Semangat kerja kakek Sanim, jualan pisang dan tidur di musala
Merdeka.com - Sanim (76) terlihat masih semangat bekerja saat menjajakan dagangannya di Jembatan Halte Busway Cawang Otista, Jakarta Timur. Sanim tak mau menganggur meski usianya sudah tak muda lagi.
Kakek 5 anak ini mengaku sudah memiliki 11 cucu dan 3 cicit. Meski sudah di larang untuk berdagang, ia tidak ingin menghabiskan masa tuanya di rumah. "Ngapain di rumah bosan enggak bisa saya mah diem gitu," kata Sanim kepada merdeka.com, Kamis (26/2).
Meninggalkan istri dan anak di Bogor, Sanim memilih berjualan pisang di jembatan Busway Otista. Berbagai jenis pisang ia jual, mulai dari pisang tanduk, dan pisang raja.
-
Mengapa nenek Jorien tinggal di Jakarta? 'Dia bekerja di Jakarta, dan bertemu kakek saya di sini. Mereka jatuh cinta dan langsung menikah saat kembali ke Belanda pada tahun 1950,' kata Jorien dikutip dari kanal YouTube Candrian Attahiyyat.
-
Kenapa Ibu Normayanti rela tinggal jauh dari keluarga? Saat itu, Norma harus menempuh perjalanan dengan sepeda motor selama 2,5 jam dari Tebing Tinggi untuk sampai di sekolah. Bukan hanya persoalan waktu tempuh. Dia juga harus melewati selat untuk sampai di Desa Peranggas. Alat transportasi yang digunakan berupa kempang atau perahu kayu.'Untuk sampai ke sekolah, harus berangkat dari ibu kota kabupaten menyeberangi selat. Berangkat pakai kempang atau perahu yang biasa dipakai masyarakat Rangsang menuju kabupaten, itu 30 menit ke Desa Peranggas,' kata ibu 2 anak ini.
-
Dimana keluarga ini tinggal? Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya. Jalan berliku harus dilalui untuk sampai di rumah Kasimin. Perjalanan kemudian harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tebing.
-
Kenapa Jaka merantau ke negeri orang? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa anak Soimah tinggal di Jogja? Kabarnya, kakak beradik ini tidak tinggal bersama sang ibu di Jakarta. Mereka memilih untuk menetap di rumah Soimah yang berlokasi di Yogyakarta.
-
Bagaimana keluarga Kiky Saputri tinggal di kampung halaman? Menariknya, di garut Keluarga Kiky Saputri memiliki beberapa rumah dan tinggal bersama-sama dengan keluarga lainnya.
Setiap harinya, Sanim tidur di musala Polsek Jatinegara. Sepekan sekali pulang untuk menemui istri dan mengirim beberapa uang. "Kalau tidur ya numpang di musala polsek. Enggak apa-apa sama polisi mah, karena saya salat juga, engga numpang tidur," ujarnya.
Pagi hari, dia berjalan dari Polsek Jatinegara ke Pasar Tebet untuk menjual pisangnya. Siang harinya ia berdagang di jembatan Busway Otista.
Dia mengaku berdagang sejak tahun 1961 di Jakarta. Awal berdagang ia menjual berbagai macam buah di daerah Matraman, namun karena sudah tua ia menjual pisang saja.
"Dulu zaman muda saya mah kuat bawa 2 kwintal, sekarang mah ya paling 30 kg saja" ceritanya sambilnya merapikan pisangnya.
Harga satu sisir pisang dia jual dengan harga Rp 15 ribu. Dalam sehari hari, ia mengaku bisa mendapatkan Rp 50 ribu. Uang ini dijadikan modal untuk mengambil pisang di
Pasar Induk.
"Biasa panjer Rp 100 ribu, entar kalau abis saya bayar terus ambil lagi pisangnya" katanya.
Kakek tamatan sekolah rakyat ini mengaku tidak ingin santai di rumah. "Anak sekarang mah taunya di rumah saja pacaran kalah sama saya yang tamatan sekolah rakyat masih semangat cari uang" ceritanya sambil tertawa.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mbah Salam mengaku pulang ke Malang dua sampai tiga bulan sekali untuk menengok anak dan cucunya di rumah.
Baca SelengkapnyaKakek bernama Nur ini begitu bersemangat mencari pekerjaan di siang hari yang terik untuk membelikan cucunya hadiah.
Baca SelengkapnyaNamanya adalah Sutomo, pria berusia 70 tahun yang telah menjalani profesi ini selama lebih dari 11 tahun.
Baca SelengkapnyaDiakuinya, sang putra tak mau bekerja hingga masih meminta uang.
Baca SelengkapnyaSaat musim tanam tiba, para perantau itu pulang sebentar untuk menanam jagung dan selanjutnya pergi merantau lagi
Baca SelengkapnyaDi balik kegigihan sang prajurit, rupanya terdapat keteguhan hati sang istri.
Baca SelengkapnyaTak ada pilihan lain bagi Pak Kasimin selain tinggal di tengah hutan. Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya.
Baca SelengkapnyaRupanya alih-alih hanya video call karena gagal mudik, Nambunan memilih membawa orang tuanya ke perantauan.
Baca SelengkapnyaPerjuangan pak Ahmad yang rela banting tulang jualan agar-agar demi keluarganya.
Baca SelengkapnyaSimak cerita haru seorang kakek 70 tahun yang menderita stroke rela tetap bekerja demi keluarga.
Baca SelengkapnyaUntuk bertahan hidup, kakek Samudi hanya melakukan usaha sebisanya yakni dengan berjualan daun singkong.
Baca SelengkapnyaKehidupan pasutri ini di rantau sudah terbilang serba cukup, tapi mereka memilih menjual seluruh aset demi bisa berkumpul dengan keluarga
Baca Selengkapnya