Simpan Uang di Kamar Sejak 1965, Haki Berangkat Haji di Usia 92 Tahun
Merdeka.com - Wajah Haki (92) tampak berseri-seri didampingi istrinya, Satuni (70) dan anak-anaknya. Senyumnya merekah di antara gigi yang tersisa menyambut setiap orang yang mengajaknya bicara.
Haki bersama istri mendapat ucapan selamat dan doa setelah berkesempatan menunaikan rukun Islam kelima menuju Tanah Suci. Ia menjadi calon jamaah haji (CJH) tertua asal Kota Malang tahun ini.
"Olahraga jalan kaki, minum vitamin dan madu. Bawa obat-obatan dan minyak angin," kata Haki saat ditanya persiapan menjelang keberangkatan menunaikan ibadah haji.
-
Bagaimana Syifa bisa berangkat haji? 'Nah, waktu itu ternyata boleh diganti oleh satu Bin atau Binti di awal 2020,' katanya
-
Kenapa Rezky Aditya dan Citra Kirana bersyukur bisa berangkat haji? 'Alhamdulillah senang banget sekarang kita diberikan kesempatan berangkat haji. Semoga dilancarkan ibadahnya semuanya, kembali dengan selamat dan Semoga jadi haji yang mabrur pastinya,' ujar Rezky Aditya di bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Rabu (12/6/2024).
-
Kenapa Adiba Khanza umroh bareng keluarga? Adiba sering banget senengnya karena bisa ngabisin waktu dan umroh bareng keluarga intinya.
-
Bagaimana Indra Bekti mempersiapkan anak-anaknya untuk umrah? 'Kan mereka sekolahnya Islami, sudah tahu umrah seperti apa. Ini kemarin kita juga manasik juga,' jelas Indra.
-
Kenapa Syifa berangkat haji? Ia berangkat di usia 19 tahun untuk menggantikan sang ayah yang telah meninggal dunia.
-
Siapa jemaah haji termuda Bangka Belitung? Salah satu yang membuat haru adalah kisah Inas Syifa yang menjadi calon jemaah haji termuda di Bangka Belitung.
Haki tampak sehat, kendati usianya hampir satu abad. Tubuhnya masih gesit dan penuh aktivitas, bahkan ke Pasar Besar dari rumahnya di Jodipan Wetan Gang I selalu ditempuh dengan berjalan kaki.
Rumah Haki menuju Pasar Besar berjarak sekitar 4 Km pulang-pergi. Walaupun banyak jenis angkutan, Haki mengaku biasa berjalan kaki. Setiap butuh sesuatu ke pasar selalu ditempuh dengan berjalan kaki, sekaligus untuk berolahraga.
"Kalau istri sejak dua bulan lalu rutin jalan-jalan sampai ke Alun-Alun," katanya dengan logat Bahasa Madura.
Sehari-hari, Haki bekerja sebagai pedagang aneka pakaian secara berkeliling dari pasar ke pasar. Profesi itu dijalani sejak masih muda dan hingga saat ini masih menjadi penopang hidupnya.
Sesuai hari pasaran, Haki mendatangi pasar di sekitar Malang secara terjadwal, berangkat subuh dan pulang maghrib. Haki berjualan sampai ke Pasar Nongkojajar (Pasuruan), Pasar Pakis (Kabupaten Malang) dan Pasar Kesamben (Blitar).
Semula dagangannya selalu dibawa ke sana-seni, tapi seiring perkembangan sudah menggunakan kendaraan umum. Sekarang pun Haki di usia yang semakin menua masih berdagang hingga berjarak puluhan kilometer.
Bedanya dagangan Haki sudah dititipkan tidak jauh dari pasar, sehingga cukup datang tanpa membawa dagangan lagi. Sementara Haki menggunakan bus atau kendaraan umum menuju lokasi.
"Cuma anak-anak-anak meminta istirahat. Kalau dulu bahkan kadang tidak pulang, pindah lagi-pindah lagi," kata Haki yang mengenakan peci hitam tinggi khas.
Haki mengaku mulai menabung untuk ibadah haji sejak 1965 atau sekitar 54 tahun. Hasil kerja kerasnya itu dikumpulkan sedikit demi sedikit seiring menghidupan anak dan istri.
Haki dengan kesederhanaannya rajin menyisihkan hasil kerjanya. Walaupun dengan jumlah tidak besar, tetapi setiap pulang berdagang selalu menyisihkan untuk ditabung.
"Tergantung hasil dagang, terkadang Rp 10 ribu, kan hasil dagang tidak mesti laku," katanya.
Haki yang lahir 1 Januari 1927 mengaku tidak pernah mengenal bank. Tabungannya cukup diselipkan di sebuah tas dalam kamarnya.
"Nabungnya di rumah, ditaruh di tas," tegasnya.
Bahkan lantaran terlalu lama disimpan, uang itu sampai lusuh, menjamur dan bau apek. Beberapa tidak laku karena sudah ditarik peredarannya. Keluarga baru menyetorkan ke bank untuk pendaftaran pada tahun 2013 sejumlah sekitar Rp60 Juta.
"Setelah setor ke bank baru 6 tahun kemudian bisa berangkat," tegasnya.
Haki sendiri kelahiran Madura, karena sejak kecil yatim piatu diajak keluarganya ke Kota Malang. Ia pernah menempuh pendidikan Sekolah Rakyat (SR) sebelum kemudian menikahi Satuni.
Perkawinannya dengan Satuni dikaruniai 12 orang anak, tetapi 2 orang meninggal dunia. Saat ini keduanya menempati sebuah rumah sederhana yang berdampingan dengan musolla di kawasan Jodipan, Kota Malang. 10 anaknya sudah berumah tangga dan beberapa tinggal tidak jauh dari rumahnya, sementara dua lainnya di Jakarta dan Surabaya. Dari 5 anak perempuan dan 5 laki-lakinya itu telah memberikan 24 orang cucu dan 4 orang cicit.
"Semua ngumpul, keluarga besar," katanya.
Anak bungsu Haki, Frida Affani mengaku termotivasi dengan kerja keras kedua orang tuanya. Keluarga bersyukur akhirnya orang tuanya bisa berangkat setelah sekian tahun menunggu kesempatan panggilan.
"Ada kekhawatiran, cuma setiap hari diberi kegiatan untuk persiapan. Jalan-jalan dari rumah ke Alun-Alun sejak sekitar 2 bulan terakhir," kata Frida Affani.
Keluarga berdoa, semoga dapat menjalankan ibadah dengan lancar dan mendapat predikat haji mambrur. Keluarga sendiri sebelumnya menggelar doa untuk kelancaran keberangkatan.
Haki dan Satuni yang tergabung di Kolter 16 dijadwalkan bertolak ke Madinah, Arab Saudi, Jumat (12/7). Bersama 1.232 orang calon jamaah asal Kota Malang menuju Bandara Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz, Madinah, Arab Saudi dari Bandara Udara Internasional Djuanda, Sidoarjo.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Fdil Jaidi Influencer berusia 30 tahun tersebut menjalani rukun Islam bersama keluarganya
Baca SelengkapnyaRamelan menjadi jemaah haji tertua di Banyumas setelah penantian selama 11 tahun.
Baca SelengkapnyaAbu Bakar Mureh dan istri mendaftar haji pada 2018. Keduanya mendapat prioritas lansia, hingga bisa berangkat tahun ini.
Baca SelengkapnyaDia mendapatkan kuota prioritas lansia dan pendamping lansia, sehingga tidak menunggu antrian terlalu lama.
Baca SelengkapnyaDi antara mereka, ada seorang nenek berusia 99 tahun yang terlihat semangat untuk menunaikan ibadah haji
Baca Selengkapnya"Saya itu sangat bahagia, akhirnya bisa berada di Padang Arafah setelah menunggu 12 tahun."
Baca SelengkapnyaZainuddin yang usianya memasuki 72 tahun ini merupakan jemaah haji asal embarkasi Ujung Pandang, Sulawesi Selatan
Baca SelengkapnyaBukan untuk beli HP, anak ini memilih menyimpan uang THR untuk daftar tabungan haji.
Baca SelengkapnyaBertahun-tahun, tak ada anggota keluarganya yang tahu bahwa nenek Ngatima akan pergi haji
Baca SelengkapnyaBerkat kesabarannya selama bertahun-tahun, ia sebentar lagi bisa melihat Ka'bah secara langsung di usianya yang menginjak usia 73 tahun.
Baca SelengkapnyaHolipah menyisihkan uang dari berjualan mulai dari Rp10.000 sampai Rp20.000 untuk tabungan pergi haji.
Baca SelengkapnyaPasutri ini bisa berangkat ke Tanah Suci berkat rajin menabung
Baca Selengkapnya