Semburan gas di Gresik mungkinkah sebesar Lapindo?
Merdeka.com - Meski belum bisa dipastikan kapan berhenti, semburan lumpur bercampur gas methana (CH4) yang muncul di Desa Metatu, Kec Benjeng, Gersik, Jawa Timur pada Selasa (13/11) lalu, berbeda dengan semburan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo.
Semburan lumpur bercampur gas yang keluar di sumur bekas pengeboran minyak di zaman Belanda itu, Low Explosive Limit (LEL). Semburannya melebihi ambang batas dan mudah terbakar.
Hal ini seperti yang disampaikan ahli gas bumi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Hanik Khumaidah. Dia mengatakan, semburan di Desa Metatu itu, mengandung CH4, termasuk hidrokarbon.
-
Bagaimana briket bisa berbahaya? Pembakaran briket dapat menghasilkan emisi gas beracun, partikel udara berbahaya, serta senyawa kimia beracun seperti benzene dan formaldehida.
-
Bagaimana semburan gas terjadi? Ditambahkan Birman, semburan tersebut muncul setelah para pekerja hendak menghentikan pencarian sumber air baru. Saat itu mereka merasa putus asa, dan hendak membereskan alat.Di tengah suasana itu, tiba-tiba semburan kencang dengan suara gemuruh muncul di lokasi hingga menghebohkan orang di sana.
-
Kenapa api cepat membesar di Kampung Turis? Penyebab lain api cepat membesar adalah bahan bangunan dari restoran yang sebagian besar memakai bambu.
-
Apa yang memicu kebakaran di Bromo? Fakta penyebab kebakaran di Bukit Teletubbies Kawasan Gunung Bromo, terungkap bahwa salah satu dari lima flare asap yang digunakan meledak saat dinyalakan.
-
Apa yang dibakar? Petugas Balai Taman Nasional Tesso Nillo menemukan pondok yang dibangun perambah kawasan dilindungi. Tanpa basa basi, pondok itu langsung dibakar.
-
Apa penyebab kebakaran? 'Dugaan penyebab korsleting listrik pada kulkas,' kata Huda dalam keterangannya, Sabtu (30/3).
"Low explosive limit, melebihi ambang batas dan mudah terbakar. Pusat semburan harus disterilkan dalam radius 50 meter agar tidak membahayakan masyarakat," katanya.
Dari pantauan di lapangan, tingkat kecepatan semburan lumpur di Gersik jauh dibandingkan dengan Sidoarjo, yang pusat semburannya cukup tinggi dan meluas. Lumpur yang keluar di bekas Waduk Metatu, Gersik, tepatnya di bawah pohon Ngimbo itu, semburannya relatif kecil.
Sesekali semburannya berhenti. Sekitar beberapa menit kemudian, air berwana coklat bercampur gas methan itu, kembali menyembur. Kadang semburannya setinggi sekitar satu meter lebih, kemudian kembali mengecil.
Bau dari pusat semburan juga tidak terlalu menyengat. Baunya seperti minyak gas, yang biasa dipakai untuk menyalakan kompor. Jarak 100 meter dari pusat semburan, baunya juga sudah tidak terasa menyengat.
Namun, untuk mengetahui jenis dan komposisinya, harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. "Meskipun terlihat lantung (minyak mentah) dan ada bau gas, untuk mengetahui jenis dan komposisinya kami harus melakukan uji laboratorium," terang Ketua Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gresik, Hari Sucipto.
Meski tekanan semburan cukup kuat dan aktif di titik semburan, lanjut dia, kami berharap semburan segera tertangani. "Kalau pun kami harus membuatkan tanggul, tentu tanggul yang kami buat berbeda dengan tanggul lumpur Lapindo di Sidoarjo. Semburan di sini (Metatu) relatif kecil," katanya.
Namun, potensi seperti luapan lumpur di Sidoarjo, bisa saja terjadi. Hanya saja, dilihat baunya, kandungan gas yang menyembur dari Waduk Metatu, berbeda dengan lumpur di Sidoarjo, yang banyak mengandung campuran gas dan kandungan logam berbahaya (Hg), seperti lithium dan silikat (S iO2) serta kandungan zat berbahaya lainnya.
Menurut para pakar kimia, kandungan lumpur Lapindo di Sidoarjo mengandung unsur-unsur yang berbahaya bagi kesehatan. Kandungan (Hg) yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan kanker. Kandungan fenolnya juga bisa menyebabkan sel darah merah pecah (hemolisis), jantung berdebar (cardiac aritmia), dan gangguan ginjal. (mdk/war)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Waspada terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik signifikan
Baca SelengkapnyaPVMBG mengingatkan Gunung Lewotobi masih mengalami erupsi hingga hari ini.
Baca SelengkapnyaSementara BNPB sejak Sabtu (31/8) terus melakukan water boombing dari udara ke lokasi Karhutla Kawasan Gunung Arjuno untuk Wilayah Kabupaten Malang dan Pasuruan
Baca SelengkapnyaSecara keseluruhan luasan karhutla di Sumsel Januari-Juni 2023 seluas 1.129 ha atau berkurang dari periode yang sama pada 2022 di angka 2.222 ha.
Baca SelengkapnyaBeberapa batuan seukuran truk menggelinding dari puncak Gunung Merapi dan terdampar di tempat itu
Baca SelengkapnyaRumah kontrakan di Bogor porak-poranda akibat pengharum ruangan meledak.
Baca SelengkapnyaSemburan lumpur di Baby Volcano merupakan fenomena alam yang telah terjadi sejak zaman dulu.
Baca SelengkapnyaPusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengungkapkan kondisi Gunung Semeru saat ini sedang tidak baik-baik saja.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI mengatakan, sifat serpihan proyektil dan selongsong amunisi yang tercecer sangat sensitif jika tidak ditangani dengan baik.
Baca SelengkapnyaGundukan yang diduga gunung berapi itu beberapa kali diunggah di media sosial dan diberi nama Bledug Kramesan.
Baca SelengkapnyaBerikut sejarah lumpur Lapindo Sidoarjo beserta penyebab dan dampaknya bagi sekitar.
Baca Selengkapnyawarga panik karena suara ledakan terus terjadi. Petugas masih di lapangan.
Baca Selengkapnya