Senjata api illegal masih beredar di Aceh pasca 10 tahun damai
Merdeka.com - Mantan Ketua Tim Aceh Monitoring Mission (AMM), Pieter Feith tidak menampik masih banyak peredaran senjata api illegal di Aceh paska 10 tahun perdamaian. Meskipun sudah dilakukan pemotongan paska Aceh berunding di Finlandia, Helsinki antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia.
Akibatnya, kata Pieter Feith telah berpengaruh pada stabilitas politik dan keamanan, karena adanya kriminalitas menggunakan senjata api terjadi di Aceh.
"Masih terdapat senjata illegal di Aceh bukan berarti kita gagal, tetapi tidak tertutup kemungkinan ada sisa-sisa," kata Peter saat menggelar konferensi pers di ruang Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Banda Aceh, Rabu (12/8).
-
Kenapa operasi militer di Aceh dimulai? Operasi ini mulai dilakukan setelah ultimatum selama dua minggu agar GAM menerima otonomi khusus untuk Aceh di bawah NKRI.
-
Kenapa Aceh kumpulkan dana untuk pesawat? Mengutip laman indonesia.go.id, pertemuan ini menjadi aksi penggalangan dana untuk membeli pesawat tersebut.
-
Dimana lagi bisa jadi sumber bocor? Ventilasi di bagian atas jendela atau pintu dapat menjadi penyebab utama rembesan saat hujan. Pastikan ventilasi tidak terlalu panjang dan periksa apakah ada kerusakan atau kebocoran pada area tersebut.
-
Dimana saja peredaran narkoba di Cianjur rawan terjadi? Berdasarkan pemetaan oleh polisi, peredaran narkoba rawan terjadi di wilayah utara, selatan dan timur Kabupaten Cianjur.
-
Kapan perang Aceh dimulai? Perang Aceh berkobar tahun 1873.
-
Mengapa Belanda menyerang Aceh? Belanda masih terus berusaha menebus pertahanan Aceh sampai tahun 1896.
Meskipun 10 tahun perdamaian sudah berlalu, peredaran senjata api masih saja terjadi di Aceh. Menurut Peter, wilayah Aceh banyak terdapat jalur-jalur yang bisa memasok senjata api illegal, terutama jalur semasa Aceh masih konflik.
"Jadi sesuai dengan yang tercantum dalam MoU Helsinki, siapa pun yang memiliki senjata selain TNI dan Polri adalah illegal dan dianggap kriminal, makanya itu tugas polisi yang menanganinya," ungkapnya.
Sementara itu Mediator MoU Helsinki Special Advisor AMM, Juha Christensen menyebutkan pemerintah harus serius menangani kasus kriminalitas di Aceh, termasuk mempercepat proses penyelesaian reintegrasi.
"Sangat kita sedih kasus kriminal Din Minimi terjadi, harapan kita kasus kriminalitas bisa ditangani oleh pemerintah dengan baik," harap Juha.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Salah satu dari dua senjata M-16 itu tak lagi berwujud asli, namun telah dimodifikasi. Begini penampakannya!
Baca SelengkapnyaKapolres Aceh Tamiang, AKBP Muhammad Yanis mengatakan, senjata yang diamankan tersebut masing-masing berjenis AK-56 dan UZI yang telah dimodifikasi.
Baca SelengkapnyaSaat ini senjata api beserta amunisi yang diserahkan warga itu sudah diamankan di gudang senjata Polda Aceh.
Baca SelengkapnyaKapolres Bener Meriah AKBP Nanang Indra Bakti, mengatakan senjata tersebut ditemukan warga.
Baca SelengkapnyaPeneliti dan Ahli Militer Made Tony Supriatna menjelaskan kondisi di Papua.
Baca SelengkapnyaSenjata api ilegal itu dijualbelikan di marketplace setelah mendengarkan pengakuan para tersangka.
Baca SelengkapnyaDari puluhan senjata dibongkar polisi dan TNI itu, beberapa senjata di antaranya merupakan hasil modifikasi.
Baca SelengkapnyaTerakhir Murtala kembali ditangkap bersama enam orang anak buahnya.
Baca SelengkapnyaEks Kombatan GAM di Aceh Tamiang Serahkan AK 47 dan Granat ke TNI
Baca SelengkapnyaPolisi turut menyita senjata jenis airsoft gun saat menangkap sindikat di Palembang
Baca SelengkapnyaDalam operasi kali ini, polisi mengamankan lima orang pelaku.
Baca SelengkapnyaHengki membantah soal kabar Iptu Muhamad Yudi Kanit Reskrim Polsek Bekasi Utara yang disebut jadi penyuplai senjata ke DE.
Baca Selengkapnya