Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Seluk-Beluk Kesultanan Selaco di Tasikmalaya, Sang Sultan Mengaku Trah Raja Pajajaran

Seluk-Beluk Kesultanan Selaco di Tasikmalaya, Sang Sultan Mengaku Trah Raja Pajajaran Sultan Selacau. ©2020 Merdeka.com/Mochammad Iqbal

Merdeka.com - Fenomena Keraton Agung dan Sunda Empire saat ini tengah hangat menjadi perbincangan. Di wilayah Priangan Timur, tepatnya di Kecamatan Parung Ponteng, Desa Cibungur, Kampung Karangtengah, Kabupaten Tasikmalaya, juga diketahui ada kerajaan bernama Kesultanan Selacau.

Sejak 2004, Kesultanan Selacau atau Selaco itu berdampingan dengan pemerintah daerah. Kesultanan Selaco didirikan oleh Raden Rohidin Patra Kusumah (40) dengan gelar Sultan Patra Kusumah VIII. Rohidin mengaku sebagai keturunan kesembilan Surawisesa, Maharaja Kerajaan Pajajaran yang kemudian di tahun 1527 dikudeta saudaranya sendiri.

Surawisesa lalu mengungsi ke Parungponteng. Maharaja Surawisesa disebut memiliki lima anak, di antaranya Raden Patrakusumah. "Nah saya keturunan ke delapan dari Raden Patrakusumah," kata dia saat ditemui wartawan di istananya, Kamis (23/1).

Keberadaan kesultanan tersebut sudah diketahui sejak lama oleh masyarakat sekitar. Kesultanan tersebut pun memiliki istana yang berdiri hingga saat ini.

Raden Rohidin mengklaim bahwa Kesultanan Selaco telah mendapatkan legalitas fakta sejarah yang dikeluarkan Perserikatan Bangsa Bangsa di 2018, sebagai putusan warisan kultur budaya peninggalan sejarah Kerajaan Pajajaran di kepemimpinan Raja Surawisesa. Bahkan dia mengaku memiliki dua literatur leluhurnya yang diajukan di 2004.

"Akhirnya di 2018 keluar putusan warisan kultur budaya peninggalan sejarah di kepemimpinan Surawisesa. Fakta sejarah ini dikeluarkan lembaga PBB, yang pertama nomor warisan dan juga izin pemerintahan kultur. Keduanya izin referensi tentang keprajuritan, lisensi seni dan budaya," jarnya.

Ia menyebut bahwa pendirian Kesultanan Selaco menjadi upayanya dalam melestarikan warisan leluhur dan sebagai keturunan Kerajaan Pajajaran. Selama ini, kesultanan yang dipimpinnya berbentuk yayasan hingga memiliki kabinet layaknya kerajaan dan juga memiliki batas wilayah.

Rohidin menyebut bahwa kesultanannya berdiri mulai dari wilayah Garut, Tasikmalaya, Ciamis dan Pangandaran bagian selatan. Walau demikian, ia memastikan bahwa tetap mengaku sebagai bagian dari Negara Indonesia.

"Kesultanan ini adalah upaya untuk melestarikan kebudayaannya saja karena selama ini sebagai penggiat budaya. Di kesultanan ini kami memiliki kabinet menteri yang berjumlah enam orang dan deputi hingga pejabat daerah yang baru disahkan di 2018 sejak mendapatkan legalitas dari keputusan PBB," katanya.

Dia menjelaskan, dalam struktur organisasi untuk setingkat menteri disebut mangkubumi, sedangkan pemimpin di tingkat kabupaten adalah tumenggung atau demak.

Untuk pendanaan kesultanan, Raden Rohidin mengungkapkan bahwa pihaknya memiliki sumber pendanaan yang berasal dari sertifikat Phoenix melalui Grantos yang bernama M Bambang Utomo. Selain itu juga ia memiliki proyek Phoenix atau uang yang berasal dari luar negeri, tepatnya di Bank Swiss yang hanya bisa diambil oleh seorang Grantos.

"Nantinya bisa digunakannya, terutama dalam pembangunan kesultanan termasuk menyejahterakan masyarakat hingga para pejabatnya dari uang tersebut. Tetapi sekarang uang proyek Phoenix telah dikuasai oleh negara dan para pemimpin Negara Indonesia pasti tahu sekarang ini dan kami buka saja," ujarnya.

Atas kesultanan yang didirikannya, Raden Rohidin memersilakan kalau ada pihak yang ingin menelusuri keabsahan sejarah kesultanannya. Menurut dia, penelusuran sejarah tidak boleh ada yang menutup-nutupi.

"Saya terbuka terhadap pihak yang ingin menelusuri. Bisa juga menelusuri di Balai Arkeologi Bandung," ungkapnya.

Raden Rohidin menyebut bahwa di kompleks kesultanan Selaco terdapat sejumlah makam leluhur, termasuk Maharaja Surawisesa dan Raden Patrakusumah. Keberadaan makam-makam leluhur tersebut menjadikan tugas kesultanan untuk merawatnya, bukan untuk mendirikan kerajaan di dalam negara.

"Sejak dahulu kesultanan Salaco juga telah bergabung dan mengakui Indonesia. Kita sebenarnya diangkat lagi saat ini, gara-gara pemberitaan adanya kerajaan di daerah lain. Jadi terkena dampak saja," sebutnya.

Sementara itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Tasikmalaya, Mohammad Zein menilai keberadaan Kesultanan Salaco atau Selacau Tunggal Rahayu di wilayahnya tidak pernah menimbulkan keresahan warga. Sejak kesultanan dideklarasikan, ia menyebut belum ada warga yang melapor terganggu atas kehadirannya.

Atas kondisi tersebut, Zein meminta agar seluruh pihak tidak berbuat berlebihan karena keberadaan Kesultanan Selaco hanya untuk merawat cagar budaya yang dianggap peninggalan leluhurnya.

"Masyarakat jangan langsung menghakimi keberadaannya karena selama ini kami belum ada laporan kegiatan yang meresahkan dari warga. Ini karena kebetulan saja efek dari kejadian di daerah lain," sebutnya.

Meski demikian, Zein mengaku bahwa pihaknya tetap akan menelusuri status hukum kesultanan tersebut termasuk asal usul sejarahnya.

"Jika mengklaim sebagai kesultanan harus jelas asal-usul sejarahnya. Jika ditemukan ada yang tidak sesuai aturan atau melenceng dari sejarah, kita bersama kepolisian tentu akan mengambil langkah untuk mengatasinya," ungkapnya.

"Saya belum bisa menjelaskan secara spesifik terkait keberadaan kesultanan itu. Tentunya itu harus melalui dulu beberapa kajian-kajian yang mendalam," tambahnya.

Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Tasikmalaya menyebut bahwa Kesultanan Selaco didirikan Raden Rohidin Patra Kusumah di tahun 2004. Kepala Seksi Kewaspadaan Daerah Kesbangpol, Piping Noviati mengatakan bahwa kesultanan itu tidak terdaftar dalam catatan Kesbangpol. Namun Kesbangpol mencatat Polsif (Police Selaco International Federation) terdaftar sebagai perkumpulan dan memiliki akta notaris dan berbadan hukum dari Kemenkum HAM.

Kesbangpol diakui Piping sudah melakukan pendekatan terhadap Kesultanan Selaco, namun Raden Rohidin tidak pernah datang ke kantornya untuk mendaftar.

"Kalau Polsif-nya terdaftar di kita sebagai perkumpulan, namun kesultanannya memang belum terdaftar ada," ucapnya.

Selain itu, lanjut Piping, Kesbangpol pun pernah mencopot spanduk yang isinya ajakan mendirikan Daerah Istimewa Provinsi Priangan yang diduga dipajang oleh Kesultanan Selaco beberapa tahun lalu. Pencopotan tersebut pun tidak ada perlawanan dari pihak kesultanan. "Setelah itu tak pernah ada laporan meresahkan dari masyarakat," tutupnya.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Mitos Gunung Salak, Mulai dari Kerajaan Gaib hingga Harta Karun Tersembunyi
Mitos Gunung Salak, Mulai dari Kerajaan Gaib hingga Harta Karun Tersembunyi

Di balik pesona alamnya, Gunung Salak menyimpan sejumlah kisah mistis yang menghantui para pengunjungnya.

Baca Selengkapnya
Menguak Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, Dipimpin Pertama Kali oleh Raja Sanjaya
Menguak Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno, Dipimpin Pertama Kali oleh Raja Sanjaya

Bukti pertama kali mengenai keberadaan Kerajaan Mataram Kuno berasal dari Prasasti Canggal.

Baca Selengkapnya
Kisah Unik Tasikmalaya, Empat Kali Ganti Nama dan Punya Banyak Julukan
Kisah Unik Tasikmalaya, Empat Kali Ganti Nama dan Punya Banyak Julukan

Dilihat dari sejarahnya, ternyata kota ini memiliki banyak keunikan yang jarang diketahui

Baca Selengkapnya
Cerita Sri Maharaja Tarusbawa, Konon Cikal Bakal Raja Sunda yang Terlupakan
Cerita Sri Maharaja Tarusbawa, Konon Cikal Bakal Raja Sunda yang Terlupakan

Tarusbawa dikenal bertangan dingin karena ia bisa merangkul banyak kerajaan yang dahulu saling berebut kekuasaan di tanah priangan.

Baca Selengkapnya
Selain Putra Wapres Try Sutrisno, Ternyata Mayjen Kunto Arief Memiliki Garis Keturunan Bangsawan
Selain Putra Wapres Try Sutrisno, Ternyata Mayjen Kunto Arief Memiliki Garis Keturunan Bangsawan

Mayjen Kunto Arief Wibowo ternyata memiliki garis keturunan dari keluarga bangsawan di Sumedang, Jawa Barat.

Baca Selengkapnya
Mengenal Kampung Heritage Sukadiri di Serang, Napak Tilas Jejak Pemerintahan Keraton Surosoan di Abad ke-17
Mengenal Kampung Heritage Sukadiri di Serang, Napak Tilas Jejak Pemerintahan Keraton Surosoan di Abad ke-17

Pengunjung seolah diajak napak tilas kejayaan Banten Lama, melalui sejumlah peninggalannya di kampung wisata tersebut.

Baca Selengkapnya
Melihat Banten Masa Lampau di Situs Banten Girang, Bekas Kota Kuno yang Eksis di Abad ke-10
Melihat Banten Masa Lampau di Situs Banten Girang, Bekas Kota Kuno yang Eksis di Abad ke-10

Sisi modern Banten terbentuk dari kota kuno Banten Girang

Baca Selengkapnya
Potret Telaga Polaman Malang, Kolam Suci Saksi Runtuhnya Kerajaan Singasari
Potret Telaga Polaman Malang, Kolam Suci Saksi Runtuhnya Kerajaan Singasari

Kolam ini juga saksi berdirinya Kerajaan Majapahit.

Baca Selengkapnya
Jejak Masa Lalu Gunung Pulosari di Pandeglang, Pernah Jadi Pusat Pendidikan Era Zaman Kerajaan Hindu
Jejak Masa Lalu Gunung Pulosari di Pandeglang, Pernah Jadi Pusat Pendidikan Era Zaman Kerajaan Hindu

Jejak masa lalu Gunung Pulosari menyimpan sejumlah misteri, mulai dari pusat pendidikan sampai pusat berdirinya kerajaan tertua di nusantara.

Baca Selengkapnya
Melihat Tasikmalaya saat Zaman Kerajaan di Museum Galunggung, Ada Kursi Bupati Tahun 1745
Melihat Tasikmalaya saat Zaman Kerajaan di Museum Galunggung, Ada Kursi Bupati Tahun 1745

Di Museum Galunggung pengunjung bisa melihat perubahan Tasikmalaya sejak zaman kerajaan.

Baca Selengkapnya
Cerita Unik dari Makam Para Tokoh Pribumi di Bergota Semarang, Ada Batu Misterius Bertuliskan Huruf Tionghoa
Cerita Unik dari Makam Para Tokoh Pribumi di Bergota Semarang, Ada Batu Misterius Bertuliskan Huruf Tionghoa

Tak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.

Baca Selengkapnya
Koalisi Pajajaran-Portugis Versus Armada Gabungan Cirebon-Demak
Koalisi Pajajaran-Portugis Versus Armada Gabungan Cirebon-Demak

Koalisi Demak dan Cirebon mencemaskan Sri Baduga di Pakuan.

Baca Selengkapnya