Sering salah mendarat, Serma Endang tak kapok terjun payung
Merdeka.com - Meski sering salah tempat atau target saat melakukan pendaratan terjun payung, Serma TNI AU Endang Trilibrata Elma Rahmawati tetap tidak kapok menekuni profesinya sebagai spesialis penerjun payung, di Akademi Angkatan Udara (AAU) di Kompleks Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta.
Berbagai lokasi salah mendarat sudah dia lalui. Mulai dari mendarat di persawahan, tersangkut di atas pohon, di laut, di kebun jagung, dan lainnya. Bahkan, dia pernah turun di pekarangan rumah orang saat terjun payung.
"Yang jelas pernah melakukan pendaratan di pohon, di laut, di kebun tebu, kebun jagung. Yang penting sudah ada prosedur apabila kita mendarat tidak semestinya. Saya bersyukur sampai saat ini masih diberi kesehatan dan keselamatan oleh Yang Maha Kuasa," kata Endang saat berbincang dengan merdeka.com di sela-sela acara peringatan Hari Kartini, di Mall Ciputra, Kawasan Simpang Lima, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (13/4).
-
Bagaimana Gunawan menghabiskan waktu bersama keluarga? Gunawan juga tidak menyia-nyiakan waktu satu bulan bersama keluarga ini.
-
Siapa yang berperan penting dalam keluarga? Dalam keluarga, peran ayah dan ibu sangat penting. Ayah biasanya menjadi tulang punggung keluarga dan bertanggung jawab atas menyediakan kebutuhan finansial, sementara ibu bertanggung jawab atas urusan rumah tangga dan juga perawatan anak-anak.
-
Siapa yang bisa membahagiakan keluarga? Bisa membuat keluarga bahagia adalah salah satu momen paling membahagiakan dalam hidup ini.
-
Kenapa Endang dan Sukartini mendukung karier Lesti? Dukungan yang diberikan oleh Endang Mulyana dan Sukartini dianggap sebagai salah satu faktor utama yang mendorong Lesti untuk menjadi salah satu penyanyi dangdut wanita terkemuka di Indonesia saat ini.
-
Siapa Anak TNI yang berprestasi? Prestasi membanggakan datang dari remaja bernama Shafira Az-Zahra Aurelia Putri Saputra.
-
Bagaimana Endang bekerja sebagai ART? Ketika bekerja sebagai ART, Endang Mulyana mengerjakan berbagai macam tugas. Ia berperan sebagai sopir sekaligus tukang kebun, memanfaatkan pengalaman yang dimilikinya dalam mengemudikan mobil dan bercocok tanam di desa asalnya.
Meski begitu, profesi penerjun payung jenis klasik jarang dan langka dilakoni oleh seorang perempuan ini tetap menjadi hobi Endang. Dia kerap mengikuti ajang terjun payung tingkat nasional maupun internasional selama berkarir di TNI AU.
"Terakhir saya bergabung dengan tim penerjun nasional kita. Itu merupakan pengalaman yang menggembirakan bagi saya yang diberi kesempatan ikuti CISM dari 24 negara di dunia. Bisa bertemu militer dunia. Jerman, Prancis, Amerika, US, Korea, China. Kebetulan untuk Indonesia tim kami dapat juara 1 junior. Termasuk saya yang menjadi anggota tim," ucap ibu dari Alyvia Shinta Rahma Rowinda itu.
Meski sempat berhenti melakukan aktivitas terjun payungnya selama tujuh tahun, tidak membuat perempuan kelahiran 17 Oktober 1979 ini menghentikan karirnya di TNI AU. Utamanya sebagai penerjun andalan dari barisan penerjun andalan khusus TNI AU, Korps Pasukan Khas.
"Memang kita sempat off selama tujuh tahun dan tetap berdinas di Akademi Angkatan Udara (AAU) di Staf Pekas/ Pemegang Kas Keuangan AAU. Setelah itu saya kembali melakukan aktivitas terjun payung lagi," lanjut istri dari Ipda Nachrowi bertugas di Polres Klaten, Jawa Tengah ini.
Bahkan, tidak sedikit pengalaman terjun payung dinikmatinya sejak 2001. Meski masih berusia tergolong muda, tapi Endang sudah mengantongi catatan 700 kali terjun payung jenis klasik.
Hanya saja, meski sudah ratusan kali terjun, Endang mengaku kadang masih merasa takut.
"Untuk awal-awal penerjunan, manusiawi takut itu wajar. Tapi saya malah lebih kuat ke naluri penasarannya. Sampai dengan sekarang masih ada sedikit ketakutan," tambah Endang.
Pertemuan Endang dengan lelaki menjadi suaminya kini juga tergolong kilat. Dia hanya sebulan mengenal Nachrowi saat bertugas di Kawasan Kaliurang, Yogyakarta. Mereka jatuh cinta pada pandangan pertama, dan tak lama kemudian Nachrowi melamarnya lantas mereka menikah.
"Kebetulan pas tugas di Kaliurang bertemu suami dan langsung dilamar. Cuma satu bulan langsung jadian. Mungkin itulah yang dinamakan jodoh," tandas Endang.
Endang juga bercerita seputar tugas diemban selama berdinas. Tugas paling berat dia lakoni saat mengikuti kejuaraan militer dunia di Solo.
"Yang akan datang, Insya Allah tahun ini di Korea. Gabungan tiga angkatan, dua orang dari TNI AU. Satu tim terdiri dari lima anggota tiga orang dari Kowad (Komando Wanita TNI AD)," imbuh Endang.
Pengalaman paling menyedihkan dan susah, kata Endang, saat dia salah lokasi penerjunan akibat cuaca buruk dan kecepatan angin tidak mendukung.
"Susah, di saat saya di terjun untuk demo tiba-tiba angin di atas melebihi limit. Itu bagaimana atasi itu. Kita harus punya pendaratan alternatif. Di manapun itu cari. Akhirnya sampai mendarat di halaman orang. Kecepatan angin di atas 30 knot normal, payung yang saya pakai klasik. Kotak. Maksimal kecepatan angin harus 15 knot. Parasut harusnya maju, mundur. Harusnya di Halim, di Cawang yang jaraknya kurang lebih 5 kilometer dari target pendaratan," kata Endang sambil tersenyum.
Bagi Endang, apapun yang dijalaninya ini merupakan hikmah dan bagian dari perjuangan seorang sosok pahlawan emansipasi wanita di Indonesia, RA Kartini.
"Yang jelas bangga untuk diri saya sendiri saat ini gender kita sama. Apa yang dilakukan pria bisa kita lakukan. RA Kartini adalah sosok sebagai pendobrak. Mungkin tanpa beliau, wanita Indonesia termasuk saya, tidak akan bisa seperti ini dan sejajarkan gender kita dengan kaum laki-laki. Beliau adalah pahlawan bagi Indonesia," tukas Endang.
Prinsip Endang selama menekuni profesinya sebagai penerjun yakni tetap mengutamakan prosedur penerjunan.
"Prosedur untuk saya terjun sendiri lagi untuk awal di link dengan jumping master. Jelas takut dan manusiawi. Kita mengingat prosedur emergency. Kemudian kedua yang paling penting adalah berdoa dan pasrah pada yang Maha Kuasa," ujar Endang.
Endang mengaku kesibukannya sebagai anggota Wanita Angkatan Udara (Wara) tidak lantas mengganggunya dalam mengurus keluarga. Yang terpenting, buat dia, adalah saling komunikasi dan kepercayaan selama membangun dan menjalani biduk rumah tangga bersama suami.
"Kebetulan suami dan anak sangat support kegiatan tugas saya. Tipsnya komunikasi yang lancar, lewat gadget dan BBM," tandas Endang.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ayah Lesti, Endang Mulyana kerap membagikan aktivitasnya saat berada di kampung halamannya, Cianjur.
Baca SelengkapnyaAyah dari Lesti Kejora, Endang Mulyana, kembali menjadi pusat perhatian. Tindak tanduknya di kampung halaman memicu kejutan dan kekaguman dari warga.
Baca SelengkapnyaHidup Bergelimang Harta, Ini Potret Ayah Lesti Kejora yang Tetap Rendah Hati Saat Pulang ke Kampung Halaman
Baca SelengkapnyaEndang terlihat tampil dengan pakaian kotor terkena lumpur saat berpose di atas mesin bajak sawah.
Baca SelengkapnyaSeperti biasanya, ayah Lesti Kejora yakni Endang Mulyana membagikan kegiatan sehari-hari yang seru.
Baca Selengkapnyaayah Lesti yakni Endang Mulyana justru memutuskan untuk tak ikut dengan sang buah hati menetap di Ibu Kota.
Baca SelengkapnyaAyah Lesti Kejora, Endang Mulyana memberanikan diri untuk memetik buah duku di kebun miliknya.
Baca SelengkapnyaHidup pas-pasan tak menghalangi seseorang untuk bermimpi menjadi orang sukses.
Baca SelengkapnyaMenjadi ayah dari penyanyi terkenal sekaliber Lesti Kejora, Endang Mulyana memilih hidup sederhana.
Baca SelengkapnyaAyah Lesti Kejora juga menawarkan kepada kerabat dan warga sekitar. Semua tidak perlu membayar sebab sudah ditraktir oleh Ayah Lesti Kejora.
Baca SelengkapnyaEndang Mulyana mengajak 'mantan pacar' alias sang istri, Sukartini makan kepiting di warung pinggir jalan.
Baca SelengkapnyaKehidupan orangtua Lesti tak berubah. Mereka tetap sederhana dan apa adanya.
Baca Selengkapnya