Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Semangat pelajar berkebutuhan khusus mengerjakan Ujian Sekolah

Semangat pelajar berkebutuhan khusus mengerjakan Ujian Sekolah Ujian Sekolah Dasar Luar Biasa di Malang. ©2016 merdeka.com/darmadi sasongko

Merdeka.com - Hari ini serentak digelar ujian sekolah (US) bersama untuk sekolah dasar (SD). Tidak terkecuali anak-anak dalam kondisi khusus yang belajar di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB).

Sebanyak 18 siswa dan siswi Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang, Kota Malang mengikuti ujian bersama. Mereka pun tidak kalah semangat mengerjakan soal demi soal.

"Ndak sulit, bisa," kata Gilang Ubaidillah Akbar penyandang tunanetra usai mengerjakan soal di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang, Kota Malang Senin (16/5).

Gilang menjadi satu-satunya peserta ujian nasional untuk penyandang tunanetra. Dia mengaku harus berangkat selesai subuh dari rumahnya di Pasuruan ke Malang. Karena tidak semua sekolah melaksanakan ujian bersama.

Kepala Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Kedungkandang, Kota Malang, Iskandar mengungkapkan, total peserta ujian sebanyak 18 anak. Perinciannya, satu anak penyandang tunanetra, dua siswa penyandang tunarungu, satu orang penyandang tunadaksa dan 14 siswa penyandang tunagrahita.

"Secara umum tidak ada persoalan. Hanya saja ada dua anak yang terlambat, katanya terbiasa tidur malam. Datangnya terlambat, tapi itu lebih dari pada mogok sekolah," kata Iskandar.

Sementara itu, Billy Insia Suteja guru pendamping kelas tunagrahita mengungkapkan, bahwa kondisi setiap anak berbeda-beda. Karena itu materi, baik yang diberikan maupun yang diujikan jauh berbeda.

Beberapa anak bisa memahami soal yang dibacakan oleh pendamping, tetapi sebagian yang lain tidak bisa diarahkan. Anak-anak diajak mematuhi perintah saja sudah sulit.

"Fokus yang kita ujikan dan ajarkan adalah kemampuan latih, diarahkan menuju kemampuan didik," katanya.

Kemampuan latih yang dimaksudkan adalah kemampuan kegiatan sehari-hari, dari mulai makan, minum, ganti pakaian dan lain-lain secara mandiri. Sementara kemampuan dalam bentuk memegang alat tulis, menebali tulisan, mewarna dan lain-lain.

Dalam pantauan merdeka.com, setiap kelas terdiri dari enam meja yang diisi oleh maksimal enam anak. Mereka didampingi guru, dua sampai tiga orang.

Khusus untuk tunarungu terlihat membaca soal dengan mengerakan tangan sebagai bahasa isyarat. Sebelum kemudian menjawab di lembar jawaban yang tersedia.

Sementara untuk tunadaksa, soal dijawab sang anak, sementara sang guru membantu di lembar jawaban. Sedangkan untuk siswa tunanetra langsung menjawab dengan soal braile.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP