Selama Pandemi Covid-19, Volume Limbah Medis di Solo Naik 10 Persen
Merdeka.com - Imbas Pandemi Covid-19, volume limbah medis di Kota Solo mengalami kenaikan sebesar 10 persen. Hal tersebut sebagai akibat tingginya operasional fasilitas layanan masyarakat dalam menangani kasus infeksius.
Pernyataan tersebut dikemukakan Kepala Seksi Pengelolaan Limbah B3 Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Solo, Herri Widianto kepada wartawan, Senin (15/3). Menurut dia, kenaikan volume limbah didominasi alat pelindung diri (APD).
"Selama pandemi Covid-19 ini naik 10 persen. Kalau pada hari normal di luar pandemi, volume limbah medis B3 (bahan berbahaya dan beracun) sekitar 6-7 ton/hari," ujarnya.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Kenapa kasus ISPA meningkat di Jakarta? Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mencatat kasus infeksi saluran pernapasan (ISPA) di DKI Jakarta terus meningkat akibat polusi udara yang kian memburuk di Jabodetabek.
-
Kenapa APBD Kaltim meningkat? Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Kaltim, Yusliando juga menyebutkan, signifikansi peningkatan APBD ditunjang oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD). Terutama dari sektor pajak dan arus investasi yang masuk ke Kaltim.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
Menurut Herri, pengelolaan limbah tersebut dilakukan oleh beberapa fasilitas layanan kesehatan yang mengelola sendiri dan sebagian lagi dikerjasamakan dengan pihak ketiga.
"Kalau di Solo yang bisa mengelola sendiri itu RSUD dr Moewardi. Mereka sudah memiliki insinetator untuk pembakaran limbah. Kemudian RS dr Oen Kandang Sapi Solo. Mereka punya autoklaf, teknologi pengolahan limbah yang bersifat ramah lingkungan," terangnya.
Selain itu, dikatakan Herri, pengelolaan sampah media seluruh fasilitas layanan kesehatan yang ada di Solo diserahkan ke pihak ketiga semua. Di antaranya, PT Arah yang punya insinerator di Polokarjo, Sukoharjo, PT Putra Restu Ibu Abadi di Mojokerto, dan PT Prasadana Pamunah Limbah Industri di Gunung Putri, Bogor.
"Untuk limbah medis B3 dari lokasi karantina mandiri penanganannya juga dikerjasamakan dengan pihak ketiga," katanya.
"Karantina mandiri di rumah maupun yang difasilitasi oleh pemerintah, limbah B3 medis atau limbah khusus berpotensi Covid-19 limbahnya menjadi tanggung jawab puskesmas di masing-masing wilayah," imbuhnya.
Terkait tata cara pengelolaan limbah medis berpotensi Covid-19 di masing-masing fasilitas layanan kesehatan, Pemerintah Solo pada 26 Maret 2020 lalu sudah menerbitkan surat edaran (SE) kepada seluruh fasilitas kesehatan termasuk rumah sakit dan puskesmas.
"Masing-masing fasilitas kesehatan sudah ada izin penyimpanan sementara limbah medis B3. Selama disimpan harus rutin disemprot dengan cairan klorin, apalagi jika limbah tersebut berpotensi Covid-19 sehingga masuk kategori infeksius," tandasnya.
Untuk masa simpan limbah kategori infeksius, lanjut dia, maksimum selama 2x24 jam jika disimpan di tempat penyimpanan dengan suhu di atas nol derajat, sedangkan jika di bawah suhu tersebut bisa sampai 90 hari.
Namun demikian, ditegaskannya, harus rutin dilakukan penyemprotan disinfektan.
"Harus rutin disemprot, mulai pemilahan di mana limbah itu dihasilkan, saat pengangkutan, hingga pengawasan penggunaan APD untuk pengelolanya," pungkas Herri.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaat ini tercatat ada 300 warga yang terpapar covid dari sebelumnya 100 kasus.
Baca SelengkapnyaPemkot Depok sudah melakukan antisipasi agar kasus ISPA tak terus menanjak naik.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kasus ISPA itu melonjak akibat polisi udara yang kian memburuk di Jabodetabek.
Baca SelengkapnyaKemenperin mencatat angka perusahaan alat kesehatan dalam negeri mencapai 1.199.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mengungkapkan kenaikan kasus Covid-19 di wilayahnya.
Baca SelengkapnyaMeskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.
Baca SelengkapnyaPemprov Jakarta juga meminta warga menggunakan wadah guna ulang demi mengurangi volume sampah plastik.
Baca SelengkapnyaAPD itu pun sekali pakai yang nantinya akan dilebur bersama insinerator.
Baca SelengkapnyaBiaya Pengobatan Penyakit Pernapasan di BPJS Tembus Rp10 Triliun, Menkes Minta Polusi Udara Ditekan
Baca SelengkapnyaDinkes DKI Jakarta mengungkapkan, kasus penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) meningkat pada tahun 2023 dibandingkan tahun lalu.
Baca Selengkapnya