Sepi Pelanggan Akibat Covid-19, WTS di NTT Hanya Makan Pisang Rebus
Merdeka.com - Pandemi virus corona atau covid-19 yang melanda Indonesia empat bulan terakhir, membuat dunia bisnis berantakan, tak terkecuali prostitusi. Orang-orang diminta berdiam diri di rumah, untuk mencegah munculnya kerumunan massa agar penyebaran virus dapat dikendalikan, termasuk mereka yang terbiasa "'jajan' di luar.
WTS yang menghuni kos-kosan di pinggiran kota Lewoleba, kini dihimpit kesulitan biaya hidup. Pelanggan tak lagi datang, ranjang sepi dan berimbas pada hilangnya pendapatan.
Mawar (nama samaran) mengaku, sepinya pelanggan menguras isi dompetnya. Di saat bersamaan, dia tetap harus mengirimkan uang untuk keluarga, membayar kos, utang, hingga mencukupi urusan perut sehari-hari.
-
Kenapa orang masih belanja di masa sulit? Fenomena ini dikenal dalam ilmu ekonomi sebagai Lipstick Effect. Lipstick Effect merujuk pada kecenderungan masyarakat untuk tetap membeli barang-barang yang dianggap mewah meskipun di tengah kondisi ekonomi yang mencekik.
-
Bagaimana tekanan finansial berdampak pada orang-orang? Dampak buruk dari kelelahan ini adalah banyak warga Amerika menghindari atau mengabaikan penanganan masalah keuangan secara keseluruhan. Hampir 44 persen responden survei mengakui bahwa mereka akan mengabaikan masalah keuangan hingga menjadi krisis.
-
Siapa yang mengalami kesulitan keuangan? Meskipun kabar suami Zaskia Gotik yang sedang mengalami kesulitan keuangan, rumah tangga mereka dengan Sirajuddin semakin harmonis.
-
Bagaimana perempuan pemilik warung itu mendapatkan uang? Perempuan yang tidak diketahui namanya itu kerap berdoa agar diberi kekuatan untuk selalu mencari nafkah demi keluarga. Terutama anaknya yang sedang menempuh pendidikan tinggi di Yogyakarta.'Anak saya juga kuliah di situ, di Jogja. Sekarang semester akhir, makanya saya ada di sini itu karena ya butuh biaya,' ucap perempuan tersebut.
-
Siapa yang seringkali membutuhkan bantuan? Tak ada cara lain selain berbagi dengan mereka yang membutuhkan.
-
Bagaimana Uut Permatasari mengelola gaji suaminya? Uut Permatasari mengaku bahwa ia mengelola dengan baik gaji dari suaminya yang saat itu bekerja di Polda Banten, termasuk soal di mana uang tersebut disimpan.
Selama pandemi covid-19, tempat hiburan malam tempat dia bekerja tutup. Kondisi ini jelas akan menghilangkan penghasilan hariannya sebagai WTS.
"Bahkan, untuk makan sehari-hari pun kadang kami terpaksa mengonsumsi beberapa buah pisang mentah yang direbus hanya untuk menahan rasa lapar," ungkap Mawar sambil meneteskan air mata.
Wanita berusia 38 kelahiran Jawa ini mengatakan, anak-anaknya yang selama ini menggantungkan hidup mereka tanpa mengetahui pekerjaannya, hanya sanggup dan pasrah memahami kondisi ini.
Saking takut akan virus corona, WTS lainnya, Melati menyebut bahwa mereka bahkan terpaksa menolak pelanggan, lantaran takut terpapar. Menurutnya, covid-19 telah menghilangkan penghasilan mereka, yang sebagian digunakan untuk membiayai hidup anak-anak, yang saat ini masih menempuh pendidikan.
"Biasanya semalam bisa dapat satu atau dua pelanggan. Tetapi, akhir-akhir ini tidak ada sama sekali. Ada juga yang nekat datang, hanya kami tolak," ungkapnya.
Bantuan Komunitas Taman Daun
Relawan Komunitas Taman Daun Lembata pun menyisiri beberapa lokasi hiburan malam di Kota Lewoleba dan sekitarnya. Mereka datang membagikan sembako bagi para Wisatawan itu.
Satu diantara relawan Taman Daun, John S J Batafor mengungkapkan, awalnya banyak pihak yang tidak setuju bantuan sembako ini diberikan kepada kelompok wanita itu. Namun John berkeras, para WTS ini harus dibantu.
Menurutnya, selain petani, nelayan, tukang ojek dan lain-lain, para WTS ini juga masuk dalam kelompok rentan terdampak pandemi virus corona atau covid-19.
"Saya dan teman-teman sama sekali tidak melihat praktik negatif yang mereka lakukan. Namun, mereka ini manusia yang berhak mendapat perhatian dan kasih sayang. Kami tidak melihat siapa dia, karena kami hanya fokus melihat masalah kemanusiaan," jelas John.
Dengan wajah sumringah penuh senyum, sebanyak 21 wanita pekerja dunia malam, menerima bantuan 40 kilogram beras dan empat papan telur dari Relawan Komunitas Taman Daun.
"Semoga sedikit dari keikhlasan kami ini dapat mengurangi penderitaan yang sedang dihadapi," ungkap Wilda, yang juga anggota Relawan Komunitas Taman Daun.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.
Baca SelengkapnyaPadahal pasar pusat kota ini merupakan pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaSeorang pedagang kecil ngamuk saat dapat surat pajak dari pemerintah sementara dagangannya sepi.
Baca SelengkapnyaIa hendak menukar beberapa sendok dagangannya dengan sepiring nasi.
Baca SelengkapnyaWalaupun sepi pengunjung, para pedagang pasar memilih bertahan tetap berjualan
Baca SelengkapnyaKisah ibu pemulung dan lima anaknya ini viral. Mereka anya ingin makan ayam saat ditawari.
Baca SelengkapnyaHiruk pikuk Pasar Tanah Abang sebagai salah satu pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara ternyata menyimpan lorong gelap dengan puluhan kios yang tutup.
Baca Selengkapnya