Setengah Hati Pembunuh Bayaran Amatiran Kopda Muslimin
Merdeka.com - 'Saya tidak tega, soalnya kenal dengan ibu.'
Rasa itu terlintas di kepala Sugiono alias Babi. Pria berusia 34 tahun itu adalah eksekutor penembakan istri prajurit TNI.
Sugiono dapat 'order' dari Muslimin, prajurit TNI berpangkat Kopda. Ia disuruh menembak Rina Wulandari yang tak lain adalah istri si Kopda.
-
Bagaimana TNI selundupkan senjata? Menyelundupkan senjata ke Aljazair yang tengah berkonflik menjadi misi pertama dua kapal selam tersebut.
-
Siapa yang mengacungkan senjata api? Menurut dia kondisi seketika mencekam, karena dua dari gerombolan itu mengacungkan senjata api.
-
Senjata apa yang digunakan pelaku? Terkait dengan senjata api yang dibawa pengemudi mobil tersebut, Kompol Margono mengatakan bahwa senjata yang digunakan pelaku diduga hanya senjata mainan.
-
Siapa yang melatih pemuda Indonesia dalam artileri? Belanda melatih beberapa pemuda Indonesia guna mengoperasikan artileri.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
Daya upaya Kopda Muslimin menghabisi Rina rupanya sudah terjadi sebanyak 3 kali. Namun, malaikat maut masih enggan menjemputnya.
Upaya terakhir ialah menembak mati. Bukan di kaki tidak di perut, melainkan langsung di kepala Rina.
"Saya tidak tega tembak kepala, soalnya kenal dengan ibu itu. Terpaksa saya tembak bagian perutnya," kata Sugiono saat dihadirkan mensinkronkan keterangan di Polrestabes Semarang, Rabu (27/7).
Pun ia diperintahkan jangan sampai melukai anak dari Kopda Muslimin-Rina Wulandari.
Sugiono berdalih tidak memiliki keahlian menggunakan senjata api. Alhasil, ia belajar secara otodidak oleh Dwi Sulistiono, rekannya yang juga penjual senpi untuk eksekusi.
"Saya belum pernah sama sekali menembak. Tidak bisa menembak yang punya senpi ngajarin pas ketemu," katanya.
Gagal saat Eksekusi
Saat hari eksekusi, Sugiono menguntit Rina saat keluar rumah.
Ketika itu, ia turut dipandu Kopda Musliminlewat ponsel.
Saat penembakan pertama mengetahui tidak mengenai kepala diminta putar balik di simpang depan gang rumah korban.
"Bang Muslimin marah-marah kami diminta putar balik. Posisi bang Muslimin ketika nelpon posisinya saya kurang tahu dimana," ujarnya.
Sementara pelaku lain Agus alias Gondrong (43) mengaku pada sebelum kejadian penembakan itu belum direncanakan.
Ia hanya tahu pada saat hari itu untuk mengambil uang muka atau upah dari Kopda Muslimin, namun mendadak ada perintah untuk eksekusi langsung.
"Saya tahunya berangkat mau ambil uang muka dekat masjid gede. Tapi kok rencana berubah dapat perintah hai itu langsung eksekusi langsung perintah bang Mus. Saya kira uang muka sudah dikasihkan, ternyata belum," ujarnya.
Saat itu eksekutornya belum ditentukan, namun karena yang bawa tas berisi senjata api (pistol) Sugiono, akhirnya dia yang lakukan eksekusi.
"Babi akhirnya yang eksekusi pas bawa tas isinya pistol. Kalau saya mau menerima tawaran itu tapi untuk membunuh saya tidak berani. Saya masih punya pikiran hati nurani, karena anak-anak masih kecil," jelasnya.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua petani asal Banyuwangi berbisnis senjata api ilegal. Begini nasibnya sekarang.
Baca SelengkapnyaKorban ternyata bernama I Komang Agus Asmara (25).
Baca SelengkapnyaHengki membantah soal kabar Iptu Muhamad Yudi Kanit Reskrim Polsek Bekasi Utara yang disebut jadi penyuplai senjata ke DE.
Baca SelengkapnyaPelaku menggunakan pisau untuk menusuk korban di sekitar kepala.
Baca SelengkapnyaPolda Metro Jaya membongkar sindikat penjualan senjata api ilegal hasil kerja sama dengan TNI Angkatan Darat.
Baca SelengkapnyaSyarif masih ditempatkan bertugas seperti biasa di Polresta Cirebon Kabupaten.
Baca SelengkapnyaDirkrimum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi memberi klarifikasi terkait penangkapan tiga polisi.
Baca SelengkapnyaDua pelaku Bripda IMS dan Bripka IG telah ditangkap dan ditetapkan tersangka terkait kasus tersebut.
Baca SelengkapnyaDua pelaku merencanakan pembunuhan korban karena jengkel dengan sikapnya yang tidak mau ikut aturan tahanan senior.
Baca SelengkapnyaDalam melancarkan aksinya, Serda Adan dibantu seorang warga sipil bernama Muhammad Alvin.
Baca Selengkapnya