Sengkarut Data Covid-19, Pemerintah Pusat dan Daerah Saling Tunjuk
Merdeka.com - Kasus Covid-19 melonjak tinggi dalam beberapa hari terakhir. Bahkan Kamis (3/12), kasus Covid-19 bertambah sebanyak 8.369 hanya dalam waktu sehari.
Data ini membingungkan publik. Sebab, data yang dilaporkan Kementerian Kesehatan berbeda dengan data yang disajikan pemerintah daerah. Misalnya, Papua, Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Pelaksana tugas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2P) Kementerian kesehatan, Budi Hidayat, mengatakan, melonjaknya kasus Covid-19 nasional karena data yang dilaporkan dinas kesehatan daerah ganda. Selain itu, peningkatan terjadi akibat penumpukan data kasus Covid-19.
-
Modus data apa itu? Modus adalah nilai data yang paling sering muncul. Data merupakan unsur penting dalam pengolahan statistik.
-
Bagaimana cara Kemensos mengusulkan perbaikan data? 'Sejak awal saya menjabat sebagai Menteri Sosial, saya menerima banyak surat cinta dari BPK, BPKP atau lembaga lain yang isinya data kami tidak berintegritas. Kemudian ada juga masalah transparansi dan regulasi data bansos. Dari sanalah kami bertekad melakukan perbaikan,' ujar Mensos Risma.
-
Siapa yang diduga sebagai sumber kebocoran data PDN? 'Kpd Yth @meutya_hafid pimpinan Komisi 1 DPR, kami mendapatkan data telak nan luar biasa bahwa kebocoran PDN diduga kuat berasal dari orang dalam sejak 11 Oktober 2022. Nama'y: Dicky Prasetya Atmaja. Dia bekerja di LintasArta. Dialah saksi mahkota, kok bisa? Thread! (``,)' tulisnya.
-
Dimana Kemensos mengusulkan pembaruan data? 'Karena itulah saya meminta pemerintah daerah untuk aktif memperbarui data secara berkala,' ujarnya pada para kepala daerah yang turut hadir dalam pertemuan tersebut melalui zoom meeting.
-
Bagaimana cara kerja pendeteksi kebohongan? Larson kemudian bereksperimen dengan rakitan pompa dan pengukur untuk dipasangkan ke tubuh manusia menggunakan manset lengan dan tali dada. Perangkat ini akan mengukur perubahan denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah sekaligus, selama pemantauan terus-menerus terhadap subjek yang diinterogasi. Larson percaya alat itu akan menandai jawaban yang salah melalui fluktuasi berbeda yang diukir dengan stylus ke drum kertas yang berputar. Seorang operator kemudian akan menganalisis dan menginterpretasikan hasilnya.
-
Apa itu pendeteksi kebohongan? Larson memperkenalkan mesin yang dinamainya 'kardio-pneumo-psikogram', kemudian disebut poligraf, yang mengacu pada berbagai sinyal fisik yang direkam oleh stylus.
"Double input (data kasus Covid-19)," katanya saat dihubungi merdeka.com, Jumat (4/12).
Budi mengelak jika peningkatan kasus kasus Covid-19 akibat kesalahan input data di Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan. Dia justru menegaskan, data yang diterima Pusdatin telah melalui proses verifikasi berjenjang.
Mulai dari fasilitas kesehatan, dinas kesehatan kabupaten dan kota hingga dinas kesehatan provinsi. Artinya, Budi menilai, peningkatan kasus Covid-19 nasional terjadi akibat kesalahan pelaporan data dari dinas kesehatan daerah.
"Jadi data diinput dari bawah ke atas dan melalui verifikasi," ujarnya.
Budi mengakui tahapan pelaporan data kasus Covid-19 membutuhkan perbaikan. Baik tahapan pelaporan data kasus Covid-19 dari fasilitas kesehatan hingga di tingkat pusat.
"Kami evaluasi perbaikan sistem dari hulu ke hilir," ucap dia.
Pemda Tak Mau Salah
Sementara Pemda tak mau disalahkan. Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah, Yulianto, mengaku kaget saat melihat data yang disampaikan Kementerian Kesehatan melalui Satuan Tugas Penanganan Covid-19. Pada data tersebut, kasus Covid-19 menembus 2.036 orang per 29 November 2020.
Padahal data yang tercatat di Dinas Kesehatan Jawa Tengah hanya 844 kasus Covid-19.
"Ini berbeda jauh dari data kami," ujarnya.
Setelah mendapat laporan data kasus Covid-19 dari Kementerian Kesehatan, Yulianto bersama jajaran melakukan penelusuran. Hasilnya, data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan tidak valid. Terjadi data ganda. Bahkan ada 519 data ganda dalam rilis tersebut.
"Untuk temuan 519 yang ganda data itu, ada satu nama yang ditulis sampai empat hingga lima kali sehingga total data yang ganda sebanyak 694 kasus. Itu hari itu saja, ya saat rilis Jateng tambah 2.036," ujarnya.
Yulianto mencontohkan, data ganda kasus positif Covid-19 terjadi di Kabupaten Kendal. Pada rilis Kementerian Kesehatan tercantum satu nama pasien yang ditulis sampai lima kali.
Tidak hanya data ganda, Dinas Kesehatan Jawa Tengah juga menemukan banyak kasus lama yang dimasukkan dalam rilis Kementerian Kesehatan. Ini menunjukkan, data yang diinput pada 29 November 2020 merupakan data Juni 2020.
"Kasusnya sudah lama, bahkan sudah beberapa bulan yang lalu baru dirilis kemarin," katanya.
Kenapa Tak Dicek?
Sementara itu, Ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono, mengatakan, perbedaan data Covid-19 pemerintah pusat dan daerah sudah terjadi sejak awal pandemi Covid-19. Sengkarut data ini berujung penyajian informasi data Covid-19 tidak valid kepada masyarakat.
"Data yang dikomunikasikan ke masyarakat harus diyakini sudah cek dan ricek, sudah diyakini akurat sehingga masyarakat menerima data yang sudah bersih," katanya saat dihubungi merdeka.com, Jumat (4/12).
Pandu justru menyoroti sikap Satuan Tugas Penanganan Covid-19 dalam persoalan sengkarut data Covid-19 ini. Menurutnya, sengkarut data Covid-19 tidak bisa sepenuhnya dilimpahkan ke Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah.
Seharusnya, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang dibentuk Presiden Joko Widodo berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2020 tentang Komite Penanganan Corona Virus Desease 2019 (Covid-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional ini mengecek kembali data Covid-19 yang diberikan pemerintah pusat.
"Itu bodohnya Satgas, kenapa dia melaporkan data yang tidak akurat. Seharusnya mereka itu melaporkan data yang sudah diperbaiki. Jadi kesalahannya bukan di masyarakat, bukan di dinas, bukan di Pusdatin (Kementerian Kesehatan), kesalahannya yang menginformasikan data itu tidak pernah mengecek apakah data yang dilaporkan ke masyarakat akurat atau tidak akurat," tegasnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Data itu terungkap setelah Pemprov Jakarta memiliki alat lengkap.
Baca SelengkapnyaBudi Ari sempat diberondong pertanyaan namun enggan meladeni.
Baca Selengkapnyaenko Polhukam Hadi mengatakan menurut analisa BSSN, ada sebagian data yang bocor, tidak sesuai dengan data asli
Baca SelengkapnyaBudi Arie pun menjamin, jika sistem informasi elektronik selama pesta demokrasi ini tetap aman dan terjamin.
Baca SelengkapnyaGubernur Jabar Ridwan Kamil menyatakan terdapat ribuan aduan dalam proses PPDB di wilayahnya pada tahun 2023. Mayoritas terkait pemalsuan data.
Baca SelengkapnyaKemendagri terus melakukan pembenahan akan keamanan data untuk mengantisipasi maraknya kejahatan digital.
Baca SelengkapnyaIsu ini didasarkan pada data naik turunnya suara dalam portal InfoPemilu dan sistem Sirekap.
Baca SelengkapnyaMenteri Tito menjelaskan anggaran-anggaran yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan Pilkada
Baca SelengkapnyaHadi Thahjanto menilai, anggapan lonjakan suara PSI yang tak lazim hanya spekulasi.
Baca SelengkapnyaBudi Arie dicecar oleh anggota komisi 1 dengan pertanyaan-pertanyaan seputar peretasan yang terjadi
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaSeribu cara dilakukan untuk memanipulasi angka inflasi.
Baca Selengkapnya