Sedang jual souvenir, 4 bocah diduga korban eksploitasi diamankan Satpol PP
Merdeka.com - Empat anak penjual asongan souvenir diamankan petugas Satpol Pamong Praja Kota Denpasar, Rabu (25/10). Keempat anak ini mengaku warga asal Kubu Karangasem yang sudah lama menetap tinggal di Denpasar.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kota Denpasar, Dewa Anom Sayoga mengatakan, empat anak ini diamankan saat berjualan di Jalan Gatot Subroto Tengah, Denpasar, Bali. Keempatnya diduga telah menjadi korban eksploitasi anak oleh orang untuk berjualan souvenir.
"Anak-anak ini diamankan saat berjualan souvenir, awalnya kita lihat ada enam, tetapi dua orang berhasil kabur," kata Anom Sayoga, di Denpasar.
-
Mengapa pelaku memperdagangkan bayi? Motif ketiga pelaku memperdagangkan bayi-bayi malang itu hingga kini masih diselidiki.
-
Apa yang disita dari pedagang? Barang bukti yang sita itu 4,5 kg daging anjing dan (ada yang sudah diolah) berupa rica-rica dan rawon. Itu, katanya laris dikonsumsi oleh orang-orang terbatas,' kata Kepala Satpol PP Provinsi Bali, Dewa Nyoman Rai Dharmadi, saat dikonfirmasi Kamis (1/8).
-
Siapa saja yang diperiksa terkait penjualan bayi? Polda Bali dan Polres Depok, Jawa Barat, memeriksa Yayasan Luh Luwih Bali yang berlokasi di Banjar Anyar, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan, Bali, terkait sindikat jual beli bayi melalui media sosial Facebook yang terjadi di wilayah Depok, Jawa Barat.
-
Apa yang dijual oleh pelaku di Tasikmalaya? 'Ketiganya terlibat dalam penyalahgunaan sediaan farmasi berupa obat jenis tramadol dan eximer,' ungkap Bripka Triana Anggasari, juru bicara Mapolres Tasikmalaya, saat konferensi pers di Mapolres Tasikmalaya pada Jumat (1/11/2024).
-
Apa yang dijual? Dia merinci, luas tanah lokasi berdirinya masjid 300 meter persegi.'Sementara tanah kosong yang di belakang masjid kurang lebih luasnya juga 300 meter persegi. Jadi kurang lebih dua sertifikat itu luas lahannya 600 meter,' ungkapnya.
-
Mengapa anak-anak dikorbankan? Pemakaman anak-anak di gundukan ini mungkin merupakan persembahan untuk memberi energi pada ladang,' kata Prieto, seperti dikutip Live Science.
Menurut Anom Sayoga, untuk sementara pihaknya masih menahan empat anak ini di kantor Satpol PP Kota Denpasar. Penahanan dilakukan mengingat adanya dugaan anak-anak tersebut dieksploitasi untuk keuntungan orang.
Hal ini mengingat dari barang dagangan yang hampir sama dan nilai barang dagangan juga cukup tinggi. Sehingga tidak mungkin anak-anak memiliki modal cukup untuk mendapatkan barang tersebut tanpa ada yang mendanai.
Dia menambahkan, akan menyerahkan anak-anak ini ke Dinas Sosial Kota Denpasar untuk dilakukan rehabilitasi sosial dan pembinaan.
"Karena tidak mungkin anak-anak punya modal untuk berjualan tanpa ada yang memberi modal, nah pemberi modal ini akan kami pelajari dan telusuri, mudah-mudahan bisa dituntaskan," ujarnya.
Di tempat terpisah, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Denpasar, A.A Ayu Diah Kurniawati mengatakan, penanganan masalah anak ini akan koordinasikan bersama yayasan. Karena informasi yang diperolehnya, ternyata anak-anak ini sudah pernah dibina oleh yayasan Lentera Anak Bali.
"Kita dari sisi rehabilitasi sosial biasanya kalau anak-anak terlantar kalau masih ada keluarganya kita beri ke keluarga untuk membina. Akan kita koordinasikan ke yayasan. Bagaimana mereka dibina dan diasuh," ujarnya.
Empat anak yang rata-rata masih berusia belasan tahun ini nampak tidak canggung untuk sekadar berbicara maupun berkomunikasi dengan petugas. Keempat anak tersebut yakni Kadek Y (13), Komang W (11), Ketut I (8), dan Nyoman P (7).
Salah satu anak, Kadek I, mengaku berjualan untuk membantu ekonomi keluarga dan untuk bekal sekolah. Diakui mereka berjualan karena disuruh orang tuanya yang tinggal di Bung Tomo Denpasar.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hasil jualan anak jalanan itu masuk ke kantong si raja tega.
Baca SelengkapnyaKPAI terus bekerja sama dengan Siber Polri dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk mengungkap sindikat TPPO anak.
Baca Selengkapnya4 Anak asal Sumsel diperbudak jadi pekerja seks komersial (PSK) dan dipaksa melayani tamu 10 sampai 20 orang per hari.
Baca SelengkapnyaIbu berinisial T awalnya melaporkan bayinya diculik. Namun akhirnya terungkap fakta bayinya dijual.
Baca SelengkapnyaEM dapat membeli kelima bayi itu setelah bergabung ke dalam sebuah grup WhatsApp adposi anak.
Baca SelengkapnyaJika ada yang mau menjual bayi maka akan diberikan sejumlah uang. Kisarannya antara Rp 10-15 juta yang dijual di Bali.
Baca Selengkapnya“Saat ini satgas TPPO Polda sumbar sedang melakukan penyelidikan dengan instansi terkait,” kata Kombes Pol Dwi Sulistyawan
Baca SelengkapnyaBermula dari pelaku membeli seorang bayi di Jakarta Barat seharga Rp4 juta
Baca SelengkapnyaPelapor dan pelaku terlibat saling menjelek-jelekkan.
Baca SelengkapnyaDua remaja tersebut mengaku hendak menjual 'peralatan tempur' seharga Rp450 ribu.
Baca SelengkapnyaTerungkapnya kasus tersebut berawal dari laporan ke polisi pada 1 Agustus 2024.
Baca SelengkapnyaBisnis konten 'Video Gay Kids' yang dibongkar Polda Metro Jaya menjadi bukti rentannya anak-anak Indonesia menjadi korban eksploitasi pornografi.
Baca Selengkapnya