Sempat Merasa Insecure, Ini Kisah Inspirasi Anak Petani Gunung Lawu Kuliah di UGM
Merdeka.com - Siapapun punya hak sama dalam merasakan pendidikan tinggi, tak peduli tingkat ekonomi, status di masyarakat, atau bakat yang dimiliki. Begitu pula dengan Apia Dewi Agustin, perempuan 22 tahun yang tinggal di lereng Gunung Lawu, Magetan, Jawa Timur.
Mahasiswi yang berkuliah di prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) itu sebentar lagi akan menyelesaikan kuliahnya. Orang tua Dewi merupakan seorang petani sayur. Namun setahun lalu ayahnya dipanggil Yang Kuasa. Kini tinggal ibunya yang menyemangati Dewi untuk terus menyelesaikan kuliahnya.
“Ibu sekarang jadi pedagang kelontong sederhana di depan rumah. Rumahku di pedesaan. Rata-rata penghasilan mungkin sekarang Rp1 jutaan. Efek pandemi juga sih,” kata Dewi dikutip dari Ugm.ac.id pada Senin (11/7).
-
Apa profesi anak Adipura sekarang? Maghara memulai karir aktingnya pada tahun 2020.
-
Apa contoh emansipasi perempuan yang memberikan akses pendidikan? Program akses pendidikan yang bebas dari diskriminasi gender. Ini dapat berupa pemberian beasiswa atau insentif kepada perempuan yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi atau mencari peluang pendidikan yang setara.
-
Apa keistimewaan anak perempuan? Anak perempuan tidak hanya memiliki kelembutan hati dalam hubungan sosial, tetapi juga dalam menjaga lingkungan sekitar. Selain itu, anak perempuan juga sering kali menjadi pilar kelembutan dalam keluarga. Mereka memiliki peran penting dalam membangun hubungan yang harmonis antara anggota keluarga. Mereka dapat dengan sabar mendengarkan curhatan anggota keluarga, memberikan nasihat yang bijaksana, dan menyediakan dukungan emosional ketika dibutuhkan.
-
Siapa yang berjuang untuk pendidikan di Indonesia? Melalui kerja keras dan pengorbanannya, maka ada banyak generasi yang berhasil terlepas dari kebodohan.
-
Siapa yang menganggap bahwa pendidikan adalah kunci kebebasan? 'Pendidikan adalah satu-satunya kunci untuk membuka dunia ini, serta paspor untuk menuju kebebasan.' - Oprah Winfrey
-
Siapa yang harus mendapatkan kesempatan di sekolah? 'Ciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan inklusif bagi semua siswa.'
Berikut kisah selengkapnya:
Suka Ekonomi dari SMP
©Ugm.ac.id
Dewi mengaku sudah suka dengan pelajaran ekonomi sejak SMP. Saat SMA, ia sudah masuk kelas IPS dengan guru pengampu pelajaran ekonomi yang sama selama tiga tahun berturut-turut.
Bagi Dewi, guru SMA nya itu sangat favorit dan inspiratif. Saat ujian kelulusan, nilai mata pelajaran ekonomi Dewi termasuk yang tertinggi se-Kabupaten Magetan.
“Jadi secara tidak langsung tersugesti dan termotivasi juga ya. Kemudian, dari lingkungan keluarga sendiri. Kakakku juga lulusan akuntansi. Jadi sedikit banyak dapat amunisi,” kata Dewi.
Sempat Merasa Insecure
Saat masa awal-awal kuliah di UGM, Dewi mengaku merasa belum percaya diri karena merasa teman-temannya dari daerah lain banyak yang lebih pintar darinya. Apalagi Dewi berasal dari desa sehingga merasa insecure bertemu teman-teman lain yang menurutnya keren-keren.
“Selain itu aku juga sendirian. Gak ada teman 1 SMA yang seangkatan di FEB. Jadi mulai dari nol banget buat teman kenalan di FEB. Tapi Alhamdulillah lama-lama terbiasa. Enjoy aja sama keadaannya,” kata Dewi.
Walaupun harus berjuang demi menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, ia merasa terbantu dengan adanya dukungan dari para dosen dan tenaga pendidik untuk bisa beradaptasi belajar dengan baik. Akhirnya secara perlahan Dewi bisa berbaur dengan lingkungan barunya.
Pentingnya Beasiswa
bp2munnes.com ©2013 Merdeka.com
Dewi mengaku adanya beasiswa bidikmisi sangat membantu kelancaran kuliahnya. Apalagi kondisi ekonomi keluarganya cukup pas-pasan dan tidak bisa membiayai keperluannya selama kuliah.
Ia masih ingat, orang tuanya sempat tidak mengizinkannya kuliah di Jogja. Namun ia tetap bersikeras padahal saat itu ayahnya sedang jatuh sakit.
Selama kuliah, Dewi tidak hanya duduk manis mengikuti perkuliahan saja. Namun juga aktif di luar kelas dengan mengikuti organisasi baik di dalam maupun luar kampus.
Ia pun beberapa kali mengikuti kegiatan non akademik seperti lomba akademis, proyek sosial, volunteer, internship, dan kegiatan lainnya. Kini, ia tengah menyelesaikan skripsinya yang dikerjakan bersamaan dengan proyek dosen FEB yang dibiayai LPDP.
“Aku jadi asisten penelitian di sana sembari mengerjakan skripsi. Kemarin sempat magang di beberapa tempat. Doakan semoga segera lulus,” pungkas Dewi dikutip dari Ugm.ac.id.
(mdk/shr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perjuangannya menempuh pendidikan tinggi dilalui dengan kerja keras dan pengorbanan.
Baca SelengkapnyaIa diterima di Prodi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM dan dibebaskan dari biaya pendidikan selama kuliah.
Baca SelengkapnyaMereka berjuang keras untuk menggapai di bangku SMA agar bisa masuk kampus favorit melalui jalur prestasi.
Baca SelengkapnyaAhkam kemudian menawarkan diri bekerja di Sinatria ketika pemilik peternakan itu sedang membutuhkan tenaga kerja sebagai anak kandang.
Baca SelengkapnyaUlfa mampu membuktikan bahwa anak yang lahir dari keluarga ekonomi sederhana bisa bersaing dengan lulusan lainnya.
Baca SelengkapnyaUniversitas Gadjah Mada (UGM) setiap tahunnya menerima lebih dari 10 ribu mahasiswa baru.
Baca SelengkapnyaKetertarikannya pada pelajaran matematika dan juga sastra mendorongnya mengikuti berbagai perlombaan dan sering berhasil menjadi juara.
Baca SelengkapnyaKetekunan dan kerja kerasnya membuktikan bahwa dengan tekad yang kuat, impian sebesar apapun dapat tercapai, tanpa memandang dari mana seseorang berasal.
Baca SelengkapnyaDia lulus dengan IPK 3,98 yang diselesaikan dalam waktu 3 tahun 6 bulan.
Baca SelengkapnyaDi sela-sela waktunya bekerja, Puput berjuang mengerjakan soal dan meringkas materi untuk persiapan tes.
Baca SelengkapnyaMelalui tekad dan keteguhan hati, ia berhasil mengatasi masa lalu kelamnya dan membuka lembaran baru yang penuh harapan dan prestasi.
Baca SelengkapnyaIa pun heran mengapa banyak anak muda tidak mau jadi petani
Baca Selengkapnya