Siasat Nelayan Saat Tak Bisa Melaut Karena Gelombang Tinggi Tapi Dapur Harus Ngebul
Merdeka.com - Di deretan perahu jukung yang terpakir rapi di tepi pantai, seorang nelayan bernama Suhaidi sedang bekerja merenovasi Moa. Moa adalah perahu kesayangan yang sehari-hari menemaninya melaut.
"Saya beli perahu ini Rp 30 juta, hasil ngumpulin duit dan juga ngutang, nyicil tiap hari tapi sudah lunas," ucapnya, Sabtu (29/12).
Suhaidi, salah satu dari ratusan nelayan di Pantai Kelan, Kecamatan Kuta, Badung, Bali. Ia menjadi nelayan sudah sejak tahun 1992, dan saat ini dirinya sudah tidak melaut sejak satu bulan yang lalu karena gelombang tinggi dan angin sangat kencang.
-
Di mana nelayan Kebumen tenggelam? Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang. Sedangkan Parwono berhasil diselamatkan oleh nelayan lain yang berada di sekitar lokasi kejadian.
-
Kapan nelayan Kebumen tenggelam? Musibah yang dialami Sodiran terjadi pada Senin (10/7) sekitar pukul 06.30 WIB.
-
Kapan nelayan Pantura mulai terdampak? Pada tahun 1743 Masehi, daerah pesisir pantai utara Jawa yang sebelumnya masuk wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam mulai dikuasai VOC.
-
Kenapa nelayan Kebumen tenggelam? Saat itu korban bersama rekannya, Parwono (42), hendak berangkat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasir menuju ke tengah laut menggunakan “perahu katir“ untuk menangkap ikan. Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
-
Apa yang membuat nelayan Kebumen tenggelam? Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
-
Di mana nelayan di Kutai Timur mendapatkan bantuan? Melalui Bidang Pelaporan dan Usaha Perikanan Dinas Perikanan, Kutai Timur memberikan sejumlah bantuan mesin ketinting Kelompok nelayan Teluk Dalam 2, Desa Martadinata, Kecamatan Teluk Pandan, Kutim.
"Saya sudah sebulan tidak melaut. Sekarang sudah musim angin barat. Ketimbang nganggur iya saya ngecet sambil merenovasi perahu saya," imbunya pria asal Bayuwangi, Jawa Timur ini.
Menurut Suhadi, kalau sudah musim angin barat seperti ini tidak ada yang berani melaut karena risikonya bisa tenggelam karena terkena gelombang.
"Kalau keadaan seperti ini, rata-rata kawan-kawan bekerja serabutan, ada yang jadi buruh proyek dan ada yang kerja lainnya. Kalau saya, masih ngangur dulu, tapi kalau angin agak redah iya saya berani melaut. Kadang dalam seminggu bisa dua kali saya melaut,tapi iya agak was-was juga," ujarnya.
Suhaidi juga bercerita, selama sebulan tidak melaut tentunya tidak ada pengasilan yang masuk. Dalam sehari jika melaut Suhaidi bisa minimal bisa mendapatkan Rp 300 ribu atau lebih.
"Iya kalau tidak melaut, ngandalin tabungan saja. Buat makan anak dan istri," ujar pri tiga anak ini.
Suhaidi juga bertutur, sebagai nelayan nelayan menghadapi angin barat sudah hal biasa. Maka itu, mereka mengakali dengan menabung lebih dulu karena yakin sulit untuk melaut.
"Dalam kehidupan nelayan hal ini sudah biasa. Istri saya juga mengerti kalau tidak ada pemasukan. Iya kalau nggak ada uang, iya pinjam sana-sini," ujarnya sambil tersenyum.
hal senada juga disampaikan Samsudin (58) yang juga nelayan. Dirinya mengaku sudah satu bulan tidak melaut karena gelombang di tengah laut bisa mencapai 3 meter.
"Kalau saya tidak melaut, ikut teman kerja jadi teknisi perbaikan AC. Iya ada pemasukan buat makan sama anak-istri," ujarnya.
"Kalau istri nggak akan marah, karena sudah hafal dan paham kalau tidak bisa melaut. Kalau istri marah-marah karena nggak ada pemasukan, iya cari lagi istri," ujarnya tertawa bercanda.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Potret kehidupan nelayan di tengah laut saat mencari ikan. Terombang-ambing saat hujan badai.
Baca SelengkapnyaPara nelayan terpaksa tidak melaut saat ombak besar karena sangat membahayakan keselamatan.
Baca SelengkapnyaSujadi mengakui sementara ini belum bisa memenuhi permintaan pasar karena saking banyaknya permintaan itu.
Baca SelengkapnyaCuaca buruk menyebabkan gelombang tinggi di perairan Tasikmalaya, Satpolairud minta nelayan tak melaut dulu.
Baca SelengkapnyaSeorang nelayan Kebumen tenggelam karena diterjang gelombang tinggi saat melaut.
Baca SelengkapnyaRibuan nelayan tradisional di Lebak Banten tak bisa cari nafkah akibat cuaca buruk. Begini kondisi mereka.
Baca SelengkapnyaNelayan ini tetap tenang mengemudikan perahunya saat cuaca buruk di tengah laut.
Baca SelengkapnyaSudah tiga bulan puluhah desa di Ngawi dilanda kekeringan, warga harus berjalan jauh demi mendapatkan air untuk mencuci dan mandi.
Baca SelengkapnyaKapal nelayan pencari teripang asal Sulawesi Tenggara, terombang-ambing dua hari akibat patah kemudi di dekat perbatasan Indonesia-Australia.
Baca SelengkapnyaPantai Teluk, Pandeglang, Banten, disebut-sebut sebagai salah satu pantai paling kotor di Indonesia.
Baca SelengkapnyaSudah tiga bulan, ratusan warga Desa Sukagalih, Jonggol, Bogor terpaksa memenuhi kebutuhan air dengan mengandalkan aliran Sungai Cihoe.
Baca SelengkapnyaKasat Polairud AKP Anang Sonjaya menjelaskan bahwa nelayan asal Indramayu yang dievakuasi oleh pihaknya bernama Carwidi (24).
Baca Selengkapnya