudah saling mengenal. Hingga kini polisi masih mendalami motif pelaku.
-
Siapa yang melakukan penganiayaan? Seorang bocah berusia 8 tahun di Semarang diduga dibakar teman sepermainannya.
"Sawahnya habis jadi rawa. Kerendam air asin. Dulu itu pertama panen setenong, sewakul. Terakhir juga panennya hanya dapat setenong. Itu gak sampai 2 kilo," kata anak Salim Kancil, Ike Nurillah (21), di kediamannya, Desa Selok Awar-awar, Pasirian, Lumajang, Rabu (7/10).
Dulu, kenang Ike, secara rutin selepas dari sawah sekitar usai maghrib, ayahnya sudah siap berangkat mencari bekicot atau siput. Peralatan biasa dia gunakan sederhana. Hanya membawa keranjang besar di punggungnya.
"Kalau malam nyari bekicot, siput. Malam, kalau siang enggak keluar bekicotnya di sawah. Itu nyari sampai ke Gunung Sawo, jauh. Berangkat sore sekitar jam 6, trus jam 6 pagi pulang," ucap Ike.
Sesampainya kembali di rumah, sekitar pukul 06.00 WIB, biasanya Salim Kancil berhasil mendapat antara 5 sampai 10 kilogram bekicot. Setelah itu, Salim Kancil hanya beristirahat tak sampai satu jam, lalu dia kembali mengurus sawahnya. Karena sawahnya terletak di Pesisir Watu Pecak yang berbatasan dengan laut dan tambang, maka energi Salim Kancil lebih banyak dihabiskan meninggikan sawahnya. Jika tidak, tanaman padinya akan terendam air asin.
"Ngangkut pasir buat meninggikan sawah. Ngangkutnya kelihatan kayak sapi bawa barang. Sudah lama kayak gitu, mulai dari saya kecil, kira-kira 20 tahun bapak kerja itu," ujar Ike.
Ike mengatakan, sang ibu, Tijah, biasanya mengantar bekal ke sawah buat bapaknya sekitar pukul 08.00 WIB. Tijah tak membawa lauk mewah buat sarapan Salim Kancil.
"Biasanya lauknya sayur kelor sama sambel. Enggak ada ikannya. Biasanya dimakan sama nasi. Bapak makannya banyak, enggak mikir lauk, pokoknya kenyang. Bukan karena suka, tapi karena enggak ada lagi," kenang Ike.
Seringkali dalam satu hari, Salim Kancil hanya bisa menikmati waktu tidur selama 2 jam saja. Mendesaknya kebutuhan ekonomi membuatnya tak rela membuang waktu buat bersantai.
Sedangkan Ike sudah memiliki anak dan kini bersekolah di Taman Kanak-kanak. Saban hari dia bekerja mencari rumput. Dia juga membantu memelihara empat sapi milik orang lain, dan merawat 12 kambing milik ayahnya dan milik orang. Anak lelaki Salim Kancil lebih sering membantunya di sawah ketimbang bersekolah. Tak hanya Ike, Tijah juga setiap hari bekerja mencari rumput.
"Ibu biasanya nyari rumput. Satu jam perjalanan, membawa tampar, arit, naik sepeda. Rumputnya dua ikat tinggi dibonceng belakang sepeda," imbuh Ike.
Waktu sawahnya rusak, Salim Kancil sudah tidak rutin ke sawah lagi. Dia membantu istrinya mencari rumput dan mencari pekerjaan serabutan yang lain.
"Terakhir ibu saya jual batu karang. Bapak saya juga ikut nyari, tapi enggak bisa berenang. Bapak nyarinya di pinggir pantai, soalnya pernah terpental ombak, terus kakinya luka-luka. Bapak kan enggak bisa berenang," kenang Ike. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Walaupun tinggal di tengah hutan, mereka mengaku sudah biasa merasakan kondisi seperti itu.
Baca SelengkapnyaKonon pulau ini tidak ditemukan, namun akibat sebuah peristiwa yang luar biasa, Pulau Si Kantan ini muncul.
Baca SelengkapnyaMusim kemarau berkepanjangan membuat aliran Sungai Citarum mengalami kekeringan parah.
Baca Selengkapnya4.000 hektare lingkungan yang rusak di Kabupaten Merangin akibat PETI.
Baca SelengkapnyaDengan perahu rakit yang ia buat dari drum, Ibu Pasijah mengarungi perairan hutan mangrove untuk menanam bibit pohon tersebut.
Baca Selengkapnya"Sumur-sumur sudah mengering, sehingga warga hanya bisa mendapatkan air dari dasar sungai,” Sunardi.
Baca SelengkapnyaPuluhan lahan pertanian transmigrasi di Kalimantan Utara terendam banjir akibat pasang air laut.
Baca SelengkapnyaPotret dua rumah milik penghafal Al-Quran masih berdiri kokoh setelah banjir bandang.
Baca SelengkapnyaDebit air sungai Ciliwung di Bendung Katulampa mengalami penyusutan dengan tinggi muka air (TMA) hanya nol centimeter
Baca SelengkapnyaGerakan ini berawal dari sumber mata air yang dulunya asyik dipakai mandi atau sekadar bermain air, kini banyak yang kering
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaPara petani di Sukasirna memang lebih memilih membuat kincir air untuk mengairi sawah-sawah dibanding menggunakan pompa air.
Baca Selengkapnya