Siliwangi: Jalan maut, neraka kematian serdadu musuh di Jawa Barat
Merdeka.com - 21 Juli 1948, suara tembakan dan ledakan membungkam kesunyian pagi. Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya, mulai dari kendaraan lapis baja, tank serta pesawat tempur untuk menggempur posisi Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Jawa Barat, Jawa Timur dan sebagian Sumatera.
Pagi itu, Belanda memulai agresi militer pertama, dengan sandi Operatie Product. Demi menguasai kembali perkebunan dan pusat perekonomian Indonesia, secara sepihak membatalkan perjanjian Linggarjati.
Ketimpangan kekuatan membuat Divisi Siliwangi dengan mudah dipukul mundur. Guna menghindari banyak korban, para pejuang memilih mundur ke dalam hutan. Belanda menugaskan Divisi C '7 December' untuk menghabisi sisa kekuatan Divisi Siliwangi.
-
Apa yang dilakukan TNI? Peristiwa penyiksaan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI terhadap seorang warga Papua diduga merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial.
-
Kenapa warga mengeroyok anggota TNI? Saat itu, warga yang sedang menikmati hiburan khas tersebut tiba-tiba ricuh dan membuat kondisi menjadi tidak kondusif.
-
Bagaimana TNI selundupkan senjata? Menyelundupkan senjata ke Aljazair yang tengah berkonflik menjadi misi pertama dua kapal selam tersebut.
-
Siapa yang diincar TNI? Satu sosok yang diincar para prajurit TNI itu adalah Kapolres Tuban, AKBP Suryono.
-
Apa tujuan serangan? Setelah pelaku kejahatan mengubah ID Apple dan kata sandi Anda, mereka dapat mengunci Anda dari iPhone, membuka aplikasi perbankan dan keuangan, mengubah kata sandi, dan menguras aset Anda dalam sekejap mata.
-
Siapa yang menerobos iring-iringan TNI? Tampak emak-emak ini menerobos iring-ringan TNI yang hendak mengantar Kapolda Aceh Irjen Ahmad Haydar yang akan purna tugas dari Makodam ke Mapolda Aceh.
Kekalahan di awal pertempuran, ternyata tak membuat mental para pejuang jatuh. Dengan cepat, Panglima Divisi Siliwangi Abdul Haris Nasution menyusun strategi baru, yakni membentuk kantong perlawanan atau dikenal wehrkreise, dan memulai perang gerilya dengan taktik hit and run.
Terbukti, dalam waktu singkat, taktik ini membuat Belanda kalang kabut. Divisi Siliwangi, dengan semangat juang yang masih tinggi, membuatnya menjelma bagi malaikat maut. Incarannya, konvoi logistik yang melalui jalan-jalan di sepanjang Jawa Barat.
Dalam waktu singkat, konvoi yang melalui jalur Kuningan-Ciamis, Garut-Tasikmalaya, Sumedang-Tanjungsari berubah menjadi medan pertempuran baru. Gara-gara serangan Siliwangi yang tak kenal waktu, jalur tersebut sampai disebut sebagai de dodenweg, atau 'jalan maut'.
"Berkali-kali korban Belanda dinyatakan 'Gugur di Tasikmalaya, Singaparna, atau Mangunreja'. Kalau dilakukan gerakan pembersihan yang besar didukung oleh tembakan artileri, bantuan udara, lawan yang terdiri dari pasukan-pasukan TNI, Hizbullah, Tentara Pelajar dan lain-lain mengundurkan diri ke daerah yang sulit, kita hanya menemukan kelelahan," tulis Pierre Heyboer dalam tulisannya berjudul 'De Politionele Acties yang diterbitkan tahun 1979.
Belanda rupanya tak menyadari, para pejuang yang mengadang mereka masih berusia muda. Mereka adalah Batalyon 33/Resimen Pelopor, beranggotakan mahasiswa dan pelajar, berdiri di Bandung tahun 1945.
Batalyon ini dipimpin mahasiswa 'Kogyo Dai Gakku' (sekarang ITB), Kapten SL Tobing. Aksi pengadangan membuatnya diperhitungkan Belanda. TNI tak bergerak sendiri, mereka dibantu rakyat.
Ketangguhan Divisi Siliwangi diakui komandan tempur Belanda, Letnan Kolonel Flink. Baginya, Divisi Siliwangi bukan pasukan sembarangan.
"Kita tidak hanya menghadapi penyergapan-penyergapan, penembakan-penembakan dan perusakan-perusakan secara insidentil, tetapi menghadapi tindakan-tindakan terpimpin dari gerombolan-gerombolan bersenjata yang terpimpin dengan baik, dan juga dari TNI," tulis Flink tulisannya berjudul 'De guerilla oorlog, in heuvel ini West-Java'.
Pengadangan yang digelar Siliwangi, Divisi C '7 December' yang dipimpinnya menjadi tak bertaji. Upaya meminimalisir serangan malah berujung pada kegagalan, akibatnya banyak korban jatuh dari pihak Belanda. Hasilnya, Belanda tak hanya kalah secara jasmaniah maupun rohaniah, moril pasukan Belanda jatuh belum lagi kerugian materil lainnya.
Bukan hanya Batalyon 33/Resimen Pelopor yang membukukan keberhasilan perang gerilya. Sejumlah satuan TNI lainya di seluruh Jawa Barat juga menumbuhkan ketakutan serupa bagi Belanda. Taktik terus diubah, jika mulanya serangan dilakukan dari selatan jalan, keesokannya akan dipindah ke utara, dan berubah kembali setiap kali serangan dilakukan.
Sayangnya, teror yang dibuat Divisi Siliwangi tak berlangsung lama. Panglima Besar Jenderal Soedirman, atas nama pemerintah RI mmerintahkan mereka untuk menghentikan permusuhan. Keputusan itu diambil setelah Indonesia terpaksa menandatangani perjanjian di atas kapal perang AS, USS Renville.
Alhasil, seluruh pasukan diperintahkan 'hijrah' ke Jawa Tengah dan Yogyakarta, serta menyerahkan tanah kelahirannya kepada Belanda.
Pertempuran yang ditorehkan Siliwangi membuat Soedirman kagum. Kelak, taktik serupa akan dipakai kembali oleh seluruh pasukan TNI ketika Agresi Militer Belanda Kedua kembali menyerang.
(mdk/ian)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perjalanan ini dipenuhi pertumpahan darah dan tangisan air mata.
Baca Selengkapnya74 tahun berlalu, ini kisah Peristiwa Situjuah yang renggut banyak pejuang Pemerintah Darurat RI.
Baca SelengkapnyaTercatat dalam peristiwa itu, sebanyak kurang lebih 65 orang terbunuh.
Baca SelengkapnyaPara jawara berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten.
Baca SelengkapnyaPertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Baca SelengkapnyaStrategi ini pada akhirnya menjadi senjata makan tuan bagi pejuang revolusi
Baca SelengkapnyaMeski begitu, ia memastikan hingga kini belum ada peningkatan eskalasi ancaman teroris di Indonesia.
Baca SelengkapnyaRevolusi Sosial Sumatra Timur kisah kelam pembantaian kesultanan Melayu.
Baca SelengkapnyaPotret makam para Pejuang Indonesia terbengkalai di pelosok desa Sumedang, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaTerlihat warga Indonesia mendapat ancaman dari tentara KNIL pada tahun 1948 silam. Tergambar dari potret yang beredar, warga Indonesia nampak tak berdaya.
Baca SelengkapnyaMojang-mojang ini bak harimau betina yang mengamuk saat menjagal tentara NICA.
Baca Selengkapnya