Serangan gereja di Samarinda bukti kegagalan program deradikalisasi
Merdeka.com - Gereja Oikumene, Samarinda, Kalimantan Timur mendapat teror ledakam bom. Serangan ini dilakukan oleh seorang pria yang berprofesi sebagai penjual ikan bernama Johanda yang diketahui berasal dari Jawa Tengah.
Peneliti terorisme dari Universitas Indonesia (UI), Ridlwan Habib menilai serangan itu dipersiapkan secara cermat. "Targetnya sangat spesifik yaitu tempat ibadah (gereja), pelakunya orang yang lama tinggal di sekitar lokasi serangan," kata Ridlwan saat dihubungi merdeka.com, Minggu (13/11).
Menurut Ridlwan, insiden yang menyebabkkan jatuhnya korban anak-anak yang sedang bermain di pelataran gereja ini diduga didalangi oleh jaringan teroris. "Pelaku tidak sendirian, dia dibantu oleh jaringannya. Ini direncanakan dan sudah dipersiapkan," ungkapnya.
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
-
Bagaimana Kemendagri menangani radikalisme? Penanganan radikalisme dan terorisme harus melibatkan semua elemen dan unsur masyarakat seperti tokoh agama, tokoh adat, tokoh masyarakat, maupun organisasi kemasyarakatan lainnya,“ ujarnya.
-
Di mana perampokan terjadi? Toko jam mewah di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 Tangerang disatroni perampok pada Sabtu (8/6).
-
Siapa yang melakukan serangan? Pada Sabtu (19/10), wilayah Beit Lahiya yang terletak di utara Gaza menjadi sasaran serangan oleh Israel.
Pelaku yang juga merupakan residivis kasus bom buku tahun 2011 ini adalah salah satu anggota kelompok Pepi Fernando. Pepi sendiri sekarang masih di lapas Nusakambangan.
"Pepi berbaiat setia pada Amman Abdurahman, sekarang Amman adalah pimpinan utama kelompok ISIS yang ada di dalam Nusakambangan," kata Ridlwan.
Pelaku, menurutnya, pernah ditangkap polisi di Pare Pare Sulawesi karena membawa bendera ISIS. "Sangat disayangkan kewaspadaan aparat lengah, padahal seharusnya diawasi terus," kata Ridlwan.
Menurut alumni S2 Kajian Stratejik Intelijen UI itu, tindakan Johanda ini menambah panjang jumlah kegagalan deradikalisasi. " Tidak ada institusi yang secara spesifik ditugasi untuk memonitor pergerakan residivis setelah bebas," katanya.
Dia menilai program deradikalisasi oleh BNPT masih berupa seremonial. "Seminar dan ceramah saja tidak bisa mengubah hati dan pikiran residivis kembali ke jalan yang benar," kata Ridlwan.
Idealnya, ada pendampingan orang per orang bagi residivis teroris. Namun hal itu membutuhkan banyak biaya dan menyita energi. "Saya kira sudah saatnya diatur dengan tegas," sarannya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jamaah Islamiyah Umumkan Bubarkan Diri, Akan Patuh Pada NKRI
Baca SelengkapnyaKeberlanjutan pembinaan resmi dari Pemerintah inilah yang akan memperkuat komitmen mantan anggota JI.
Baca SelengkapnyaTukang Servis HP Ditangkap Densus 88 di Samarinda, Ternyata Bendahara Jemaah Islamiyah
Baca SelengkapnyaMunarman terbukti melanggar Pasal 13 huruf c Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2018 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
Baca SelengkapnyaKetiga terduga teroris ditangkap berinisial BI, ST dan SQ.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, ia memastikan hingga kini belum ada peningkatan eskalasi ancaman teroris di Indonesia.
Baca SelengkapnyaProses penyidikan masih terus dilakukan oleh Densus 88 Antiteror Polri.
Baca SelengkapnyaDensus 88 menangkap 10 terduga teroris di Solo Raya
Baca SelengkapnyaTim Densus 88 Polri sedang mengusut proses rekrutmen jaringan terorisme melalui media sosial.
Baca SelengkapnyaKepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKelompok Jemaah Islamiyah (JI) telah membubarkan diri. Apakah ini akhir dari kelompok teror tersebut atau hanya manuver untuk bergerak di bawah tanah?
Baca SelengkapnyaPenyidik telah berkoordinasi dengan Densus 88 Antiteror. Hasilnya, pelaku dipastikan bukan bagian dari jaringan terorisme.
Baca Selengkapnya