Simbol kebodohan, Keraton Solo kubur kerbau di hutan Krendawahono
Merdeka.com - Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar upacara sesaji Mahesa Lawung di hutan Krendawahono, di Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (8/2) siang. Puncak upacara yang diikuti ratusan abdi dalem tersebut, ditandai dengan sesaji dan penguburan kepala kerbau, beserta keempat kaki, buntut darah dan kotoran.
Bagi Keraton Kasunanan Surakarta, hutan Krendawahono, memiliki peran penting dalam menjaga kelangsungan keraton. Menurut cerita para sesepuh keraton, hutan ini merupakan lawang gapit atau pintu masuk keraton dari sisi utara. Kekuatan makhluk gaib hutan yang ada di 15 kilometer sisi utara Kota Solo itu, dipercaya mampu menghalau segala bentuk kekuatan jahat yang akan masuk keraton.
Iring-iringan menuju Hutan Krendawahono diawali oleh barisan prajurit keraton. Seluruh peserta memasuki hutan menuju punden berundak yang dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Bathari Durga. Di lokasi punden segala macam ubarampe yang dibawa dari keraton seperti nasi gurih, ingkung ayam, jajan pasar, gudangan, dan kepala kerbau ditata rapi. Doa dalam Bahasa Jawa dipanjatkan oleh abdi dalem Joko Setyono Dipuro. Sementara ratusan abdi dalem dan kerabat keraton mengamininya.
-
Dimana letak Keraton Surakarta Hadiningrat? Ini merupakan tempat bersejarah yang menyimpan beragam budaya kerajaan yang masih berjalan hingga detik ini.
-
Siapa yang bertanggung jawab atas revitalisasi Keraton Surakarta? “September mulai minggu depan sudah tender, target Juni 2024 jadi,“ kata Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming dikutip dari ANTARA pada Selasa (4/7). Gibran mengatakan bahwa revitalisasi Keraton Surakarta akan dimulai dari bagian luar terlebih dahulu, yaitu kawasan Alun-Alun Utara dan Alun-Alun Selatan.
-
Bagaimana revitalisasi Keraton Surakarta dilakukan? Revitalisasi akan dimulai dari luar terlebih dahulu Proses revitalisasi Keraton Surakarta yang rencananya menggunakan dana hibah dari pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) akan dimulai pada September 2023.
-
Apa saja yang direvitalisasi di Keraton Surakarta? “September mulai minggu depan sudah tender, target Juni 2024 jadi,“ kata Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming dikutip dari ANTARA pada Selasa (4/7). Gibran mengatakan bahwa revitalisasi Keraton Surakarta akan dimulai dari bagian luar terlebih dahulu, yaitu kawasan Alun-Alun Utara dan Alun-Alun Selatan.
-
Mengapa makam kuno di Sukoharjo penting? 'Kita letakkan saja, kalau makam paling tua di sini adalah makam tahun 1500, berarti orang-orang yang dimakamkan sudah membangun peradaban di sini sejak tahun 1400,' kata Yaser.
-
Siapa yang mendirikan Keraton Surosowan? Pengunjung seolah diajak napak tilas kejayaan Banten Lama, melalui sejumlah peninggalannya di kampung wisata tersebut.
Bau kemenyan yang dibakar di atas punden berundak menambah nuansa sakral dari upacara. Di bagian paling atas dari punden di letakkan kepala kerbau perjaka, empat kaki, dan juga jerohan yang terbungkus dalam tandu. Tampak juga di atas punden tertata rapi di antara sesaji beberapa bunga termasuk bunga Matahari.
"Ritual Mahesa Lawung ini rutin kami lakukan pada bulan Rabiulakhir pada hari Senin atau Kamis. Dalam ritual ini keratin memberikan sesaji kepada Dewi Kalayuwati. Dia ini kita percaya sebagai penunggu hutan Krendawahono. Beliau penjaga Keraton Surakarta di sisi utara dari dunia gaib," ujar Wakil Pengageng Sasana Wilopo Keraton Surakarta, Kanjeng Pangeran Aryo (KPA) Winarna Kusumo.
Kanjeng Win panggilan akrab Winarna mengatakan, upacara Mahesa Lawung merupakan warisan leluhur yang wajib dilestarikan. Tujuannya adalah untuk mendoakan agar keraton Surakarta selalu diberikan keselamatan dan dijauhkan dari bencana. Tak hanya keraton tapi juga seluruh rakyat Indonesia.
"Sejarah ritual ini mengacu pada masa Raja Paku Buwono II yang mengganti nama Desa Sala menjadi Nagari Surakarta Hadiningrat pada tahun 1670. Saat itu, Raja Paku Buwono II menggelar ritual Mahesa Lawung setelah sepanjang 100 hari sejak pergantian nama, kemudian keraton mendapatkan berkah dan keselamatan," katanya.
Usai memanjatkan doa, sejumlah abdi dalem keraton diberi aba-aba untuk mengangkat kepala kerbau menuju liang kubur yang telah digali di bawah punden. Di liang itulah kemudian kepala kerbau ditanam. Menurut Kanjeng Win, dipilihnya kerbau, karena sosok kerbau merupakan simbol kebodohan. Tak hanya kebodohan, lanjut Kanjeng Win prosesi ini juga menyimbolkan penguburan sifat buruk yang tercermin dari kepala (kebodohan), jerohan (kotoran), dan kaki (kemalasan).
"Makanya kami pilih kerbau, kita kubur kepalanya, biar kebodohan kita hilang," terangnya.
Usai penguburan kepala kerbau, kegiatan dilanjutkan dengan prosesi pembacaan sejarah Mahesa Lawung dalam Bahasa Jawa oleh Kanjeng Win. Kemudian, sejumlah sesaji yang berupa bahan makanan dibagikan kepada peserta upacara.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beberapa orang meyakini, kotoran kerbau yang keluar saat kirab dianggap bisa membawa berkah.
Baca SelengkapnyaSelama kirab, peserta tidak boleh mengenakan alas kaki dan dilarang berbicara
Baca SelengkapnyaTujuh kerbau bule keturunan Kiai Slamet menjadi cucuk lampah (pemimpin kirab) arak-arakan yang diikuti lebih dari 5.000 abdi dalem, sentana dan kerabat keraton.
Baca SelengkapnyaSalah seorang pencari rumput mengaku pernah melihat sosok kera putih yang besarnya seukuran kambing dewasa.
Baca SelengkapnyaPanggung Sangga Buwana dulunya dibuat untuk mengintai musuh dari ketinggian.
Baca SelengkapnyaNama Slamet yang dalam Bahasa Jawa diartikan selamat atau aman melambangkan keselamatan dan perlindungan.
Baca SelengkapnyaKampung di Jombang ini dikenal sebagai pusat penyebaran agama kristen di Jawa. Miris, kompleks makamnya kini dipenuhi semak belukar.
Baca SelengkapnyaTempat itu kini menjadi semak belukar yang tanahnya dimiliki oleh Keraton Yogyakarta
Baca SelengkapnyaTaman Hutan Raya yang identik dengan nama Presiden kedua RI ini memiliki sejarah panjang mulai dari digunakan oleh penjajah hingga perjalanan darat.
Baca SelengkapnyaSolo terkenal dengan nuansa budaya jawanya yang kental, menjadikan kota ini sebagai tujuan destinasi wisata favorit wisatawan lokal hingga mancanegara.
Baca SelengkapnyaSetiap tahunnya, warga harus memberi tumbal kepala kerbau ke tempat itu
Baca SelengkapnyaNenek moyang suku Jawa ini punya kehidupan unik di tengah hutan Bojonegoro. Mereka ahli dalam berbagai hal, mulai kerajinan kayu hingga menambang minyak.
Baca Selengkapnya