Seorang bayi Suku Anak Dalam wafat akibat radang paru-paru
Merdeka.com - Seorang bayi di bawah lima tahun anggota Suku Anak Dalam atau orang rimba kelompok Terap di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Sarolangun-Batanghari, Jambi, wafat di Rumah Sakit Umum Daerah Hamba Muarabulian, Kabupaten Batanghari. Menurut diagnosa dokter, bayi itu mangkat karena mengidap penyakit radang paru-paru.
"Hasil diagnosa dokter menyebutkan balita SAD yang meninggal itu karena menderita penyakit radang paru-paru atau bronkopneumonia," kata Asisten Koordinator Orang Rimba Bukit Duabelas KKI WARSI, Ade Candra, di Jambi seperti dilansir dari Antara, Senin (23/3).
Menurut Ade, balita anak orang rimba itu sudah mendapat perawatan medis di RSUD Muarabulian sejak 13 sampai 18 Maret 2015. Tetapi orang tuanya tidak betah lantas membawa bocah itu pulang ke hutan.
-
Bagaimana cara Suku Mante beradaptasi di hutan? Selain itu, ada asal-usul lain yang menggambarkan Suku Mante adalah etnis yang disebutkan dalam legenda rakyat.
-
Apa yang dilakukan Orang Talak Mamak di hutan? Melansir dari berbagai sumber, kehidupan sehari-hari Orang Talak Mamak ini sangat dekat dengan alam dan hutan. Tak heran jika mereka hidup sangat tergantung dengan hasil alam.Dulunya mereka masih menganut sistem berburu dan meramu, bahkan mereka mengelola sumber daya alam untuk dikonsumsi secara keluarga maupun secara berkelompok atau bersama-sama.
-
Apa yang terjadi pada pendaki Gunung Marapi? Sebanyak 74 dari 75 pendaki Gunung Marapi telah ditemukan. Di antara korban yang sudah ditemukan terdapat 22 orang meninggal dunia.
-
Apa yang terjadi pada keluarga di Malang? Polisi menduga tiga orang dalam satu keluarga yang meninggal dunia di Kabupaten Malang bunuh diri bersama-sama.
-
Siapa yang terdampak broken home? Dan dampaknya? Lebih kepada anak-anak.
-
Siapa yang ditangkap dan dipelihara? Dahulu pernah ada orang dari suatu daerah berhasil menangkap burung jalak lawu ini untuk dijadikan burung peliharaan. Awalnya tidak terjadi apa-apa pada orang yang menangkap burung ini. Namun, ketika sampai di tengah perjalanan. As mobil orang tadi tiba-tiba patah secara misterius.
Sayangnya, lanjut Ade, selama di hutan kondisi anak itu terus menurun, dan pada Sabtu pekan lalu orang tuanya kembali membawanya ke rumah sakit. Tetapi kondisi bayi perempuan itu terus menerus batuk dan tak kunjung membaik hingga akhirnya meninggal dunia pada Minggu (22/3) malam.
"Kematian yang menimpa anggota SAD ini memperlihatkan bahwa kondisi penghidupan orang rimba masih memerlukan perhatian dan dukungan dari semua pihak," ujar Ade.
Menurut Ade, menurunnya kesehatan orang rimba dipicu oleh krisis pangan dan air bersih di tiap lokasi melangun (berpindah) mereka singgahi. Sebab, di lokasi melangun tidak terdapat sumber pangan dan air bersih memadai sehingga menyebabkan kondisi tubuh mereka sangat lemah dan rentan terhadap penyakit, terutama pada anak-anak.
"Kondisi ini diperburuk karena selama ini orang rimba tidak mendapatkan imunisasi dan juga kondisi alam yang tidak mendukung," ucap Ade.
Dikatakan Ade, penyakit radang paru-paru bagi orang di luar kelompok Suku Anak Dalam mungkin tidak berpotensi menghilangkan nyawa, karena sudah mendapatkan imunisasi DPT.
"Namun penyakit itu bagi orang rimba ini justru sangat membahayakan dan menyebabkan mereka bisa meninggal dunia," tambah Ade.
Ade menambahkan, selama Maret 2015 tercatat 16 anak dan dua orang rimba dewasa dirawat di rumah sakit dengan keluhan bronkopneumonia dan demam. Ada juga mengidap anemia gravis serta disentri.
Sementara itu, Kepala Bidang Pelayanan RSUD Hamba Muarabulian, dr. Firdaus Fattah, membenarkan meninggalnya anak rimba atas nama Marupe, anak dari Metik. Dia menjelaskan, anak orang rimba itu wafat di ICU pada Minggu malam pekan lalu akibat demam, batuk, dan sesak napas.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bocah Papua harus rela tinggal berdua dengan adiknya selama berbulan-bulan karena orang tua mereka bekerja mencari kayu gaharu di tengah hutan.
Baca SelengkapnyaJasad bayi itu sudah dimakamkan di pemakaman keluarga H. Uspu Dusun Kampung Beru.
Baca SelengkapnyaJasad bayi itu ditemukan dalam kondisi mengenaskan karena sebagian tubuhnya telah dimangsa anjing warga.
Baca SelengkapnyaTidak diketahui datang dari arah mana, seekor monyet langsung menarik si bayi yang tengah tertidur.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaHasil pemeriksaan di Puskesmas Sragi 1, korban ada luka di leher dan di perut dan punggung ada luka memar
Baca SelengkapnyaSaat jasadnya ditemukan warga, korban sudah dalam kondisi berlumuran darah.
Baca SelengkapnyaSelama ini ibu korban jarang bersosialisasi dengan masyarakat dan ada dugaan depresi.
Baca SelengkapnyaKondisi dua balita yang ayahnya simpan jasad bayi dalam freezer.
Baca SelengkapnyaKeluarga memilih agar korban menjalani rawat jalan sebelum meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaPemuda Telanjang Dada Keturunan Rohingya Bertahan Hidup di Hutan, Usai Orangtua Angkat Meninggal Dunia
Baca SelengkapnyaBayi tersebut sudah dirawat oleh pasangan suami istri tersebut sejak usia 4 bulan.
Baca Selengkapnya