Semburan lumpur di Bojonegoro mengandung gas beracun
Merdeka.com - Badan Lingkungan Hidup (BLH) Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur menyatakan semburan air bercampur lumpur di Desa Jari, Kecamatan Gondang mengandung gas beracun H2S (Hidrogen Sulfida) sebesar 1 ppm.
"Gas H2S yang keluar di lokasi semburan lumpur itu, membahayakan manusia. Karena di atas ambang batas yang ditentukan," kata Kepala Bidang BLH Pemkab Bojonegoro Hari Susanto, di Bojonegoro, Jumat (8/4).
Susanto menjelaskan sesuai ketentuan gas H2S (Hidrogen Sulfida) yang diperolehkan atau tidak membahayakan manusia sebesar 0,003 ppm.
-
Dimana semburan gas terjadi? Beredar di media sosial semburan gas bercampur air di lahan belakang bangunan kontrakan, Kampung Leuwi Kotok, Desa Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (11/10).
-
Gas apa yang menyembur di Bogor? Dalam tayangan di akun Instagram @bogorid_, semburan tersebut tampak kuat ke atas hingga ketinggian 50 meter.Terdengar suara gemuruh dari semburan tersebut hingga menggegerkan warga di sekitar permukiman.
-
Mengapa polusi udara berbahaya? Polusi udara merupakan salah satu masalah lingkungan yang meresahkan di beberapa tempat saat ini.
-
Kenapa polusi udara berbahaya? Dalam dekade terakhir, peningkatan industri, urbanisasi yang cepat, dan kegiatan manusia lainnya telah berkontribusi terhadap pelepasan berbagai zat berbahaya ke atmosfer.
-
Bagaimana semburan gas terjadi? Ditambahkan Birman, semburan tersebut muncul setelah para pekerja hendak menghentikan pencarian sumber air baru. Saat itu mereka merasa putus asa, dan hendak membereskan alat.Di tengah suasana itu, tiba-tiba semburan kencang dengan suara gemuruh muncul di lokasi hingga menghebohkan orang di sana.
"Meski demikian, gas H2S itu, menjadi tidak berbahaya bagi manusia, karena lokasinya jauh dari pemukiman warga," terang Susanto.
Dengan demikian, pengaruh gas H2S yang keluar itu sudah hilang terbawa angin ketika sampai di lingkungan pemukiman warga.
Lebih lanjut Susanto memaparkan, semburan air bercampur lumpur itu diketahui warga di desa setempat, Kamis (7/4) sekitar pukul 01.00 WIB. Sebelum semburan itu warga mendengar ada suara ledakan seperti gempa.
Sejumlah warga mencari arah lokasi sumber ledakan. Dan diketahui ada semburan air bercampur lumpur muncul dari dalam tanah milik warga, dengan diameter 30 centimeter, dengan semburan sekitar 2 meter.
"Semburan air bercampur lumpur di lokasi desa setempat pagi tadi sudah mengecil. Tapi, di lokasi lainnya ke arah barat daya dari lokasi semburan pertama, juga muncul semburan serupa, bahkan lebih besar," bebernya.
Tim BLH sudah turun ke lokasi untuk mengambil contoh semburan air bercampur lumpur untuk dilakukan uji laboratorium di Mojokerto.
"Saya mencium bau minyak, ketika mendekat ke arah lokasi," ucap Susanto dikutip dari Antara.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Andik Sudjarwo mengimbau warga tidak mendekat ke arah lokasi semburan, karena ada gas beracun H2S yang bisa membahayakan manusia.
"Bagaimanapun juga warga sebaiknya tidak mendekat ke arah lokasi semburan, sebab mengeluarkan gas beracun," pintanya.
Menurutnya, di desa setempat acapkali muncul semburan air bercampur lumpur, yang kemudian menghilang sendiri.
"Tahun lalu juga ada semburan air bercampur lumpur di tiga lokasi, kemudian hilang sendiri," tutup Andik. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Luhut berharap seluruh elemen masyarakat kompak dalam menangkal polusi udara yang disebabkan aktivitas pembakaran sampah.
Baca SelengkapnyaDi tengah keputusasaan, tiba-tiba sesuatu menyembur dari dalam tanah
Baca SelengkapnyaDampaknya sangat terasa di wilayah seperti DKI Jakarta, yang mengalami peningkatan polusi udara secara signifikan.
Baca SelengkapnyaWaspada terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik signifikan
Baca SelengkapnyaGas-gas beracun tersebut berupa karbon dioksida, karbon monoksida, dan hidrogen sulfida yang berbahaya bila terhirup
Baca SelengkapnyaPVMBG mencatat jumlah letusan yang terjadi di gunung api tersebut sebanyak 33 kali terhitung sejak 1 Januari hingga 22 September 2023.
Baca SelengkapnyaGubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengisyaratkan bakal menetapkan status tanggap darurat bencana asap karena kualitas udara nyaris menembus ambang batas.
Baca SelengkapnyaKorban telah dievakuasi dari Puskesmas Jangga Baru ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hamba Muara Bulian.
Baca Selengkapnyawarga di lokasi kejadian menyebutkan bau gas beracun yang menyebar ke area pemukiman warga
Baca SelengkapnyaHal ini dampak asap dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaPVMBG mengingatkan Gunung Lewotobi masih mengalami erupsi hingga hari ini.
Baca SelengkapnyaBeberapa batuan seukuran truk menggelinding dari puncak Gunung Merapi dan terdampar di tempat itu
Baca Selengkapnya