Selain makan menu sisa, atlet disabilitas Sumsel tak diberi saku
Merdeka.com - Fasilitas yang diberikan pengurus pada atlet PON dan atlet disabilitas di Sumsel bak bumi dan langit. Atlet disabilitas diperlakukan bak anak tiri.
Selain makan makanan sisa atlet PON, mereka juga tak diberikan uang saku sepeser pun selama mengikuti pemusatan latihan daerah (Pelatda). Beda dengan atlet PON yang dibekali uang Rp 4,5 juta perbulan.
Cerita itu diungkap Heru Ramdani (29), salah satu atlet disabilitas cabang tolak peluru. Dia mengisahkan, kondisi atlet disabilitas yang bernaung dalam National Paralympic Committee (NPC) Sumsel, sangat memprihatinkan. Padahal, prestasi atlet disabilitas asal daerah itu cukup diperhitungkan di kancah nasional.
-
Bagaimana Menpora Dito membantu atlet disabilitas? 'Tentu juga arahan dan masukan dari mas Menpora Dito, sehingga kami bisa semangat. Apalagi dengan dukungannya langsung saat bertanding. Jelas ini suntikan semangat bagi para atlet,' kata Angela.
-
Apa yang dilakukan Menpora untuk atlet disabilitas? 'Tentu juga arahan dan masukan dari mas Menpora Dito, sehingga kami bisa semangat. Apalagi dengan dukungannya langsung saat bertanding. Jelas ini suntikan semangat bagi para atlet,' kata Angela.
-
Siapa yang bisa terbantu dengan olahraga? Meskipun ini lebih berkaitan dengan kesehatan sosial daripada fisik, olahraga memberikan kesempatan bagi remaja untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan membangun hubungan sosial. Ini dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dan membangun rasa kebersamaan dan keanggotaan tim.
-
Bagaimana anak kos bisa berolahraga? Olahraga bukanlah aktivitas yang harus dilakukan di tempat mahal. Anak kos dapat menjaga kesehatan dengan berolahraga secara sederhana, seperti berjalan kaki atau jogging di sekitar area kos.
-
Bagaimana Kemenpora mendorong kemandirian olahraga? 'Kita akan mendorong LPDUK dapat menghimpun lebih banyak dan luas dana dari sponsor demi tercapainya kemandirian olahraga,' ujar Dito menambahkan.
-
Siapa yang butuh kata-kata olahraga? Jika memungkinkan, Anda dapat berbagi kata-kata olahraga yang keren dan penuh motivasi tersebut ke media sosial.
"Jatah makan kurang, uang saku tidak ada sama sekali, sepeser pun tidak ada sejak ikut pelatda Juli kemarin," ungkap Heru saat disambangi merdeka.com di Wisma Atlet Jakabaring Sport City Palembang, Sabtu (27/8).
Lantaran tak memiliki uang, sejak dua bulan terakhir Heru memilih tidak pulang menemui istrinya yang tinggal di Pagaralam. Dia juga belum bisa mengirim uang untuk kebutuhan keluarga di rumah.
"Alhamdulillah istri menerima, dia juga kerja. Tapi, kasihan juga ditinggal tidak dikasih uang," ujarnya.
Tak sampai di situ, para atlet disabilitas juga harus menyiapkan sendiri peralatan olahraga, seperti sepatu, kostum, dan perlengkapan latihan. Perlengkapan itu mereka beli dari uang kantong sendiri.
"Terpaksa ambil dari tabungan, beli sendiri. Karena tidak difasilitasi," ujarnya.
Para atlet disabilitas juga mengeluhkan tidak tersedianya tim medis di Wisma Atlet. Tim dokter yang ada hanya melayani peserta Pelatda PON.
"Kami numpang berobat, sejauh ini masih dibolehin," kata dia.
Padahal, Heru adalah atlet yang meraih medali emas Pekan Olahraga Tuna Netra di Riau tahun 2009, medali emas di Kejurnas Solo 2015 dan medali perak pada Papernas Riau tahun 2012.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diaz mengaku konsumsi dimasak di Aceh, bukan di Jakarta tempat dimana perusahaan vendor tunggal.
Baca SelengkapnyaKusnadi pernah terpuruk hingga tak percaya diri. Tak lama, ia berhasil bangkit dan memilih mengembangkan usaha bersama agar tidak bergantung ke orang lain.
Baca SelengkapnyaTidak hanya itu, lanjut Saifullah, sebanyak 24 persen penyandang disabilitas belum memiliki asuransi kesehatan.
Baca SelengkapnyaMomen jenderal bintang dua TNI borong sepatu pedagang disabilitas dan dibagikan ke semua orang.
Baca SelengkapnyaPemerintah Kota Pasuruan melalui Dinas Sosial (Dinsos) Kota Pasuruan meresmikan Rumah Hebat Disabilitas.
Baca SelengkapnyaDi tengah keterbatasan, sosok Sukarno begitu menginspirasi di Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVII Solo 2024.
Baca Selengkapnya