Seratusan siswa korban longsor di Desa Clapar akan ikuti UN
Merdeka.com - Jelang Ujian Nasional (UN) yang akan berlangsung 4 April 2016, sekitar 111 siswa yang berasal dari kawasan longsor di Desa Clapar Kecamatan Madukara Banjarnegara akan mengikuti ujian serentak tersebut. Untuk memudahkan siswa agar bisa bisa mengikuti ujian nasional, mereka memilih tinggal di dekat sekolah."Kami sudah melakukan komunikasi dengan sekolah yang siswanya berasal dari Desa Clapar. Dari komunikasi tersebut ada beberapa siswa yang memutuskan untuk kos sementara dekat sekolah dan ada juga yang tinggal di asrama sekolah serta rumah guru," jelas Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Banjarnegara, Nur Tamami, Sabtu (2/4).Dia merinci tercatat ada empat siswa yang bersekolah di SMA Negeri 1 Banjarnegara yang memilih untuk kos. Kemudian 28 siswa di SMK Panca Bakti Banjarnegara yang akan kos dan tinggal di rumah guru. Selain itu, ada juga 27 siswa yang bersekolah di SMA Muhammadiyah Banjarnegara, nantinya akan ditempatkan di asrama sekolah."Kemudian juga ada 6 siswa yang juga sekolah di SMK Cokroaminoto 1 Banjarnegara dan 23 siswa di SMK Cokroaminoto 2 Banjarnegara serta, tiga siswa SMA Sigaluh, satu siswa SMA Bawang dan lima siswa SMK Bawang yang kos," jelasnya.Meski begitu, ia mengemukakan dinas pendidikan tidak bisa menanggung pembiayaan tersebut karena tidak termasuk dalam anggaran. Menurutnya, kondisi seperti saat ini yang terjadi di Desa Clapar sangat berpengaruh kepada pelajar yang akan mengikuti Ujian Nasional."Kami tidak bisa menganggarkannya, karena ini di luar kuasa kami. Tetapi, kalau misal ada kebijakan dari masing-masing sekolah itu di luar kewenangan kami. Namun yang jelas, semua biaya yang dikeluarkan adalah dana pribadi siswa," jelasnya.Saat ini, akses menuju dan dari Desa Clapar ke arah Banjarnegara tertutup total. Dari pantauan di lapangan, untuk mencapai kota Banjarnegara dibutuhkan waktu tempuh yang agak lama jika harus memutar melalui Kecamatan Karangkobar.Sedangkan, jika menembus jalur alternatif menuju Madukara, dibutuhkan waktu 30 menit untuk berjalan kaki melewati perkebunan salak dan pohon pinus kawasan perhutani. Jalan yang harus dilalui cukup terjal dengan tanah basah. Jika dilewati setelah hujan, jalanan akan basah dan licin, serta berisiko memperlambat waktu tempuh.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perjalanan bertaruh nyawa itu terpaksa ditempuh para pelajar SD di dua desa karena akses menuju sekolah hanya melalui jembatan rusak tersebut.
Baca SelengkapnyaSiswa SD Negeri Bugel Kulon Progo harus rela mengungsi ke rumah warga karena sekolahnya terdampak pembangunan JJLS.
Baca SelengkapnyaAnak-anak terpaksa digendong warga agar sepatu dan baju mereka tidak basah saat melintasi sungai Regoyo.
Baca SelengkapnyaMenurut laporan media lokal, sedikitnya 17 siswa telah tewas dalam insiden tragis ini.
Baca SelengkapnyaAda 400 rumah terdampak kebakaran dan 1.109 warga terpaksa mengungsi di tenda pengungsian.
Baca SelengkapnyaTidak ada bangku membuat para siswa harus duduk di lantai dan menunduk saat menulis materi pelajaran.
Baca SelengkapnyaSetiap hari anak-anak di kampung ini harus bertaruh nyawa untuk menuju sekolah menggunakan rakit, lantaran tak ada akses jembatan.
Baca SelengkapnyaAsrama baru bagi siswa dan siswi pemulung sampah di TPST Bantar Gebang ini menggantikan bangunan lama yang terbuat dari bambu.
Baca SelengkapnyaSejumlah sekolah di Kabupaten Demak menerapkan pembelajaran secara daring atau online.
Baca SelengkapnyaGuru itu sedang mendampingi siswa-siswi yang akan mengikuti ujian berbasis komputer.
Baca SelengkapnyaTanah longsor menimpa Pesantren At-Taqwiim di Karangasem menyebabkan seorang santri meninggal dunia dan dua lainnya luka-luka.
Baca Selengkapnya