Sepeda onthel putih yang setia menemani Bripka Seladi

Merdeka.com - Bripka Seladi (57), polisi saban hari bertugas di Satuan Lalu Lintas Polres Kota Malang. Setiap pagi, dia berkantor di Satpas Polresta Malang mengurus pelayanan SIM.
Di sela-sela waktunya, Seladi memulung buat mencari penghasilan tambahan. Usai pulang kantor sekitar pukul 16.00 WIB, dia langsung menuju tempat pengumpulan sampahnya di Jalan Dr Wahidin, Kecamatan Klojen, Kota Malang.
Seladi dengan dua temannya memilah sampah bersama. Salah satunya putra keduanya, Rizaldy Wicaksono (23), yang baru saja selesai kuliah D2 di Universitas Malang jurusan Teknik Informatika.
Penampilan Seladi memang jauh dari kesan mewah. Dia selalu menggunakan sepeda onthel warna putih saat bekerja.
"Pukul 05.00 WIB sudah berangkat dari rumah. Pakai sepeda onthel putih itu," kata Seladi di Jalan Dr. Wahidin, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Rabu (18/5).
Jarak rumah Seladi ke Mapolresta Kota Malang sekitar lima kilometer. Setiap pukul 06.00 WIB dia harus mengikuti apel, sebelum kemudian menuju lokasi jaga sesuai dengan jadwal.
Rabu (18/5), Seladi mendapatkan giliran berjaga di depan Kantor Telkom Blimbing. Sekitar pukul 06.30 WIB, dia sudah berada di lokasi.
Selama sekitar 1,5 jam, Seladi terlihat mengatur arus dan menyeberangkan pejalan kaki. Beberapa orang terlihat melanggar aturan dengan tidak mengenakan helm. Seladi pun memberi arahan tentang bahayanya jika terjadi kecelakaan.
Tidak sedikit warga yang akrab dengan Seladi. Mereka menyapa dengan melambaikan tangan, atau membunyikan klakson.
"Saya sudah tahu saat Pak Seladi bertugas di Gadang. Dia selalu pakai sepeda itu. Dia sangat sederhana," kata seorang warga di sekitar Masjid Sabilillah, Blimbing, Kota Malang.
Seladi tinggal bersama istrinya, Ngatiani, tiga anaknya dan mertuanya di Jalan Gadang Gang 6 Nomor 44, Kota Malang. Rumah itu milik sang mertua.
Seladi dikaruniai tiga anak. Dina Afritasari kini sudah bekerja di rumah sakit sebagai tenaga farmasi, Rizaldy Wicaksono baru lulus kuliah D2, dan Neni Winarti baru duduk di kelas 2 SMA.
Seladi memulung sejak 2006. Namun dua tahun kemudian dia sudah tidak berkeliling mencari sampah. Dia memisahkan sampah di sebuah rumah yang dipinjami temannya.
Kerja sebagai pemulung, diakui Seladi, sebagai sebuah berkah yang memberi tambahan penghasilan dalam hidupnya. "Saya kerja apa saja mau. Intinya saya cari yang barokah. Orang lain menanggapi buruk, saya tidak tanggapi," tutup Seladi.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya