Setahun Pandemi, Curhatan Pasien 02 saat Hadapi Corona dan Stigma
Merdeka.com - Masih ingat dengan Sita Tyasutami, Maria Darmaningsih dan Ratri Anindyajati? Ya ketiganya adalah satu keluarga dalam kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Sita adalah pasien pertama, Maria kedua dan Ratri ketiga. Mereka adalah satu keluarga dan tinggal di Kota Depok. Kini mereka sudah mulai beraktivitas kembali setelah sembuh dari Covid-19.
Maria Darmaningsih, salah satu penyintas menceritakan dirinya masih mengingat bagaimana ketika dia dan dua anaknya mendapat berbagai pandangan miring karena menjadi orang pertama yang terpapar Covid-19. Namun Maria berusaha untuk kuat dan semangat sehat. Semangat itu pun membuahkan hasil.
"Dulu kan heboh banget, kita semua enggak mengerti itu apa, dan itu luar biasa hebohnya. Kami kan awalnya karena ngotot melapor, tapi saat melapor semuanya masih bingung menghadapi. Kami sebagai pasien tidak diberi tahu atau apa, tiba-tiba ada pengumuman. Itu kan bikin heboh seluruh Indonesia, dong, tentunya," kata Maria, Selasa (2/3).
-
Dimana keluarga ini tinggal? Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya. Jalan berliku harus dilalui untuk sampai di rumah Kasimin. Perjalanan kemudian harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tebing.
-
Siapa saja yang dekat? Salah satunya adalah Safeea Ahmad, yang merupakan satu-satunya adik perempuan. Safeea juga dekat dengan kakak-kakaknya, termasuk El Rumi.
-
Siapa yang dirawat di rumah sakit? Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, saat ini dirawat di rumah sakit akibat infeksi pernapasan.
-
Apa yang dimaksud dengan keluarga di Sumut? Keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari kepala keluarga dan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
-
Siapa yang sakit? Ibunda Nia Ramadhani, Chanty Mercia kini tengah terbaring di rumah sakit.
-
Siapa saja anggota keluarga Anjasmara dan Dian Nitami? Kebahagiaan pernikahan Anjasmara dan Dian Nitami makin lengkap dengan kehadiran dua buah hati, Sasi Kirana Zahrani Asmara dan Arka Setya Andipa Asmara.
Ketika dia dinyatakan positif Covid-19 saat itu sangat berpengaruh pada lingkungan tempat tinggal. Saat itu seluruh tetangga dalam satu kompleks semua diminta kembali pulang dari segala aktivitas mereka.
"Yang kerja dan sekolah dengan saya disuruh pulang dan enggak boleh kerja atau sekolah lagi. Pengaruhnya terhadap yang satu kompleks itu luar biasa stigmanya," kenangnya.
Kini setahun Covid-19 berlalu di Indonesia. Tak ada yang menyangka bahwa pandemi ini berlangsung lama di Tanah Air. "Saya ingat banget, waktu itu bulan Mei, saya dapat WhatsApp bahwa ada perkiraan Agustus 2020 kemungkinan baru ditemukan. Aku bilang, masak sih sampai Agustus? Tahu-tahu, Agustus lewat begitu saja. September juga kok terus aja. Enggak terbayang aku bahwa akan begini lama, sungguh. Ya, luar biasa juga, sih," tukasnya.
Dirinya menceritakan saat itu stigma yang diterimanya sangat luar biasa. Padahal menurut dia penyintas seharusnya dibantu. "Saya masih baca di koran bahwa sekarang yang sakit (Covid-19) masih suka diam-diam karena banyak yang tidak membantu. Itu menyedihkan buat saya, karena seharusnya orang sudah belajar, bahwa kita tuh bisa menangani dengan bersama-sama, kalau bisa saling bantu," katanya.
Maria mengaku prihatin karena rasa kemanusiaan bisa hilang karena Covid ini. Dia berharap kondisi ini seharusnya rasa kemanusiaan semakin tinggi. "Saya tidak bisa mengerti bahwa kemanusiaan kita malah hilang dengan Covid-19. Harusnya kan malah semakin tinggi tingkat kemanusiaannya. Saya pikir, apa ini pendidikan kita yang kurang atau apa? Belum lagi yang di-bully," paparnya.
Ditegaskan dia bahwa tidak ada satu orang pun yang menghendaki terpapar penyakit ini. Ketika ada yang terpapar maka seharusnya diberikan semangat agar kembali sembuh. Dengan sepenuh hati, Maria berpesan pada masyarakat untuk tidak melakukan stigma pada penyintas, apalagi sampai melakukan perundungan.
"Memang apa sih yang bikin kita sakit? Memang kita yang minta? Saya enggak paham. Orang-orang yang sakit dan sampai tidak mau bilang ke tetangga karena nanti distigma, tidak dibantu, yang begitu-begitu nggak masuk di hati saya. Saya nggak ngerti sampai sekarang," ucapnya.
Yang dilakukan Maria saat ini hanya akan fokus pada keluarganya saja. Sekali lagi dia berpesan agar jangan melakukan perundungan pada penyintas. "Kadang aku pikir, aku konsentrasi saja dengan kehidupanku dan keluarga. Masih banyak kok yang sayang. Kalau enggak begitu, bisa gila, kalau ngikutin bully-bully-an," tutupnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaSejumlah pasien demam berdarah dengue sampai saat ini masih menjalani rawat inap.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaAda 10 ambulans berjalan beriringan. Rombongan keluar dari exit Tol Sawangan, Depok.
Baca SelengkapnyaTerdapat tiga kasus cacar monyet di DKI Jakarta, kasus pertama ditemukan Agustus 2022 lalu.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:
Baca SelengkapnyaSaat ini tercatat ada 300 warga yang terpapar covid dari sebelumnya 100 kasus.
Baca SelengkapnyaKetiga anak Aria Bima berparas cantik dan berpendidikan mentereng. Ini sosoknya.
Baca Selengkapnya