Sebelum kecelakaan, anak korban bus maut Tanjakan Emen mimpi rumah hancur
Merdeka.com - Kecelakaan maut bus pariwisata di Tanjakan Emen masih menyisakan kesedihan yang mendalam bagi keluarga para korban yang tidak berhasil selamat. Beberapa anggota keluarga mengaku mendapat firasat sebelum bus rombongan Koperasi Permata Ciputat mendapat naas.
Salah satunya oleh Yuliana. Perempuan 33 tahun itu kehilangan kedua orangtuanya sekaligus dalam kecelakaan maut itu, yakni Jono (56) dan Sugianti (55). Dia mengaku sempat melarang orangtuanya mengikuti perjalanan tersebut.
"Pas almarhumah pamit mau ke Bandung kan posisinya kita lagi nonton berita longsor di Puncak sama bandara," ujar Yuliana di rumah duka, Legoso, Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Minggu, 11 Februari 2018.
-
Apa itu mimpi buruk? Mimpi buruk merupakan momen paling tidak diinginkan saat seseorang terlelap tidur.
-
Siapa yang mengalami kecelakaan? Chisa Anne stri dari vokalis band Repvblik Ruri Wantogia, membagikan kondisi terkini dari sang suami yang dikabarkan mengalami kecelakaan pada Jumat (6/9).
-
Siapa yang kehilangan keluarganya dalam kecelakaan maut? Baru-baru ini, media sosial dikejutkan dengan kabar tragis dari seorang remaja berusia 19 tahun, Abdur Rahman Amir Ruddin, yang harus kehilangan kedua orang tua dan keempat saudaranya akibat kecelakaan maut di Segamat, Malaysia.
-
Bagaimana cara menghadapi musibah dalam mimpi? Penting untuk bersikap tenang saat musibah datang; rasa panik hanya akan memperburuk situasi.
Apalagi lokasi tujuan adalah Maribaya, Lembang, Bandung. Yuliana cukup paham tipikal jalanan di kawasan tersebut yang berliku-liku dan curam.
Namun, ibunda tetap memaksa ikut. Sugianti beralasan tidak enak dengan teman-temannya yang lain. Apalagi ini baru pertama kali sang ibu keluar kota bersama rombongan Koperasi Permata Ciputat.
Kecelakaan di Tanjakan Emen © Liputan6/Ari RizalYuliana tak banyak berkomunikasi dengan sang ayah soal perjalanan ini. Sebab, ia baru tahu ayahnya ikut dua hari sebelum perjalanan. Dia juga kerap pulang kerja larut malam, sehingga tidak sempat membahas rencana perjalanan tersebut.
"Bapak biasanya kalau jalan-jalan enggak pernah ngikut, paling males kalau ikut," tutur Yuliana menceritakan soal orangtuanya yang menjadi korban kecelakaan maut Tanjakan Emen.
Kabar kecelakaan maut itu pertama kali diketahui oleh anak Yuliana. Dia pun bergegas menyalakan televisi, melihat berita yang disiarkan secara langsung tentang kecelakaan bus di Tanjakan Emen yang dikabarkan mengangkut rombongan Koperasi Permata Ciputat.
Rasa cemas sempat menggelayuti pikiran Yuliana. Namun, dia berusaha tenang. Apalagi ponsel sang ayah masih bisa dihubungi. Hanya saja tidak ada jawaban dari seberang.
"Jadi pikiran saya, apa Bapak lagi sibuk nyelametin korban, makanya tidak kabari. Firasat saya bilang kalau Bapak bukan di bus itu," kata Yuliana.
Namun rasa cemas kembali menghantuinya. Sebab, sang ayah tak kunjung mengangkat telepon hingga malam. Apalagi ia sempat mengalami mimpi buruk, kala orangtuanya hendak berangkat ke Bandung pada Sabtu subuh.
"Firasat saya makin kuat itu karena pas hari H saya bangun karena mimpi. Jadi pas hari berangkat itu rumah ini hancur total enggak tersisa dan saya kaget langsung bangun dan posisinya pas Subuh. Jadi saya langsung salat Subuh," ucap dia.
Yuliana dan adiknya pun memutuskan berangkat ke RSUD Subang, tempat para korban dievakuasi dan dirawat. Dia mencari orangtuanya ke ruang UGD. Namun, kedua orangtuanya tak ketemu.
Kedua orang yang dicintai itu akhirnya ditemukan di ruang jenazah dalam kondisi tak bernyawa.
Yuliana dan keluarga hanya bisa pasrah dan tabah menerima kenyataan ini. Keluarga kemudian mengubur kedua jenazah sesuai permintaan, yakni disertai dengan kain ihram yang dikenakan almarhum dan almarhumah saat umrah beberapa waktu lalu.
Yuliana melihat insiden ini merupakan jalan orangtuanya menghadap Sang Khalik secara bersama-sama. Ia juga melihat, orangtuanya seperti sudah janjian untuk menghadap Ilahi.
Apalagi luka yang diderita sama. Keduanya mengalami luka patah tulang di bagian tangan kiri. Padahal posisi duduk di dalam bus tidak berdampingan.
"Bapak biasanya kalau jalan-jalan enggak pernah ngikut, paling males kalau ikut. Cuma ini mungkin dia sudah firasat, feeling mau nemenin mama," kata Yuliana.
Jono dan Sugianti dimakamkan di liang lahat yang bersebelahan. Mereka dikebumikan dalam kuburan massal di Taman Makam Legoso, Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan bersama sembilan korban lainnya.
Sumber: Liputan6
(mdk/tsr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebelum rombongan SMK Lingga Kencana, Depok mengalami kecelakaan ternyata salah satu murid sudah memiliki firasat tidak enak.
Baca SelengkapnyaDiana tidak menyangka kecelakaan di Ciater itu merenggut nyawa putranya.
Baca SelengkapnyaTiba-tiba tembok tetangga yang lebih tinggi runtuh dan menimpa rumah Suyoto
Baca SelengkapnyaAda wejangan yang menyebut seseorang dilarang tidur sore. Ternyata ini salah satu alasannya.
Baca SelengkapnyaTotal korban meninggal dunia mencapai tujuh orang, 15 penumpang luka ringan dan 12 selamat.
Baca SelengkapnyaSebelum kejadian, wilayah Kabupaten Tasikmalaya diguyur hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.
Baca SelengkapnyaAksi pelemparan ini mengagetkan pengguna jalan hingga viral di media sosial
Baca SelengkapnyaPelaku saat ini telah diamankan pihak Kepolisian dan korban dibawa ke RSU Tangerang Selatan.
Baca Selengkapnya