Sebelum dikirim ke RSJ, Kompol Fahrizal bahayakan diri sendiri & tahanan lain
Merdeka.com - Perwira menengah Polda Nusa Tenggara Barat (NTB), Kompol Fahrizal (41), yang menembak mati adik iparnya, Jumingan (33), kerap menyakiti diri sendiri selama dalam tahanan. Kondisi itu juga menjadi salah satu pertimbangan penyidik mengirimnya ke rumah sakit jiwa (RSJ).
"Karena memang di sana (RSJ) lebih aman buat dia (Fahrizal). Kalau di sel kita, sudah ada kecenderungan tidak kooperatif," jelas Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumut, Kombes Pol Andi Rian R Djajadi, Kamis (19/4) malam.
Perilaku mantan Wakapolres Lombok Tengah itu di dalam tahanan dinilai dapat membahayakan dirinya dan tahanan lain. "Contohnya, dia pukul-pukul tembok, kepala dibenturkan ke dinding, dan banyak lagi," urai Andi.
-
Bagaimana pelaku melakukan penikaman? Korban sempat melihat pelaku mengambil senjata tajam jenis badik dari kamar kekasihnya. Kemudian terjadi perkelahian antara pelaku dan korban, namun pelaku berhasil mengambil senjata tajam miliknya dari saku jaketnya dan langsung menikam korban secara berulang kali yang mengakibatkan korban meninggal dunia,' kata mantan Kapolresta Palembang ini.
-
Apa bentuk kekerasan? Kekerasan seksual mencakup semua bentuk aktivitas seksual yang dilakukan tanpa persetujuan dari korban. Ini termasuk pemerkosaan, pelecehan seksual, pencabulan, eksploitasi seksual, dan memaksa korban untuk melakukan hubungan seksual dengan orang lain.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Apa yang dilakukan pelaku terhadap korban? Pelaku mengancam akan memviralkan video-video asusila tersebut, jika korban tidak mau diajak berhubungan badan.
-
Apa yang dilakukan pelaku kepada korban? Mereka melakukan tindakan kekerasan fisik kepada korban.
-
Apa yang dilakukan pelaku pada korban? 'Korban meninggal akibat kekerasan. Ini peristiwa pembunuhan dengan tindak kekerasan, ditali, dicekik. Kami penyidik melakukan penyidikan pembunuhan, tidak soal lain,' kata Endriadi.
Fahrizal juga enggan menjalani cek kesehatan. Dia menolak kedatangan tenaga medis serta tak mau diberi obat. "Cek kesehatan kan seharusnya dilakukan tiap hari," jelas Andi.
Mantan Kasat Reskrim Polresta Medan itu juga belum dapat diambil keterangannya, sehingga penyidik belum bisa mengungkap motif penembakan. "Nggak bisa diambil keterangannya. Tidak ada yang konsisten jawabannya," jelas Andi.
Tim kesehatan Mabes Polri juga telah memutuskan untuk melanjutkan observasi terhadap kejiwaan Fahrizal. Dia kemudian dibawa di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof Dr M Ildrem di Jalan Tali Air, Medan.
Andi Rian menyatakan observasi itu dilakukan bagian dari rangkaian visum kejiwaan. "Visum ini dibutuhkan waktu 14 hari. Tim yang melakukan observasi juga dari internal polisi dan pihak eksternal yang terdiri dari ahli kejiwaan RS Pirngadi dan RSJ," jelasnya.
Seperti diberitakan, Fahrizal mulai dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof Dr M Ildrem, Medan sejak Senin (15/4). Dia direncanakan akan menjalan serangkaian observasi di sana.
Kompol Fahdizal disangka menembak mati adik iparnya, Jumingan, Rabu (4/4) malam. Motif penembakan itu masih misterius.
Setelah melepaskan 6 tembakan yang tidak beruntun, dia menyerahkan diri ke Polrestabes Medan. Penyidik kemudian menetapkannya sebagai tersangka dan menjeratnya dengan Pasal 340 subs Pasal 338 KUHPidana.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Para pelaku kesal dengan tingkah laku Dimas di dalam sel.
Baca SelengkapnyaSigit juga memerintahkan agar memberikan hukuman yang berat terhadap Dadang karena dianggap telah mencederai institusi Bhayangkara.
Baca Selengkapnya