Sebelum Dibunuh Kedua Orangtua, Anak Dianiaya Selama Sepekan
Merdeka.com - Seorang bocah laki-laki inisial AP (12) tewas setelah dianiaya kedua orangtuanya, Aan Aprizal (33) dan Samsidar (29). Keduanya telah ditetapkan tersangka dan terancam pasal berlapis.
Kapolsek Babat Tomat AKP Andi Kesuma Jaya mengungkapkan, dari hasil pemeriksaan visum terungkap luka yang menyebabkan kematian korban terdapat di tiga titik, yakni dua titik di kepala dan satu di kemaluan. Luka lebam di kepala disebabkan benturan ke bak mandi akibat terpeleset saat dipukul ayahnya menggunakan selang plastik. Sementara di kemaluan akibat tendangan ibunya.
"Tiga titik luka itu yang menyebabkan kematian korban, itu bagian-bagian yang parah," ungkap Andi, Selasa (30/11).
-
Siapa pelaku penganiayaan? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jendera Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat.
-
Siapa yang melakukan penganiayaan? Seorang bocah berusia 8 tahun di Semarang diduga dibakar teman sepermainannya.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
-
Bagaimana cara melindungi anak dari kekerasan? 'Ajari anak untuk berteriak dan lalu menghindari pelaku atau cari orang dewasa lain untuk minta perlindungan,' jelas Vera saat dihubungi di Jakarta, dilansir Antara, Rabu (31/7). Selain itu, ajarkan anak untuk selalu bercerita jika ada yg menyakiti dirinya.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
Dikatakan, penganiayaan tersebut berlangsung sejak sepekan sebelum kematian korban dan terus berlangsung setiap harinya. Semuanya terjadi di kamar mandi ketika ibu atau ayahnya membersihkan sisa buang air besar.
"Setiap korban BAB sembarangan dibawa ke kamar mandi, di sanalah penganiayaan terjadi, setiap hari selama seminggu sebelum korban meninggal," ujarnya.
Penganiayaan tersebut dilakukan oleh masing-masing tersangka. Tidak ada upaya mencegah dari salah satunya agar kekerasan tak terjadi.
"Jika ibunya menganiaya, bapaknya ikut-ikutan emosi, turut menyiksa juga. Artinya tidak ada upaya mencegah atau menasihati satu sama lain, mereka kompak menganiaya," kata dia.
Semua fakta itu diakui kedua tersangka tanpa sanggahan apapun. Hanya saja, penyidik perlu melakukan pendalaman lebih lanjut.
"Semuanya diakui kedua tersangka, mereka menjelaskan secara jelas, tidak ada yang mengelak," pungkasnya.
Diketahui, pasangan suami istri, Aan Aprizal (33) dan Samsidar (29), membunuh anak kandungnya sendiri yang masih berusia 12 tahun inisial AP. Pemicunya pun terbilang sepele, hanya karena korban yang menderita autis buang air besar (BAB) sembarangan.
Kepada polisi, tersangka Samsidar mengaku orang yang pertama kali menganiaya korban. Dia kesal melihat anak laki-lakinya itu BAB bukan pada tempatnya pada Rabu (24/11) malam.
Lantas, tersangka menendang alat vital korban untuk meluapkan emosinya. Tendangan tak hanya sekali saja, melainkan berkali-kali yang membuat korban meringis kesakitan.
Seperti kerasukan setan, tersangka kembali menganiaya korban. Dia mengambil gayung dan memukulkannya ke badan korban, juga berkali-kali.
Mendengar teriakan korban yang kesakitan, ayahnya Aan mendekat. Bukannya melerai dan menyelamatkan korban dari amukan ibunya, tersangka Aan justru ikut melakukan kekerasan.
Tersangka memukul selang plastik sepanjang 1,35 meter ke punggung korban. Tersangka berdalih pukulan hanya sebanyak dua kali. Namun pukulan itu meninggalkan memar cukup parah di tubuh korban.
Tersangka Samsidar ternyata belum puas. Dia lagi-lagi memukuli korban dengan gayung, kali ini kepala menjadi sasaran. Korban akhirnya tak sadarkan diri.
Warga yang curiga mendatangi lokasi dan menemukan korban tergeletak di lantai. Sementara kedua pelaku sudah meninggalkan tempat dan belakangan diringkus polisi dalam persembunyian di rumah orang tuanya yang juga sekampung di Kelurahan Mangun Jaya, Kecamatan Babat Toman, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan.
Warga membawa korban untuk mendapat perawatan medis di puskesmas. Tak lama dirawat, korban menghembuskan napas terakhirnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Orang tua korban sudah ditetapkan sebagai tersangka atas kematian anak kandungnya.
Baca SelengkapnyaTindakan rudapaksa dan pelecehan dilakukan ketika orang tua korban tidak di rumah.
Baca SelengkapnyaSementara diketahui balita MFW dan RC sudah dititipkan ke pelaku ADT dan TAS sejak sebulan terakhir.
Baca SelengkapnyaSeorang ayah di Jagakarsa, Jakarta Selatan tega membunuh 4 anaknya sendiri.
Baca SelengkapnyaPolisi masih mendalami motif tersangka Panca Darmansyah yang tega menghabisi anak kandungnya sendiri.
Baca SelengkapnyaPolisi sudah memeriksa ibu korban untuk menggali motif pelaku.
Baca SelengkapnyaKasus ini terungkap setelah ayah kandung korban mencari anaknya.
Baca SelengkapnyaPenganiayaan terhadap RML (5) dilakukan berbulan-bulan. Akibatnya, korban luka-luka di sekujur tubuh.
Baca SelengkapnyaSampai saat ini Panca belum ditahan oleh penyidik.
Baca SelengkapnyaAroma anyir seperti bau bangkai mengitari kediaman keluarga tersebut setelah empat anak ditemukan tewas pada Rabu (6/12).
Baca SelengkapnyaPolisi menyatakan para tersangka kasus anak dilakban, Aqillatunisa dengan pasal pembunuhan berencana.
Baca SelengkapnyaTersangka membunuh tetangganya itu karena menyimpan dendam sepuluh tahun lamanya.
Baca Selengkapnya