Sekolah Tatap Muka, Epidemiolog Ingatkan Vaksin Hanya Lindungi Guru Bukan Murid
Merdeka.com - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mewajibkan seluruh sekolah yang guru dan tenaga pendidiknya telah divaksin untuk membuka pembelajaran tatap muka di sekolah. Pembukaan sekolah tatap muka dipercepat guna menghindari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan pembelajaran secara jarak jauh selama pandemi Covid-19.
Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Masdalina Pane menyebut kewajiban membuka sekolah pasca guru dan tenaga pendidikan divaksin dianggap kurang tepat. Menurutnya vaksinasi terhadap guru hanya melindungi guru bukan murid.
"Guru memang diberikan pengebalan melalui imunisasi, itu untuk melindungi guru bukan melindungi murid. Risikonya besar (tertular) kalau daerahnya belum terkendali," ucap Masdalina kepada Liputan6.com, Jumat (2/4).
-
Siapa yang direkomendasikan untuk melakukan imunisasi? Selain itu, ibu hamil juga diingatkan untuk menjauh dari pasien cacar, karena infeksi ini dapat membahayakan janin yang ada dalam kandungan jika mereka terjangkit.
-
Kenapa anak harus divaksinasi? Vaksinasi atau imunisasi adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan anak-anak kita.
-
Siapa saja yang bekerja di bidang pendidikan? Berikut kumpulan nama-nama pekerjaan di bidang pendidikan dan pekerja lainnya dalam Bahasa Inggris beserta artinya.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Apa dampaknya jika anak tidak divaksinasi? Tidak memberi vaksin pada anak bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang tidak diinginkan.
Pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim yang terkesan mengentengkan risiko penularan Covid-19 terhadap murid, menurut Masdalina tak berdasar. Menurutnya berapa pun kelompok usianya, semua orang memiliki risiko yang sama untuk tertular Covid-19.
"Apa pun kelompok usianya, semua memiliki kemungkinan yang sama untuk terkena Covid-19 kalau kontak dengan kasus konfirmasi ya. Itu standar dalam epidemiologi," katanya.
Masdalina mengatakan, saat ini memang angka anak tertular Covid-19 cukup rendah. Ia menjelaskan hal itu lantaran saat pandai anak-anak cenderung tak memiliki aktivitas di luar ruangan secara berkerumun. Jika pembelajaran tatap muka di kelas dibuka, maka bisa saja keadaannya berubah.
"Karena pada saat ini anak-anak mobilitasnya tak setinggi orang dewasa. Karena mereka tidak sekolah, kemudian juga orang tua melarang mereka untuk berkumpul dan bermain dengan teman-teman sebayanya. Dan mereka juga pada saat ini disibukkan dengan kegiatan pendidikan daring, sehingga kemungkinan mereka untuk terekspos dengan kasus konfirmasi itu jauh lebih rendah, sementara orang dewasa lebih besar," jelasnya.
Jika pembelajaran tatap muka dimulai secara simultan, Masdalina meyakini angka penukaran Covid-19 kepada anak-anak jumlahnya bakal setara orang dewasa.
"Bisa saja terjadi (penularan terhadap orang tua)," katanya.
Oleh karena itu, Masdalina mengatakan jika pemerintah kukuh mewajibkan pembukaan sekolah pada Juli mendatang, ia menyarankan supaya tak dibuka secara serentak. Namun dipetakan terlebih dulu.
"Nanti dipetakan dulu wilayah-wilayah yang mana yang sudah terkendali dengan berbagai kriteria atau indikator epidemiologi. Jadi yang memutuskan apakah sekolah dibuka atau tidak adalah epidemiolog bukan kepala daerah, bukan menteri, tapi orang yang ahli dalam bidang itu," pungkasnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim membantah anggap yang menyebut bahwa para murid lebih rentan terhadap Covid-19 ketimbang para guru. Ia menyatakan justru para guru yang rentan terhadap infeksi virus tersebut.
"Riset sudah membuktikan dan kita sudah tahu ini dari data di seluruh dunia bahwa pendidik dan tenaga pendidikan karena umur mereka memiliki kerentanan yang tertinggi terhadap Covid-19. Bukan murid-murid ya," sebut Nadiem dalam acara Pengumuman Surat Keputusan Bersama sejumlah menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), Selasa (30/3/2021).
Nadiem menjelaskan, menurut data yang ia dapat, anak-anak di rentang balita sampai remaja justru memiliki tingkat kematian akibat Covid-19 terhitung rendah.
"Jadi kelompok usia 3-18 tahun ini memiliki tingkat mortalitas yang sangat rendah, dibandingkan kelompok usia yang lainnya ya," paparnya.
Di samping itu, Nadiem memaparkan bahwa infeksi Covid-19 kepada anak-anak usia di bawah 18 tahun kebanyakan hanya bergejala ringan.
"Secara data di dunia yang kita punya anak memiliki kerentanan yang jauh lebih rendah terhadap infeksi Covid dibanding orang dewasa. Dan anak semakin kecil kemungkinan menularkan infeksinya semakin kecil. Semakin muda semakin kecil, ini data dari UNICEF, WHO," jelasnya.
Menurut Nadiem data itulah yang menjadi landasan sejumlah negara di dunia nekat menggelar pembelajaran secara tatap muka di sekolah, kendati angka infeksinya masih terhitung tinggi.
Reporter: Yopi M
Sumber: Liputan6.com
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Guru dan murid sekolah di Palembang harus kembali menjalani pembelajaran jarak jauh gara-gara kabut asap karhutla yang tak kunjung teratasi.
Baca SelengkapnyaGuru memiliki andil besar dalam mencetak anak-anak yang berkualitas dan memiliki daya saing.
Baca SelengkapnyaKasus ini bermula dari salah satu pelajar yang belum sembuh total dari cacar air masuk sekolah
Baca SelengkapnyaMereka adalah guru dan tenaga kesehatan (nakes) yang lolos seleksi CPNS tahun 2019 dan 2020.
Baca SelengkapnyaData ini berdasarkan informasi yang dikumpulkan sejak 2018 sampai 2023.
Baca SelengkapnyaKeputusan evaluasi itu diambil setelah beberapa minggu belakangan, Abdul Mu'ti beraudiensi ke beberapa organisasi yang menyelenggarakan pendidikan.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaJalur zonasi ini pertama kali diimplementasikan tahun 2017 pada masa kepemimpinan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy.
Baca SelengkapnyaVaksin HPV diberikan untuk melindungi diri dari inveksi HPV yang merupakan penyebab kanker serviks.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi ungkap cara pemerintah mencegah penyebaran penyakit monkey pox (Mpox) di Indonesia
Baca SelengkapnyaKadisdik mengatakan berdasarkan Surat Edaran Kemendikbud masih diutamakan menggelar pembelajaran tatap muka.
Baca Selengkapnya