Sebulan lagi Dolly ditutup, demo ratusan PSK 'panaskan' Surabaya
Merdeka.com - Kurang lebih sebulan lagi lokalisasi Gang Dolly di Dukuh Kupang, Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawaha, Jawa Timur, bakal ditutup oleh Pemerintah Kota (Pemkot) setempat. Namun rencana penutupan lokalisasi ini kini justru bikin 'panas' suhu politik dan masalah sosial masyarakat di Surabaya.
Setelah beberapa waktu lalu Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, yang didukung Ormas Islam di Surabaya terlibat 'perang urat saraf' dengan Wakilnya Whisnu Sakti Buana yang didukung kader PDIP dan ormas lain, kini giliran ratusan PSK dan mucikari Dolly turun jalan. Mereka demo menolak penutupan lokalisasi yang konon disebut terbesar di Asia Tenggara itu.
Setidaknya 500 massa yang terdiri dari berbagai elemen massa, yakni; Gerakan Rakyat Bersatu (GRB), Pagar Jati, Paguyuban Arek Jatim, serta ratusan PSK dan Mucikari yang tergabung dalam Forum Pekerja Lokalisasi (FPL), berdemonstrasi di depan Kelurahan Putat Jaya, Jalan Duku Kupang.
-
Siapa saja yang ikut demo? Aksi demo kali ini sangat besar, melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga para komika seperti Arie Kriting dan Mamat Alkatiri yang ikut turun berdemo.
-
Siapa yang ikut demo? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner.
-
Apa yang diminta oleh massa demo? Dalam aksinya, mereka mendesak DPR dan pemerintah untuk segera mengesahkan Revisi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Siapa yang berdemo di DPR? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023).
-
Apa modus ratusan pelajar tersebut? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. 'Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan,' kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
Mereka berseragam hitam dengan tulisan FPL sambil mengusung berbagai spanduk berisi penolakan penutupan. Aksi sendiri diawali dari lokalisasi, lalu mereka long march sejauh 500 meter ke depan Kantor Kelurahan Putat Jaya.
Pantauan merdeka.com, dalam aksi kali itu terjadi kericuhan saat massa bernegosiasi ingin bertemu dengan lurah dan camat. Mereka terlibat aksi saling dorong dengan ratusan polisi gabungan dari Polsek dan Polrestabes Surabaya yang mengamankan aksi. Satu water cannon juga disiagakan untuk mengamankan aksi.
Hingga berita ini diturunkan, massa masih belum buyar di depan kantor kelurahan. Satu demi satu masih berorasi menolak rencana penutupan yang rencananya bakal dilakukan pada 9 Juni 2014, atau tepatnya jelang Ramadhan tahun ini. (mdk/mtf)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Demo berlangsung ricuh hingga malam hari. Tembakan gas air mata membuat udara di sekitar lokasi demo membikin sesak dan perih di mata.
Baca SelengkapnyaKehadiran mereka disambut sejumlah mahasiswa yang masih bertahan di sekitar gedung DPR/MPR.
Baca Selengkapnya“Menyiagakan 957 personel mengamankan dan melayani kegiatan pada unjuk rasa pada hari ini,” kata Kombes Susatyo
Baca SelengkapnyaSeorang warga yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan, massa yang berjumlah sekira seribuan orang mendatangi kantor bupati dan DPRD setempat.
Baca SelengkapnyaMereka kemudian membakar spanduk besar bergambar Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming, Kaesang Pangarep dan menantu Bobby Nasution
Baca SelengkapnyaDemo ini menuntut DPR agar tidak mengesahkan RUU Pilkada.
Baca SelengkapnyaMereka memprotes dugaan kecurangan dalam proses Pemilu 2024 untuk memenangkan salah satu pasangan calon.
Baca SelengkapnyaPondok Pesantren Al-Zaytun di Indramayu, Jawa Barat kembali jadi sasaran demonstrasi.
Baca SelengkapnyaMassa dari berbagai aliansi ini bersuara lantang menolak Pemilu curang.
Baca SelengkapnyaMereka meminta kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2024 sebesar 15 persen.
Baca Selengkapnyaanggota gabungan akan ditempatkan di titik yang telah ditentukan guna mengantisipasi adanya aksi yang anarkis
Baca SelengkapnyaSituasi makin panas karena pendemo merangsek maju berhadapan dengan polisi.
Baca Selengkapnya