Seorang Pengungsi Gempa Majene Ditandu Sejauh 2 KM untuk Melahirkan di Puskesmas
Merdeka.com - Halima (50) ibu hamil penyintas gempa bumi yang hendak melahirkan asal Dusun Tamerimbi, Desa Kabiraan, Kecamatan Ulumanda, Majene, Sulawesi Barat terpaksa ditandu untuk mendapatkan pertolongan medis pada Selasa malam 9 Februari 2021 lalu.
Halima harus ditandu menggunakan batang pohon dan sarung sejauh dua kilometer melalui jalan rusak berbukit dengan penerangan seadaanya oleh sejumlah warga dan relawan karena akses jalan utama dari serta menuju dusun tempat tinggal Halima terputus akibat longsoran pasca-gempa bumi 6,2 Magnitudo pada 15 Januari 2021 lalu.
Ibu hamil itu ditandu hingga Dusun Salutakkang, Desa Lombang, Lecamatan Malunda, Mejene kemudian dibawa menggunakan mobil ambulans menuju puskesmas darurat di pusat Kecamatan Malunda, karena puskesmas di daerah Halima roboh saat gempa mengguncang pada dini hari itu.
-
Di mana jalan rusak yang membuat warga harus menandu pasien? Sejumlah penduduk di Kecamatan Tutar, Kabupaten Polewali Mandar, Sumatra Utara, harus berjuang saat merujuk seorang warga sakit menggunakan tandu.
-
Dimana jalan rusak itu berada? Rombongan Bupati Grobogan yang melintasi Desa Pandanharum, Kecamatan Gabus, Grobogan, dihadang oleh warga.
-
Kenapa banjir bandang membuat jalan lumpuh? Banjir bandang tersebut menyebabkan air Sungai Tuntang meluap dan sejumlah jalan lumpuh tergenang banjir.
-
Kerusakan apa yang terjadi akibat gempa Bantul? Bupati Halim menambahkan dampak dari gempa tersebut sebagian besar mengakibatkan kerusakan rumah ringan, rata-rata pada bagian atap. Sementara itu bangunan utama tetap utuh.
-
Bagaimana kondisi jalan yang membuat warga menanam padi? Kondisi Jalan Berlumpur Warga sendiri merasa jengkel karena kondisi jalan yang sudah lama sekali tidak diperhatikan. Kondisinya sungguh memprihatinkan karena dipenuhi lumpur dan kubangan air, terlebih saat ini masih masuk musim penghujan.
-
Bagaimana warga melintas jembatan rusak itu? Warga harus bertaruh nyawa saat melintas di jembatan penghubung dua kecamatan itu.
Karmila Bakri salah seorang relawan yang turut mengantar Halima mengatakan, ibu paruh baya itu hendak melahirkan anaknya yang kedelapan. Ia terpaksa ditandu karena kondisinya yang sudah sangat lemah
"Kemarin itu, kondisinya ibunya sudah sangat lemas karena sudah dua hari pecah ketuban," kata Karmila kepada Liputan6.com, Kamis (11/02/2021).
Karmila menjelaskan, Halima bersama keluarganya sempat tinggal di posko pengungsian bersama warga lainnya usai gempa bumi. Namun, sejak beberapa hari terakhir, setelah merasakan gejala akan melahirkan, Halima dibawa kembali ke rumah, karena khawatir akan kondisi ibu hamil itu jika terus di tenda pengungsian.
"Dia tadi (berangkat) di rumahnya, tapi ada juga tendanya di lokasi pengungsian," ujar Karmila.
Perhatian untuk Ibu Hamil di Pengungsian
Kepala Dinas Kesehatan Majene, dr Rahmat Malik mengatakan, ibu hamil itu sudah mendapatkan penanganan dengan baik.
Sejak gempa bumi terjadi, pihaknya sudah melakukan pendataan ibu hamil yang ada di tenda-tenda pengungsian, sehingga tenaga kesehatan sudah siap memberikan pelayanan.
"Saya rasa sudah tertangani dengan baik, apa lagi sudah ada fasilitas kesehatan yang dekat di sekitar posko pengungsian. Selama gempa bumi ini sudah ada 15 ibu hamil dibantu oleh bidan-bidan yang melahirkan di tenda pengungsian," kata Rahmat.
Rahmat juga mengungkapkan rasa terima kasihnya atas bantuan yang diberikan oleh sejumlah relawan gempa bumi. Menurut Rahmat, mereka sudah sangat membantu para tenaga kesehatan di tengah kondisi bencana ini.
"Terima kasih dan apresiasi sebesar-besarnya kepada relawan yang sudah membantu masyarakat," tutup Rahmat.
Reporter: Abdul Rajab UmarSumber: Liputan6.com
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diketahui, bocah ini mengalami penyakit usus buntu dan harus melewati jalanan hutan dengan ditandu untuk menuju rumah sakit.
Baca SelengkapnyaAkses jalanan sudah bertahun-tahun rusak dan menyulitkan warga untuk mobilitas terutama saat ada yang sakit.
Baca SelengkapnyaDalam video tersebut, terlihat jelas bagaimana kondisi jalan yang lebih mirip kubangan daripada jalur yang layak dilalui.
Baca SelengkapnyaSejumlah petugas mengevakuasi wanita hamil besar dengan menerobos banjir Sungai Batu Merah di Desa Oelatimo, Kupang Timur, NTT, Rabu (13/3).
Baca SelengkapnyaWarga di berbagai daerah terpaksa mencari air di dalam hutan yang jaraknya mencapai satu kilometer dari desa mereka.
Baca SelengkapnyaBripka Heru menandu ibu melahirkan sejauh 3 kilometer. Aksi heroiknya banjir pujian.
Baca SelengkapnyaWarga harus berjuang keras untuk mendapatkan air di tengah bencana kekeringan.
Baca SelengkapnyaSebelumnya kondisi Safriani sempat melemah, karena penyakit paralisis periodic hypokalemia atau kelumpuhan secara tiba-tiba.
Baca SelengkapnyaSebanyak 26 warga Kabupaten Luwu terpaksa jalan kaki 6 jam menuju ke pengungsian setelah desanya terisolasi akibat banjir dan longsor.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang mengalami hipotermia dan ditolong oleh pendaki lain.
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan kondisi jalan kampung yang tidak memadai sehingga jenazah harus ditandu oleh warga untuk dibawa pulang.
Baca SelengkapnyaJalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Mamuju, ibukota Sulbar, dan Provinsi Sulteng, di Kabupaten Mamuju Tengah, tertutup longsor akibat hujan deras
Baca Selengkapnya