Setelah gelap puluhan tahun, listrik hadir di Desa Guaeria
Merdeka.com - Hidup puluhan tahun tanpa listrik membuat desa Guaeria menjadi tertinggal ketimbang desa-desa lainnya. Tak hanya listrik, di Guaeria pun sulit untuk mendapatkan air bersih untuk konsumsi. Untuk mendapatkan air bersih, warga desa Guaeria harus membeli air ke pulau terdekat yakni Jailolo. Jarak 12 km itu pun hanya bisa ditempuh menggunakan Gete Gete. Sebuah kapal penumpang dengan daya tampung 10 orang. Atau menggunakan kapal nelayan pencari ikan.
Tak kurang Rp 20 juta setiap bulannya harus dibayar warga Guaeria untuk mendapatkan air bersih. Sejumlah uang itu akan dibagi rata dengan jumlah KK yang ada. Meski begitu warga tak pernah mengeluh dengan jumlah iuran tiap bulannya.
Melihat kondisi demikian, Bupati Halmahera Barat, Danny Missy memutuskan untuk mengaliri listrik di Guaeria. Hanya saja bukan menggunakan jaringan PLN. Melainkan memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber utama penghasil listrik. Bekerja sama dengan perusahaan asal Malaysia PT Clou dan USP Int Indonesia, Danny Missy ingin menjadikan Guaeria menjadi desa wisata di Halbar yang memanfaatkan energi terbarukan untuk listrik.
-
Bagaimana program Listrik Desa mencapai daerah terpencil? Program ini mendesak dilakukan karena pasokan listrik di Indonesia belum merata. Per September 2016, Indonesia baru punya pembangkit listrik dengan total daya 4.133 MW. Sementara 12.317 MW masuk masa konstruksi, dan 8.641 MW dalam penyelesaian kontrak.
-
Mengapa program Listrik Desa diluncurkan? Keinginan itu dimulai dari Bantul pada Mei 2015, Pemerintah mencanangkan program pembangkit listrik 35.000 MW melengkapi 7.000 MW yang sudah dibuat pemerintah sebelumnya.
-
Kapan program Listrik Desa dimulai? Kebahagiaan yang dirasakan Mama Lodia ini mulai hadir di pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejak pertama kali menjabat.
-
Apa saja manfaat program Listrik Desa? 'Masak masakan tidak pakai kayu lagi, tinggal colok saja,' ujar Mama Lodia. 'Anak-anak juga gampang belajar karena tidak tidur lagi jadi belajarnya bagus.'
-
Kenapa Pertamina memilih Kalijaran sebagai desa energi berdikari? 'Dari keterbatasan lahan irigasi tadah hujan dan sistem pertanian yang masih konvensional. Padahal Kalijaran memiliki potensi yang sangat baik, maka kami hadir menjadi bagian dari kemandirian ekonomi masyarakat melalui program TJSL Kilang Cilacap,' jelasnya.
-
Bagaimana Ganjar menyelesaikan masalah air dan listrik di desa itu? Ganjar mengaku akan segera mencari solusi atas persoalan air tersebut bekerja sama dengan camat setempat. Ia meminta camat untuk mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan agar bisa mengalirkan air bersih ke permukiman warga.
Danny menuturkan, agar bisa PLN mengaliri listrik ke Guaeria diperlukan akses jalan darat untuk menghubungkan listrik pusat ke daerah. Sementara satu-satunya akses jalan ke Guaeria hanya perairan (laut). Melihat potensi energi matahari yang sangat panas membuatnya memutuskan untuk mengalirkan listrik yang bersumber dari energi terbarukan. Apalagi selain perikanan dan pertanian, Guaeria sangat berpotensi untuk dijadikan ikon sebagai desa wisata di Halbar.
"Penduduk Desa Guaeria ini unik karena semua anak keturunan yang ada di sana berasal dari suku papua 100 persen," ujar Danny kepada merdeka.com di Jailolo, Halbar, Maluku Utara, akhir Desember lalu.
Keindahan alam desa Guaeria menjadi alasan lain dibuatkan ikon baru Halmahera Barat yakni letter sign 'Welcome To Halbar'. Pemilihan tempat dibuatnya letter sign itu juga sebagai ucapan selamat datang bagi para pendatang yang hendak bertandang ke Jailolo, ibukota Halbar. Nantinya, bukit desa Guaeria akan disulap menjadi desa wisata. Di puncak bukit desa Guaeria akan dibuat beberapa rumah adat honai-honai. Yakni rumah adat suku papua. Rumah-rumah itu akan dijadikan tempat singgah bagi wisatawan setelah menempuh perjalanan menuju ikon kebanggaan warga Halmahera Barat.
Selain rumah adat honai-honai, di atas bukit itu juga akan dibuat rumah percontohan yang dilengkapi berbaqgai alat-alat elektronik. Rumah-rumah percontohan itu nantinya akan difasilitasi berbagai alat perlengkapan rumah tangga. Mulai dari AC, kulkas, dispenser, magic com dan yang lainnya. Di rumah percontohan ini warga boleh menggunakannya dengan cuma-cuma. Sebab ini merupakan fasilitas yang diberikan Pemda dan perusahaan kepada warga desa Guaeria.
Danny menambahkan, desa Guaeria diharapkan menjadi tempat wisata yang alami. Dia tak akan membuka akses jalan darat. Semua yang datang ke desa Guaeria hanya bisa melewati jalur laut. Tujuannya untuk meningkatkan penghasilan para pemilik kapal penumpang.
Bila proyek desa mandiri energi ini berhasil, desa Guaeria bukan hanya menjadi destinasi wisata di Halbar. Melainkan juga menjadi desa percontohan mandiri energi. Sebab, di Halmahera Barat, Guaeria bukan satu-satunya desa yang belum teraliri listrik. Masih ada 19 desa bernasib sama. Gelap dan mengandalkan mesin diesel untuk menerangi desa.
"Desa ini (Guaeria) akan menjadi contoh bukan hanya di Halbar tetapi juga di Maluku Utara dan Indonesia sebagai desa mandiri yang menggunakan tenaga surya sebagai sumber listrik," papar Danny.
Desa Guaeria di Halmahera Barat ©2018 Merdeka.com/AnisyahWakil CEO PT USP Int Indonesia Michael Villareal menjelaskan, sulitnya akses listrik dari PLN menjadi penyebab utamanya Desa Guaeria tertinggal. Para nelayan dari Guaeria harus langsung menjual hasil tangkapannya ke pasar lantaran tak memiliki tempat pendingin kulkas untuk mengumpulkan ikan hasil tangkapan. Sementara ongkos untuk menjual ikan ke pulau terdekat mencapai Rp 500.000 untuk bensin. Sehingga tak jarang, nelayan hanya membawa pulang uang ke rumah sekitar Rp 300.000 setiap harinya.
Lain cerita bila warga Guaeria memiliki kulkas untuk mengawetakan ikan hasil tangkapan. Sehingga hasil pendapatan meningkat dengan pengeluaran yang sama. Hal inilah yang membuat perusahaanya tertarik untuk bekerjasama dengan Pemda Halmahera Barat untuk membangun listrik tenaga surya (PLTS).
"Kami ingin membuat paradigma baru. Kami ingin membangun PLTS sendiri untuk desa Guaeria agar mereka bisa menjadi daerah yang mandiri," kata Michael kepada merdeka.com.
Tak sekedar membangun PLTS, perusahannya juga akan mengajarkan warga desa Guaeria untuk memanfaatkan listrik untuk menambah penghasilan. Michael mengklaim perusahaan mampu menyelesaikan masalah warga Guaeria tentang listrik. Apalagi setelah berhasil membangun PLTS ada sejumlah program kerja lainnya yang bertujuan untuk menyejahterakan warga desa Guaeria.
"Kita ingin berbisnis fokus pada suistainable dan mengajarkan masyarakat membangun daerah dengan hal yang bisa dinikmati seumur hidup. Ini sesuatu yang sangat dibutuhkan, sebab listrik menjadi penghambat utama masalah di Halbar," tuturnya.
Hanya saja, untuk pembangunan PLTS membutuhkan dana yang tidak sedikit. Namun perusahannya telah bekerja sama dengan bank Maluku Utara untuk memberikan pinjaman modal pembangunan PLTS. Sehingga, warga desa Guaeria tinggal membayar cicilan lewat bank Maluku Utara.
Pembayaran cicilan pun disesuaikan dengan beberapa paket yang ditawarkan. Misalnya paket A, dengan mencicil Rp 20 juta selama 5 tahun ke Bank Maluku Utara, warga bisa menikmati AC, Kulkas, dispenser, dan setrika. Lalu ada paket B dengan mencicil Rp 15 juta dalam 5 tahun warga bisa menimmati fasilitas kipas angin, kulkas, magic com, dispenser dan setrika baju.
Program PLTS yang digarapnya sejalan dengan visi Bupati Danny, 'Terang siang, terang malam tanpa polusi'. Sebagai destinasi wisata, Danny ingin Desa Guaeria menjadi desa wisata yang paling unik. Sebuah desa di Halbar dengan penduduk bersuku papua, memiliki pemandangan alam yang asri dan menjadi desa mandiri yang memanfaatkan panas matahari sebagai sumber listrik.
Sementara itu, Director Marketing Asia PT Clou, James Hok memastikan proyek pembangunan PLTS akan selesai bulan Mei. Sehingga mulai pertengahan tahun 2018, warga Guaeria sudah bisa menikmati listrik dan panas matahari. Dia optimis pengerjaannya selesai tepat waktu dan ramah lingkungan. "Target kita bulan Mei listriknya sudah bisa dinikmati oleh warga," ucapnya.
Rencana pembangunan PLTS ini mendapatkan antusias warga desa Guaeria. Meski puluhan tahun hidup tanpa listrik, namun kabar pembangunan PLTS menjadi angin segar bagi warga. Menikmati hiburan dari televisi dan merasakan sejuknya AC di rumah laiknya sebuah mimpi yang akan menjadi kenyataan. Mereka mengaku siap membayar uang cicilan ke bank demi mendapatkan aliran listrik.
"Berapa pun cicilannya, kalau sudah ditentukan, torang (saya) pasti sisihkan untuk membayar itu," ungkap Grace warga desa Guaeria.
Grace berharap dengan adanya listrik dari PLTS kehidupan warga desa Guaeria bisa lebih baik. Apalagi desanya akan dijadikan destinasi wisata. Bila listrik sudah masuk, akan ada peluang baru untuk menghasilkan uang selain dari hasil pertanian dan perikanan. (mdk/ang)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kampung ini dulunya sangat susah dijangkau padahal punya pemandangan eksotis yang menyihir mata.
Baca SelengkapnyaProgram pemerataan listrik jadi salah satu agenda mendesak yang dilakukan di era pemerintahan Jokowi.
Baca SelengkapnyaBerada di ujung Tasikmalaya, daerah tersebut nampak dikelilingi hutan belantara.
Baca SelengkapnyaBahkan, listrik yang dikelola oleh Bumdes setempat adalah energi terbarukan yang ramah lingkungan.
Baca SelengkapnyaSejak 47 tahun yang lalu, warga setempat hanya menggunakan penerangan yang terbatas.
Baca SelengkapnyaBanyak penduduk kampung ini yang lebih memilih bersekolah ke daerah lain.
Baca Selengkapnya"Yang belum teraliri itu terutama karena berada jauh dari kawasan, terutama pemukiman baru," kata Rudy
Baca SelengkapnyaUlubelu terus berkembang menjadi 'Negeri Tiga Energi'.
Baca SelengkapnyaUntuk saat ini turbin tidak bisa beroperasi karena terkendala kemarau
Baca SelengkapnyaSelama ini, pengembangan PLTS di Desa Nanggulan dilakukan menggunakan dana desa.
Baca SelengkapnyaSelain rutenya sulit dilalui, warga di kampung ujung ini hanya bisa memakai satu lampu untuk satu rumah.
Baca SelengkapnyaAda banyak hal menarik yang bisa dijumpai di Desa Muara Enggelam, mulai dari gerbang raksasa warna-warni, pembangkit listrik tenaga surya sampai sawah terapung
Baca Selengkapnya