Senyum Kakek Matnazu Naik Haji Usai 22 Tahun Sisihkan Penghasilan Mengayuh Becak
Merdeka.com - Bagi banyak umat muslim, pergi haji merupakan mimpi yang selalu ingin diwujudkan. Demikian juga buat Matnazu Mucari Bungkas, pria yang bekerja sebagai pengayuh becak.
Selama 22 tahun, pria berumur 71 tahun itu tak pernah berhenti berupaya meraih mimpinya untuk bisa menunaikan ibadah haji. Selama 22 tahun itu pula, ia menyisihkan sebagian jerih payahnya mengayuh becak, demi dapat berangkat ke Tanah Suci.
"Saya selama ini menabung untuk bisa berangkat haji. Saya sisihkan sebagian dari penghasilan mengayuh becak," ujar warga Simo Hilir Sukomanunggal itu, Selasa (16/7).
-
Bagaimana kakek itu menunjukkan cintanya? Ya, dulunya pria berusia 97 tahun ini acapkali mengajak sang istri untuk makan siang bersama di restoran favorit mereka berdua bernama Smith’s Diner. Melansir dari laman WTOC The Southeast News Leader, kisah cinta keduanya dimulai dari tahun 1948. Begitu mengharukan, ia selalu tak lupa membawa foto mendiang sang istri yang diletakkan di meja makan.
-
Apa yang membuat orang tua merasa diberkati? 'Do you ever look at your child and start smiling? Not because your child did something amazing, just smiling because you realize how blessed you really are.' – Unknown-
-
Siapa kakek yang jago bahasa? Thanh mulai belajar bahasa asing sejak kecil, dia belajar bahasa Inggris yang kemudian dilanjutkan dengan bahasa Prancis, sebelum akhirnya belajar bahasa Mandarin saat dewasa.
-
Siapa yang merawat kakek tersebut? Tan berjanji untuk memberikan flatnya kepada mereka sebagai imbalan atas perawatan dan persahabatan mereka. Permintaannya termasuk agar Gu dan keluarganya sering meneleponnya, mengunjunginya seminggu sekali, membelikannya pakaian dan bahan makanan, dan menjaganya saat dia sakit.
-
Apa contoh sikap berbakti ke orang tua? Sebagai anak agar senantiasa lemah lembut ketika berbicara kepada orang tua. Hindari perkataan bernada tinggi, apalagi kata-kata kasar atau dengan cara berteriak-teriak.
-
Kenapa orang tua memilih nama 'pembawa rezeki'? Dengan memilih nama yang memiliki arti 'pembawa rezeki', orang tua berharap anaknya tumbuh menjadi pribadi yang membawa keberuntungan dan kebaikan bagi dirinya serta orang-orang di sekitarnya.
Matnazu mengaku, selama puluhan tahun bekerja, ia tidak tertarik untuk membeli perabotan mewah. Menurut kakek dari 20 cucu ini, yang sangat berharga ialah becak tua yang bersandar di depan rumahnya. "Ya cuma becak itu harta yang paling berharga di rumah," ungkapnya tersenyum.
Dengan becak tua itulah, Matnazu menghabiskan waktu sehari-hari. Mengais rezeki untuk menafkahi keluarga dan menghidupi anak-anaknya yang sekarang tinggal sembilan orang setelah tiga di antaranya meninggal dunia.
Menarik becak ia jalani mulai tahun 1997, meski penghasilannya tidak seberapa, namun pada bisa mencukupi kebutuhan keluarga.
Upayanya meraih mimpi bukannya tanpa halangan. Sebab, dalam kurun waktu tahun terakhir ini, penghasilannya dari mengayuh becak mengalami penurunan yang cukup drastis. Jika pada tahun-tahun sebelumnya ia dalam sehari bisa mengumpulkan uang Rp50.000 hingga Rp100.000, namun kini ia hanya mampu meraup rejeki antara Rp 30.000 hingga Rp 50.000 saja perhari.
"Peminat becak sudah mulai sepi. Apalagi di kota besar seperti Surabaya ini, sudah tidak seperti dulu lagi," katanya.
Meski demikian, hal itu tidak menyurutkan langkahnya untuk terus menabung agar dapat pergi haji. Namun, ditengah perjalanan ia kembali mendapatkan cobaan. Sanatun, sang istri meninggalkannya lebih dulu ke rahmatullah. Ia dipanggil sang Khalik sejak 15 tahun silam.
Tak ada kata pupus dalam kamus hidupnya. Perjuangannya untuk menunaikan rukun islam ke-5 itu tetap diperjuangkannya. Sedikit demi sedikit uang yang dikumpulkannya kini sudah mencukupi untuk pergi ke Mekkah.
Tergabung dalam kloter 28 asal Kota Surabaya, ia pun dijadwalkan terbang menuju Arab Saudi, menggunakan pesawat Saudi Airlines melalui Bandara Internasional Juanda.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meskipun bawa mobil, wanita ini nekat turun dari mobil untuk membantu kakek pengayuh becak.
Baca SelengkapnyaBerikut cerita kakek tua yang rela menjadi tukang becak dayung demi sesuap nasi namun tidak ada yang mau naik.
Baca SelengkapnyaIa sudah lama ingin daftar haji, tapi baru tercapai saat usianya 94 tahun.
Baca SelengkapnyaIa mengaku sudah 11 hari melakukan perjalanan tersebut.
Baca SelengkapnyaBerkat kesabarannya selama bertahun-tahun, ia sebentar lagi bisa melihat Ka'bah secara langsung di usianya yang menginjak usia 73 tahun.
Baca SelengkapnyaNamanya adalah Sutomo, pria berusia 70 tahun yang telah menjalani profesi ini selama lebih dari 11 tahun.
Baca SelengkapnyaPria ini mengaku merasa senang karena bisa membelikan tiket pesawat untuk kedua orang tuanya dan bisa berkumpul bersama di perantauan.
Baca SelengkapnyaSelama menjadi tukang cukur, ia tidak pernah memasang tarif. Ia bekerja dengan niat 'Lillahi ta'ala,'.
Baca SelengkapnyaDalam tausiahnya, UAH menyampaikan kisah seorang kakek yang merawat musala di sebuah desa.
Baca SelengkapnyaBegini perjuangan hidup kakek tukang becak yang kini jarang dapat penumpang. Penghasilan tak sampai Rp50 ribu sebulan.
Baca SelengkapnyaPria ini mengajak bapak tukang becak untuk berbelanja ke pusat perbelanjaan.
Baca SelengkapnyaDi masa tuanya, ia masih harus bekerja untuk mengisi perut keluarganya.
Baca Selengkapnya