SBY tak di garis depan saat harga daging, cabe & jengkol meroket
Merdeka.com - Tahun ini disebut-sebut sebagai tahun politik, sebelum dibukanya pintu gerbang peralihan kekuasaan pada 2014. Satu tahun menjelang berakhirnya kepemimpinannya sebagai presiden, Susilo Bambang Yudhoyono dihadapkan pada pelbagai persoalan. Tidak hanya menyangkut aspek politik dan penegakan hukum, tapi juga masalah ekonomi.
Seharusnya, tahun ini adalah tahun pembuktian kinerja Kabinet Indonesia Bersatu jilid II untuk menyelesaikan persoalan bangsa. Tapi kenyataannya, negara tak berdaya menghadapi gempuran persoalan yang datang silih berganti tanpa henti. Tengok saja jeritan masyarakat manakala harga bahan kebutuhan pokok meroket tajam.
Dalam setahun ini, sudah dua kali persoalan bahan pangan membuat SBY marah kepada menteri-menterinya. Pertama, masalah bawang putih yang langka di pasaran. Saat itu, pasokan bawang putih langka di pasaran karena ada ratusan kontainer bawang impor yang tertahan di Pelabuhan Tanjung Perak.
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Apa saja kebutuhan pokok yang harganya naik? Memasuki akhir November, harga sejumlah kebutuhan pokok melambung tinggi. Di pasar tradisional Boyolali, harga gula putih dan gula merah naik drastis. Kenaikan harga gula cukup tinggi hingga mencapai Rp4.000 per kilogram.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
-
Kenapa harga kambing kurban naik? Kenaikan ini terjadi seiring meningkatnya permintaan pasar.
-
Harga kambing kurban naik berapa? Untuk harga sendiri, terjadi kenaikan di wilayah Kabupaten Bandung, berkisar Rp300-Rp500 ribu per ekornya.
Kedua, yang belakangan ini menjadi isu paling hangat. Harga bahan kebutuhan pokok kompak naik gila-gilaan. Harga daging sapi menembus lebih dari Rp 100.000 per kilo gram. Bahkan, harga daging di Indonesia sempat disebut-sebut sebagai yang termahal di dunia.
Tidak hanya daging sapi, harga cabe rawit pun makin pedas. Di beberapa daerah, rata-rata harganya di atas Rp 80.000 per kilo gram. Bahkan, di beberapa kota, harga cabe rawit lebih mahal dari daging sapi.
Tak mau kalah, harga bawang ikut merangkak naik perlahan. Harga bawang saat ini rata-rata di atas Rp 50.000 per kg dan berpotensi menyentuh Rp 80.000 per kg jika terus dibiarkan. Sebelumnya, masyarakat cukup dibuat heboh saat harga jengkol naik tajam. Harga jengkol lebih mahal dari harga daging ayam.
Saat harga melambung tinggi, SBY menggelar rapat. Dalam rapat yang digelar di Lanud Halim Perdanakusuma, SBY marah ke Menteri Pertanian Suswono , Menteri Perdagangan Gita Wirjawan , dan Kepala Bulog Sutarto Alimoeso lantaran dinilai lamban dalam mengatasi persoalan harga-harga pangan yang mahal. Padahal, SBY seharusnya tidak hanya marah-marah ke menteri-menterinya, melainkan langsung mengambil alih penyelesaian 'krisis' pangan karena harga-harga yang melambung tajam.
Muhammad Prakosa , mantan menteri pertanian era Abdurrahman Wahid atau Gus Dur angkat bicara. Menurutnya, seharusnya presiden ada di garda terdepan ketika bicara soal ketahanan dan kedaulatan pangan. Termasuk ketika menghadapi persoalan kenaikan harga bahan pangan yang selalu dialami rakyat setiap tahun. Menyerahkan kebijakan ke menteri terkait tidak akan menyelesaikan persoalan. Justru kenyataannya para menteri akan bertahan dengan kebijakan masing-masing, sehingga tidak ada sinkronisasi kebijakan.
"Presiden harus turun tangan soal policy (kebijakan) Karena selalu ada polemik kalau disampaikan menteri. Presiden harus ambil sikap, kalau diserahkan ke masing-masing kementerian, mereka ambil kebijakan berdasar analisa sendiri dan muncul ego sektoral," kata Prakosa kepada merdeka.com, Minggu (21/7).
Dia tidak heran jika Menteri Pertanian Suswono dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan seolah tak kompak manakala menghadapi masalah pangan. Padahal, masalah kenaikan harga bahan pangan yang terjadi karena kekurangan pasokan selalu terjadi setiap tahun. Istilahnya, masalah klasik yang tidak selesai lantaran tidak ada kebijakan lintas sektoral yang tepat.
Prakosa sendiri tidak setuju jika masalah pangan dan lonjakan harga kebutuhan pokok hanya dibebankan ke menteri pertanian yang gagal menggenjot produksi pertanian. Padahal, kata dia, kebijakan sektor perdagangan di era perdagangan bebas juga mempengaruhi.
"Pengalaman saya (sebagai menteri pertanian), tidak bisa dibebankan ke menteri pertanian. Semua sektor harus kerja sama ke sektor pertanian. Presiden yang bisa jembatani agar tidak ego sektoral," tegasnya.
Di era kepemimpinan presiden-presiden sebelumnya, masalah pertanian dan ketahanan pangan langsung berada di bawah koordinasi presiden. Kebijakan strategis ketika menghadapi persoalan pangan tidak diserahkan ke menteri terkait.
"Zaman dulu ditangani langsung presiden. Pimpin sidang terbatas menteri, diputuskan presiden dan dilaksanakan. Menteri hanya pelaksana harian," katanya.
Anggota Komisi IV DPR melihat, target swasembada pangan yang ditargetkan pemerintahan SBY bisa diwujudkan pada 2014, nampaknya jauh panggang dari api. "2014 tidak akan mungkin swasembada pangan. Mungkin baru terwujud 2019. Itu pun kalau pemerintah mulai serius dari sekarang," ucapnya.
Baca juga:
Ekonomi Indonesia masih tumbuh di atas tumpukan utang
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Harga sejumlah bahan pangan mengalami kenaikan jelang akhir tahun 2023.
Baca SelengkapnyaHarga bahan pangan dari beras, daging, ikan dan aneka bumbu mengalami kenaikan pada 23 Juli 2024.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data dari Panel Harga Bapanas harga pangan pada 29 Juli 2024 mengalami tren kenaikan.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaBeberapa harga bahan pokok sudah turun di antaranya ayam, minyak, telur dan cabai murah.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus berupaya mengatasi kelangkaan dan mahalnya harga beras.
Baca SelengkapnyaAda beberapa harga komoditas bahan pangan yang mengalami kenaikan antara lain, beras, telur ayam, daging ayam, dan gula pasir.
Baca SelengkapnyaSepekan jelang bulan suci Ramadan 2024, sejumlah harga pangan mengalami kenaikan.
Baca SelengkapnyaMendag Zulhas mengatakan harga kebutuhan pokok di Jakarta cenderung stabil.
Baca SelengkapnyaKomoditas yang masih tinggi adalah daging ayam dan telur.
Baca SelengkapnyaMenteri Perdagangan Zulkifli Hasan bersyukur karena harga Bapok, khususnya di Jawa Tengah terpantau stabil cenderung turun.
Baca SelengkapnyaKenaikan IPH tertinggi di Pulau Sumatra terjadi di Kabupaten Aceh Besar dengan nilai perubahan IPH 0,97 persen.
Baca Selengkapnya