Sembilan wanita merasakan ngilu saat kakinya dicor
Merdeka.com - Sembilan perempuan asal Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah, melakukan aksi cor kaki menolak pembangunan pabrik semen di daerahnya masih bertahan di Lembaga Bantuan Hukum, Jakarta. Rencananya, mereka akan melakukan aksi lanjutan di Istana siang ini untuk menindak lanjuti aspirasi yang disampaikannya pada Selasa (12/4) kemarin.
Saat ini, kaki sembilan perempuan itu masih terbujur dan di penjara kerasnya semen yang mengering di atas kotak kayu berukuran 100 x 30 sentimeter. Aktivitas makan, minum dan istirahat dilakukan dengan dibantu rekan mereka.
Sesekali sembilan perempuan tangguh ini berdiri, hanya untuk merenggangkan dan melemaskan otot-otot kali yang tegang karena semen yang mengeras. Mereka pun tampak lemas dan hanya terlihat tidur di atas sebidang kasur di belakangnya.
-
Mengapa petani Kendeng menolak pabrik semen? Untuk menolak pembangunan itu, pada tahun 2016 dan 2017 lalu mereka melakukan aksi cor kaki. Mereka memprotes pembangunan pabrik tersebut karena dibangun di wilayah karst yang berfungsi untuk menyerap air. Selain itu Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilakukan pihak terkait dinilai tidak transparan.
-
Dimana pabrik semen di Kaltim dibangun? Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Isran Noor meresmikan pabrik semen milik PT Kobexindo Cement di Desa Selangkau Kecamatan Kaliorang Kabupaten Kutai Timur (Kutim).
-
Mengapa pembangunan pabrik semen di Kaltim penting? Isran menjelaskan, peresmian pabrik semen ini menandai perkembangan industri hilir di Kalimantan Timur.
-
Bagaimana gerakan boikot ini dilakukan di Sumatera Utara? Strategi boikot ini untuk memberikan rasa akuntabilitas bahwa perusahaan-perusahaan yang mendukung bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukan Isreal.
-
Kenapa demonstrasi Semanggi 1 terjadi? Aksi ini dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap agenda dan pelaksanaan Sidang Istimewa MPR yang menunjuk B.J Habibie sebagai presiden menggantikan penguasa Orde Baru.
-
Bagaimana pabrik semen di Kaltim diproyeksikan untuk meningkatkan ekonomi daerah? Kolaborasi ini, kata dia, tidak hanya membawa manfaat ekonomi. Tetapi juga akan menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kualitas infrastruktur, serta membuka peluang bagi pengembangan komoditas lain di sekitar pabrik.
Salah satu wanita yang melakukan aksi itu, Rieb Ambarwati (32) mengatakan, merasa ngilu di bagian kakinya karena peredaran darah ke kakinya tidak lancar. Wajar saja, sebab kaki sembilan perempuan ini sudah dibalut semen sejak Selasa (12/4) sekitar pukul 15.00 WIB.
"Ngilu mas, karena sudah dari kemarin sore. Makanya, sesekali harus bangun, karena pegal," kata Rieb di LBH Jakarta, Rabu (13/4).
Menurutnya, aksi ini menunjukkan semangat Kartini-Kartini yang haknya dirampas untuk kepentingan komersil dan mengabaikan kepentingan yang lebih luas yakni rakyat dan tempat pencaharian mereka. Oleh sebab itu, sebelum tanggal 21 April yang merupakan hari Kartini, tekad dan ruh perjuangan wanita akan diturunkan dalam aksi ini.
"Kita dari dulu itu kita rundingan sama ibu-ibu kalau sebelum tanggal 21 April, Kartini kita ke Jakarta. Kita mau ketemu Pak Jokowi untuk lapor soal pabrik itu," tegasnya.
Dia bercerita, ada sekitar 4 kecamatan yang akan dijadikan kawasan penambangan dari PT Indocement Tbk dan PT Sahabat Mulia Sakiti. Adapun 4 kecamatan itu adalah kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakkromo dan Pati, Jawa Tengah.
"Ada 4 kecamatan, ada kecamatan Sukolilo, Kayen, Tambakkromo dan Pati, Jawa Tengah," jelasnya.
Dalam proyek penambangan semen ini, kata Rieb, warga sama sekali tidak pernah dilibatkan meskipun lahan yang akan dijadikan area pabrik itu adalah lahan warga Gunung Kendeng.
"Ibu-ibu ini kan petani semua, kalau bumi itu mau ditambang, jelas petani itu enggak boleh," sesal Rieb.
Untuk diketahui, dalam aksi ini ada sekitar 12 orang yang turut serta. Adapun 9 orang yang kakinya dicor dan 3 lainnya membantu segala aktivitas mereka. Mereka berasal dari Purwodadi, Pati, dan Rembang.
Kesembilan perempuan itu adalah Supini, Surani, Riem Ambarwati, Deni, Ngadinah, Sukinah, Karsupi, Murtini dan Surani.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tujuh warga di Kabupaten Blora mengalami penganiayaan oleh karyawan perusahaan tambang setelah mereka mengajukan protes terkait pencemaran udara.
Baca SelengkapnyaBerbagai tantangan mereka hadapi, mulai dari proyek penambangan hingga serangan hama tikus
Baca SelengkapnyaBudi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir
Baca SelengkapnyaWarga Nagari Air Bangis khawatir Proyek Strategi Nasional (PSN) akan membuat kehidupan mereka terancam.
Baca SelengkapnyaMereka menolak rencana pembangunan pemukiman di atas tanah negara eks Perkebunan Nusantara XI (PTPN XI) di Cimulang, Bogor.
Baca SelengkapnyaAksi demonstrasi itu dilakukan di Jalan Ir. H. Juanda, Depok.
Baca SelengkapnyaAksi pengecoran di gang perumahan ini disayangkan lantaran banyak orang yang tidak bisa beraktivitas karena jalanan masih basah oleh semen.
Baca SelengkapnyaPenembakan peluru karet itu telah sesuai prosedur setelah dilakukan imbauan dan tembakan gas air mata.
Baca SelengkapnyaPengendara yang lewat kerap tergelincir karena jalan menjadi kubangan lumpur. Anak-anak sekolah pun terpaksa melepas sepatu saat melintas.
Baca SelengkapnyaPabrik yang berada di sisi Sungai Ciliwung itu saat ini masih disegel dengan garis kuning milik Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaMereka menuntut kepada Majelis Hakim Mahkamah Agung untuk menegakkan keadilan masyarakat Dairi dalam mempertahankan ruang pertanian
Baca SelengkapnyaAksi ini merupakan bentuk protes terhadap berbagai isu yang dinilai merugikan para pekerja di industri tekstil.
Baca Selengkapnya