Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Simbol kebodohan, Keraton Solo kubur kerbau di hutan Krendawahono

Simbol kebodohan, Keraton Solo kubur kerbau di hutan Krendawahono Sesaji kepala kerbau Solo. ©2015 merdeka.com/arie sunaryo

Merdeka.com - Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar upacara sesaji Mahesa Lawung di hutan Krendawahono, di Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (8/2) siang. Puncak upacara yang diikuti ratusan abdi dalem tersebut, ditandai dengan sesaji dan penguburan kepala kerbau, beserta keempat kaki, buntut darah dan kotoran.

Bagi Keraton Kasunanan Surakarta, hutan Krendawahono, memiliki peran penting dalam menjaga kelangsungan keraton. Menurut cerita para sesepuh keraton, hutan ini merupakan lawang gapit atau pintu masuk keraton dari sisi utara. Kekuatan makhluk gaib hutan yang ada di 15 kilometer sisi utara Kota Solo itu, dipercaya mampu menghalau segala bentuk kekuatan jahat yang akan masuk keraton.

Iring-iringan menuju Hutan Krendawahono diawali oleh barisan prajurit keraton. Seluruh peserta memasuki hutan menuju punden berundak yang dipercaya sebagai tempat bersemayamnya Bathari Durga. Di lokasi punden segala macam ubarampe yang dibawa dari keraton seperti nasi gurih, ingkung ayam, jajan pasar, gudangan, dan kepala kerbau ditata rapi. Doa dalam Bahasa Jawa dipanjatkan oleh abdi dalem Joko Setyono Dipuro. Sementara ratusan abdi dalem dan kerabat keraton mengamininya.

Orang lain juga bertanya?

Bau kemenyan yang dibakar di atas punden berundak menambah nuansa sakral dari upacara. Di bagian paling atas dari punden di letakkan kepala kerbau perjaka, empat kaki, dan juga jerohan yang terbungkus dalam tandu. Tampak juga di atas punden tertata rapi di antara sesaji beberapa bunga termasuk bunga Matahari.

"Ritual Mahesa Lawung ini rutin kami lakukan pada bulan Rabiulakhir pada hari Senin atau Kamis. Dalam ritual ini keratin memberikan sesaji kepada Dewi Kalayuwati. Dia ini kita percaya sebagai penunggu hutan Krendawahono. Beliau penjaga Keraton Surakarta di sisi utara dari dunia gaib," ujar Wakil Pengageng Sasana Wilopo Keraton Surakarta, Kanjeng Pangeran Aryo (KPA) Winarna Kusumo.

Kanjeng Win panggilan akrab Winarna mengatakan, upacara Mahesa Lawung merupakan warisan leluhur yang wajib dilestarikan. Tujuannya adalah untuk mendoakan agar keraton Surakarta selalu diberikan keselamatan dan dijauhkan dari bencana. Tak hanya keraton tapi juga seluruh rakyat Indonesia.

"Sejarah ritual ini mengacu pada masa Raja Paku Buwono II yang mengganti nama Desa Sala menjadi Nagari Surakarta Hadiningrat pada tahun 1670. Saat itu, Raja Paku Buwono II menggelar ritual Mahesa Lawung setelah sepanjang 100 hari sejak pergantian nama, kemudian keraton mendapatkan berkah dan keselamatan," katanya.

Usai memanjatkan doa, sejumlah abdi dalem keraton diberi aba-aba untuk mengangkat kepala kerbau menuju liang kubur yang telah digali di bawah punden. Di liang itulah kemudian kepala kerbau ditanam. Menurut Kanjeng Win, dipilihnya kerbau, karena sosok kerbau merupakan simbol kebodohan. Tak hanya kebodohan, lanjut Kanjeng Win prosesi ini juga menyimbolkan penguburan sifat buruk yang tercermin dari kepala (kebodohan), jerohan (kotoran), dan kaki (kemalasan).

"Makanya kami pilih kerbau, kita kubur kepalanya, biar kebodohan kita hilang," terangnya.

Usai penguburan kepala kerbau, kegiatan dilanjutkan dengan prosesi pembacaan sejarah Mahesa Lawung dalam Bahasa Jawa oleh Kanjeng Win. Kemudian, sejumlah sesaji yang berupa bahan makanan dibagikan kepada peserta upacara.

(mdk/gil)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sejarah Kirab Kebo Bule pada Malam 1 Suro, Diyakini Bawa Berkah
Sejarah Kirab Kebo Bule pada Malam 1 Suro, Diyakini Bawa Berkah

Beberapa orang meyakini, kotoran kerbau yang keluar saat kirab dianggap bisa membawa berkah.

Baca Selengkapnya
Sakralnya Kirab 7 Pusaka Keraton Surakarta, Dipimpin 5 Kerbau Bule
Sakralnya Kirab 7 Pusaka Keraton Surakarta, Dipimpin 5 Kerbau Bule

Selama kirab, peserta tidak boleh mengenakan alas kaki dan dilarang berbicara

Baca Selengkapnya
Melihat Kirab Belasan Pusaka Keraton Surakarta, Tujuh Kerbau Bule Pimpin Arak-arakan Diikuti Ribuan Abdi Dalem
Melihat Kirab Belasan Pusaka Keraton Surakarta, Tujuh Kerbau Bule Pimpin Arak-arakan Diikuti Ribuan Abdi Dalem

Tujuh kerbau bule keturunan Kiai Slamet menjadi cucuk lampah (pemimpin kirab) arak-arakan yang diikuti lebih dari 5.000 abdi dalem, sentana dan kerabat keraton.

Baca Selengkapnya
Hutan Keramat di Semarang Ini Dipercaya Jadi Lokasi Kerajaan Kera, Jarang Dijamah Manusia
Hutan Keramat di Semarang Ini Dipercaya Jadi Lokasi Kerajaan Kera, Jarang Dijamah Manusia

Salah seorang pencari rumput mengaku pernah melihat sosok kera putih yang besarnya seukuran kambing dewasa.

Baca Selengkapnya
Menengok Panggung Sangga Buwana, Tempat Meditasi Raja Surakarta yang Mulai Rusak
Menengok Panggung Sangga Buwana, Tempat Meditasi Raja Surakarta yang Mulai Rusak

Panggung Sangga Buwana dulunya dibuat untuk mengintai musuh dari ketinggian.

Baca Selengkapnya
Gibran Ungkap Alasan Kebo Bule Kiai Slamet Jadi Maskot Peparnas, Ada Warna Merah Kuning
Gibran Ungkap Alasan Kebo Bule Kiai Slamet Jadi Maskot Peparnas, Ada Warna Merah Kuning

Nama Slamet yang dalam Bahasa Jawa diartikan selamat atau aman melambangkan keselamatan dan perlindungan.

Baca Selengkapnya
Kampung Ini Dulu Pusat Agama Kristen yang Penduduknya Fasih Bahasa Belanda, Kini Terabaikan Penuh Semak Belukar
Kampung Ini Dulu Pusat Agama Kristen yang Penduduknya Fasih Bahasa Belanda, Kini Terabaikan Penuh Semak Belukar

Kampung di Jombang ini dikenal sebagai pusat penyebaran agama kristen di Jawa. Miris, kompleks makamnya kini dipenuhi semak belukar.

Baca Selengkapnya
Desa Terpencil di Semarang Ini Dulunya Pernah Jadi Tempat Bertapa Filsuf Tanah Jawa, Begini Kondisinya
Desa Terpencil di Semarang Ini Dulunya Pernah Jadi Tempat Bertapa Filsuf Tanah Jawa, Begini Kondisinya

Tempat itu kini menjadi semak belukar yang tanahnya dimiliki oleh Keraton Yogyakarta

Baca Selengkapnya
Menilik Taman Hutan Raya Bukit Soeharto, Kisah Perjalanan Darat Presiden Kedua RI Balikpapan-Samarinda
Menilik Taman Hutan Raya Bukit Soeharto, Kisah Perjalanan Darat Presiden Kedua RI Balikpapan-Samarinda

Taman Hutan Raya yang identik dengan nama Presiden kedua RI ini memiliki sejarah panjang mulai dari digunakan oleh penjajah hingga perjalanan darat.

Baca Selengkapnya
Yuk Jelajahi Wisata Sejarah di Solo, Ada Bunker Kuno Juga Loh!
Yuk Jelajahi Wisata Sejarah di Solo, Ada Bunker Kuno Juga Loh!

Solo terkenal dengan nuansa budaya jawanya yang kental, menjadikan kota ini sebagai tujuan destinasi wisata favorit wisatawan lokal hingga mancanegara.

Baca Selengkapnya
Menelusuri Kota Mati “Alas Roban”, Saksi Bisu Kejayaan Industri Era Hindia Belanda
Menelusuri Kota Mati “Alas Roban”, Saksi Bisu Kejayaan Industri Era Hindia Belanda

Setiap tahunnya, warga harus memberi tumbal kepala kerbau ke tempat itu

Baca Selengkapnya
Suku Ini Punya Gaya Hidup Unik di Tengah Hutan Bojonegoro, Ahli Menambang Minyak dan Kuburannya Bernilai Seni Tinggi
Suku Ini Punya Gaya Hidup Unik di Tengah Hutan Bojonegoro, Ahli Menambang Minyak dan Kuburannya Bernilai Seni Tinggi

Nenek moyang suku Jawa ini punya kehidupan unik di tengah hutan Bojonegoro. Mereka ahli dalam berbagai hal, mulai kerajinan kayu hingga menambang minyak.

Baca Selengkapnya