Sekarang pendapatan tukang ojek di Jakarta kalahkan pegawai kantoran
Merdeka.com - Jangan pandang sebelah mata pendapatan tukang ojek di Jakarta. Asal rajin dan semangat, pendapatannya bisa fantastis. Bahkan bisa mengalahkan pegawai kantoran.
Salah satu tukang ojek di Jakarta, Zulkarnain menceritakan dalam sehari bisa mengantongi pendapatan Rp 150 ribu sampai Rp 200 ribu. "Alhamdulillah sehari bisa Rp 150.000 sampai Rp 200.000," katanya Sabtu(27/6) bulan lalu.
Dalam sebulan, pendapatan Zulkarnain bisa mencapai Rp 5-6 juta. Menurutnya, pendapatan ini cukup besar dan sudah lebih dari cukup.
-
Apa itu ojek? Mengutip dari Jurnal Ojek dari Masa ke Masa Kajian secara Manajemen Sumber Daya Manusia karya Neneng Fauziah, mengatakan bahwa istilah ‘ojek’ berasal dari kata ‘obyek’.
-
Kenapa ojek muncul? Ide ini muncul dari kondisi jalan desa yang rusak serta tak bisa dilalui oleh mobil sehingga, ditawarkan jasa transportasi lain berupa ojek sepeda.
-
Apa yang dilakukan driver ojol? Driver ojol tersebut memberikan helm pribadinya kepada pengendara yang ditegur saat berhenti di lampu lalu lintas. Aksi perhatian driver ojol itupun langsung ramai mendapat beragam komentar dari warganet.
-
Bagaimana ojek berkembang? Awal mula alat mengojek memang berupa sepeda. Dikutip dari tulisan W.J.S. Poerwadarminta di Kompas, 22 September 1979, ‘Ojek adalah sepeda yang ditaksikan’.
-
Kapan ojek pertama kali muncul? Ojek sendiri pada mulanya berkembang di pedesaan Jawa Tengah pada tahun 1969.
-
Siapa yang memanfaatkan ojek di Dusun Butuh? Tarif yang dikenakan pendaki untuk bisa naik ojek itu adalah Rp20.000 sekali jalan, untuk pulang pergi tarif totalnya Rp40.000.
Cerita lain diungkapkan oleh Toni Haryanto. Dalam sebulan dapat penghasilan sekitar Rp 7,5 juta sampai Rp 9 juta.
"Kalau setiap hari ngojek sekitar 10 orang dalam sebulan bisa dapat segitu. Tambahan bonus Rp 50 ribu dari kantor," kata Toni.
Di tengah kemacetan ibu kota, banyak warga memilih transportasi cepat yang bisa menerobos kemacetan. Salah satu alternatifnya adalah naik ojek.
Pendapatan tukang ojek sekarang cukup besar bila dibandingkan dengan pegawai kantoran. Apalagi kalau dibandingkan dengan anak kantoran yang baru masuk kerja.
Ima, salah satu anak kantoran di Jakarta Timur mengaku penghasilan tiap bulannya hanya sekitar Rp 4 juta. "Ya lumayan sebagai pegawai baru. Mencari kerja sekarang susah," kata Ima.
Untuk hidup di Jakarta gaji sebesar Rp 4 juta sebenarnya masih kurang. Apalagi dirinya harus membayar uang kos tiap bulan. "Sebulan kos saja sudah Rp 700 ribu, belum buat yang lain," ujarnya.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keberadaan Pak Ogah dan banyaknya kendaraan yang berputar balik, dinilai menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan ibu kota.
Baca SelengkapnyaTren jumlah pendatang baru usai Lebaran atau arus balik adalah naik turun selama empat tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaPrevalensi pekerjaan kelas menengah mengalami penurunan dari 14 menjadi 9 persen.
Baca SelengkapnyaKepala Dinas Dukcapil Provinsi DKI Jakarta Budi Awaludin memprediksi jumlah pendatang tahun ini akan turun
Baca SelengkapnyaWarga berharap agar Pemerintah Kota Batu punya solusi agar sektor pariwisata di kawasan legendaris ini kembali dikenal masyarakat luas. Seperti masa jayanya.
Baca SelengkapnyaPekerjaan di sektor gig, rentan terhadap ketidakstabilan pendapatan dan kurangnya jaminan sosial.
Baca SelengkapnyaMassa pengemudi ojol yang tergabung dalam berbagai komunitas dan organisasi ini menyuarakan keluhan soal pemotongan tarif sampai 30 persen.
Baca SelengkapnyaDharma Pongrekun-Kun Wardana menyinggung maraknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sejumlah perusahaan di Jakarta.
Baca SelengkapnyaRibuan pengemudi ojol menyampaikan uneg-uneg mereka soal kebijakan yang diberlakukan oleh pihak aplikator.
Baca SelengkapnyaJakarta menjadi kota dengan biaya hidup tertinggi pertama di Indonesia.
Baca SelengkapnyaAksi unjuk rasa ini menuntut persoalan mengenai tarif di mana potongan yang dibebankan kepada mitra driver mencapai 20 persen hingga 30 persen.
Baca SelengkapnyaSektor informal menunjukkan penurunan, dan optimisme mengenai tren pertumbuhan pekerjaan formal cukup tinggi.
Baca Selengkapnya