Sejak 1998, Vihara Buddha di Malang rutin bagikan takjil gratis
Merdeka.com - Bulan suci Ramadan saat tepat untuk berbagi untuk sesama. Tidak hanya oleh kaum muslim, semangat itu juga disambut oleh para pemeluk Buddha di Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Sebuah Vihara Buddha tepatnya di Jalan Wahidin 36-38 Lawang, Kabupaten Malang, membagikan takjil untuk kaum muslim yang sedang berpuasa secara gratis.
Vihara Sanggar Suci di bawah Yayasan Sukhavati itu sudah biasa menyelenggarakan acara berbuka puasa bersama setiap tahun.
-
Siapa yang bisa makan di restoran ini? Dia mengatakan, restoran ini bukan tempat untuk pertemuan bisnis. Melainkan untuk kekasih dan pasangan berkumpul di sini untuk merayakan hari jadi, ulang tahun, dan lamaran pernikahan.
-
Siapa yang boleh diberikan makanan saat berbuka? Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.' (HR Tirmidzi).
-
Siapa aja yang bisa ikut acara ini? Tak hanya warga asli Korea, warga negara asing pun diperbolehkan untuk mengikuti acara tersebut.
-
Siapa saja yang bisa mengucapkan Ucapan Halal Bihalal Idulfitri? Halal bihalal dilakukan antar keluarga besar maupun tetangga dan masyarakat sekitar, membuat tradisi ini menjadi tali yang mempererat silaturahmi.
-
Bagaimana cara berbuka puasa? Doa buka puasa ini dibaca tidak lain sebagai bentuk syukur karena telah diberikan kemudahan dalam berpuasa.
-
Apa saja yang dianjurkan untuk dimakan saat berbuka? 'Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berbuka puasa dengan ruthab (kurma segar) sebelum shalat. Jika beliau tidak punya ruthab, maka dengan tamr (kurma kering), jika beliau tidak punya tamr, maka dengan beberapa teguk air' (HR. Abu Daud).
Suhu Winantea Listihadi, selaku rohaniwan sekaligus pemimpin Vihara Sanggar Suci mengungkapkan, sejak tahun 1998 acara pemberian takjil mulai dilakukan. Saat itu motivasinya membantu masyarakat yang dalam kondisi krisis ekonomi.
"Pertama kali digelar tahun 1998. Waktu itu harga-harga melambung. Kurs rupiah merosot," kata Winantea Listihadi di samping kiri Vihara yang disediakan khusus untuk antrean berbuka, Selasa (8/6).
Mereka yang ikut berbuka bersama dari masyarakat sekitar Vihara dan anak-anak jalanan. Tidak ada persyaratan khusus untuk ikut berbuka, siapapun boleh datang dan menikmati hidangan.
"Ini sekaligus memupuk tingkat kesadaran bertoleransi. Kerukunan lebih terjalin, memupuk dalam ber-Bhineka Tunggal Ika," katanya.
Acara yang semula bersifat tentatif dan digelar karena krisis ekonomi, kemudian sudah menjadi tradisi tahunan. Masyarakat yang datang pun semakin banyak dalam setiap tahun.
Sementara itu, sekitar 100-an orang yang terdiri anak-anak dan orang tua terlihat mengantre untuk mendapatkan jatah berbuka. Rata-rata mereka datang bersama anggota keluarga.
Sebuah pagar besi sengaja dibuat berliku agar dapat tertib saat mengantri. Masing-masing mendapatkan sepiring nasi dengan lauk ayam suwir dan mie.
Mereka juga masih harus mengambil kerupuk, teh manis serta snack di tempat lain. Semua asyik menikmati hidangan dengan bergerombol dengan tempa duduk seadanya.
"Setiap tahun pasti datang (berbuka puasa) di sini. Sejak saya kecil sudah ada," kata Ervan Dea, anak jalanan asal Lawang yang mengaku datang bersama enam rekannya.
Kegembiraan juga diungkapkan oleh Sutik, yang datang dengan suami dan balita yang masih disusuinya. Dia mengaku senang dapat menikmati hidangan berbuka secara gratis.
"Senang dan sudah biasa ikut berbuka di sini," katanya sambil malu-malu.
Muhammad Yasin Handoko, mengungkapkan bahwa siapapun diperbolehkan ikut berbuka bersama di vihara. Selain menikmati buka gratis, baginya sebagai bentuk saling menghormati kerukunan antar sesama.
"Kerukunan antar umat beragama terjalin. Juga bisa menikmati makanan di sini," katanya.
Kata Suhu Winantea, kendati acaranya digelar di sekitar komplek Vihara, sebenarnya tersebut digagas oleh Paguyuban Metta. Anggotanya beragam dari berbagai agama, mulai Buddha, Nasrani, Islam, Kristen dan Katholik.
"Yang memimpin kebetulan saya. Cuma saya tinggal di Vihara. Awalnya dari arisan, waktu itu Rp 10 ribu jadi Rp 20 ribu, sekarang Rp 50 ribu. Sekarang menjadi kegiatan sosial," katanya.
Winantea pun menolak saat ditanya soal biaya untuk penyediaan hidangan berbuka. Hidangan itupun rencananya akan terus diberikan sampai akhir bulan Ramadan.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setiap hari menjelang waktu berbuka puasa, pengurus Masjid At-Taqwa membagikan ratusan paket takjil gratis berupa berbagai macam menu makanan dan minuman.
Baca SelengkapnyaKegiatan santunan dan buka puasa bersama ini diselenggarakan oleh pengurus Vihara Dhanagun bersama Badan Sosial Lintas Agama (Basolia) & Bogor Sahabat (Bobats).
Baca SelengkapnyaMenariknya, masjid ini dibuka selama 24 jam dan memperbolehkan warga non muslim untuk datang.
Baca SelengkapnyaPotret masjid di Surabaya yang viral karena sediakan fasilitas lengkap gratis setiap hari.
Baca SelengkapnyaBiasanya pelayan akan menyajikan teh tawar gratis bersamaan dengan menu makanan yang dipesan.
Baca SelengkapnyaAcara itu digelar pertama kali setelah vakum akibat COVID-19
Baca SelengkapnyaSelain menyediakan makanan gratis, warung ini juga memberikan layanan cukur rambut gratis bagi pengunjung.
Baca SelengkapnyaPada akhir tahun 1960-an, menu gulai kambing itu sudah menjadi tradisi khas di Masjid Gedhe Kauman.
Baca SelengkapnyaSejumlah warga yang membawa anak ikut berdesakan dalam antrean pembagian takjil gratis di Pemda Kabupaten Bogor di Cibinong.
Baca SelengkapnyaIni menjadi tahun ke-7 warga RT 02/04 Jati Padang dan para donatur membagikan sayuran, bahan makanan, dan baju bekas layak pakai untuk warga kurang mampu.
Baca SelengkapnyaAnak-anak ini mengenakan pakaian dan riasan sesuai tema dagangan mereka
Baca SelengkapnyaSeorang WNI pamerkan takjil gratis yang ia dapat di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
Baca Selengkapnya