Sisi Lain Mayjen Dudung, Pangdam Jaya Perintahkan Anak Buah Copot Baliho Rizieq
Merdeka.com - Panglima Kodam Jaya/Jayakarta Mayjen Dudung Abdurachman secara tegas mengaku memerintahkan anak buahnya untuk menurunkan spanduk pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Syihab yang terpasang di baliho. Hal itu menjawab sebuah video viral di media sosial yang menunjukan adanya kelompok berbaju loreng menurunkan baliho Rizieq dengan kondisi gelap.
"Ada berbaju loreng menurunkan baliho habib rizieq itu perintah saya," tegas Pangdam saat apel pasukan di Monas, Jakarta, Jumat (20/11).
Namun, siapa sangka di balik sikap tegas Mayjen Dudung, ada rindu mendalam kepada ibundanya. Memori Dudung langsung teringat ibunda saat disuguhkan makanan tradisional klepon.
-
Siapa anak bungsu Jenderal Dudung? Kedua anak perempuannya bernama Nadine Aqmarina Setyaningsih dan Nina Bonita Hasanah. Sedangkan anak terakhir atau anak bungsunya yang laki-laki adalah Mohammad Tri Anjas Septiadi.
-
Apa warisan yang ditanamkan kepada Duta sejak kecil? Sejak Kecil, Duta Ditanamkan Kebanggaan sebagai Keturunan Pahlawan Nasional, Kisah Kyai Modjo Diceritakan oleh Ayahnya
-
Siapa yang sering kangen ayahnya? ‘Dante habis main sama Bapak dan menginap di rumah Bapak. Dante jarang bertemu jadi Dante suka kangen, dan Dante sekarang senang banget,' tambah Wani.
-
Mengapa Bung Karno sungkem pada ibunya? Sadar betapa besarnya jasa sang ibu, Bung Karno selalu menghomati perempuan yang melahirkan dan membesarkannya itu.
-
Dimana Duta diserbu emak-emak? Duta Sheila On 7 diketahui melaksanakan salat Idul Adha di lapangan Ganjuran, Condongcatur, Sleman, yang berdekatan dengan kediamannya. Kehadirannya di tempat umum ini langsung menarik perhatian banyak orang. Usai salat, Duta tampak diserbu oleh para ibu-ibu yang meminta foto bersama.
-
Bagaimana Rizki Juniansyah menghormati ibunya? Rizki Juniansyah menarik perhatian bukan hanya karena prestasinya di lapangan, tetapi juga karena ritual uniknya. Ia melakukan tindakan menghormati ibunya dengan mencuci kaki ibu dan meminum air yang digunakan untuk mencuci tersebut.
Hal itu terjadi tepat di hari ulang tahunnya ke-55 tahun, Kamis (19/11) kemarin. Ia disuguhkan sajian sepiring kue pandan dihiasi klepon dilengkapi dengan teh hangat.
"Euumm, enak tapi lebih enak buatan ibu. Kalau klepon buatan ibu, lebih besar dan lebih kenyal," ujar Dudung usai mencicipi kue klepon yang membawa memori tentang ibunya di ruang kerjanya.
Sembari melanjutkan menyantap kue ulang tahunnya Dudung pun bercerita tentang kenangannya bersama Ibunda tercinta di masa-masa sulitnya, terutama usai kehilangan sosok ayah.
Bagi Dudung, ibu merupakan sosok pahlawan yang sangat berjasa dalam kehidupannya karena sejak Dudung remaja ia melihat ibunya menjadi tulang punggung utama menafkahi delapan orang anak-anaknya.
Jadi Loper Koran saat SMA
Masa remaja Mayjen Dudung tidak seperti kawula muda pada umumnya, yang sibuk mencari jati diri. Mayjen Dudung justru memutar otak bagaimana bisa menjalani pendidikan di bangku SMP sambil membantu keluarganya bertahan hidup.
Tanpa mengenal rasa malu, Dudung remaja memutuskan untuk membantu ibunya menjajakan jajanan pasar 'homemade' ke Kodam Siliwangi III/Siliwangi saat masih mengenyam pendidikan di bangku SMP.
Kegiatan itu pun dilakukannya tak hanya sekali dua kali, namun rutin hingga Dudung menginjak pendidikan di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Meski kegiatannya berbeda dengan anak-anak muda di masanya dan ia harus mengantar dagangan ibunya, Dudung pun tak merasa malu.
Ia justru terpacu dan lebih giat membantu ibunya untuk menambah pundi-pundi uang dengan menjadi loper koran.
"Saya harusnya masuk SMAN 5 Bandung itu, tapi karena masuknya pagi, maka tidak jadi. Saya carinya yang masuk siang. Biar paginya itu saya bisa anter koran dulu. Jadi anter koran itu pagi jam 04.00 Wib terus pulang jam 08.00 Wib," katanya.
Setelah itu, kegiatan berlanjut dengan mengantar klepon, pastel, donat itu untuk dititipkan ke sejumlah kantin seperti di Kodam III, Taman Lalu Lintas, lalu SMP Muslimin. "Itu saya lakukan tiap hari," kenang Dudung.
Usai mengantar koran dan menitipkan jajanan pasar ke beberapa kantin sekitar tempat kediamannya, Dudung pun tak langsung pulang namun mencari kayu bakar yang nantinya digunakan oleh ibunya untuk memasak.
"Memasaknya, dulu masih pakai kayu bakar, sangat tradisional. Mungkin itu juga yang membuat rasa kleponnya, jadi beda dengan yang lain," ujar Dudung.
Jadi Kurir Jajan saat Masa Taruna Akmil
Tidak hanya mengenang ibundanya, di hari jadinya itu Dudung pun mengenang masa-masa saat menjalani pendidikan menjadi taruna di akademi militer.
Karena mencicipi getirnya kesulitan ekonomi di masa kecil, pada saat menjadi taruna Dudung pun masih gemar berusaha menghasilkan sedikit uang saku.
Saat masa taruna akmil, Dudung kerap mencuri-curi waktu untuk menjadi "kurir" ekspres bagi teman-temannya yang ingin membeli camilan.
"Dulu ketika sudah selesai makan malam, saat jadi taruna, saya suka cari makanan. Saya tanya ke teman-teman yang lain mau nitip (jajanan). Mau bakpia, getuk, itu saya naik ke puncak di Kampung Kranggan (Malang). Nah, dari situ lumayan saya dapat untung," ujar Dudung.
Tak ada gading yang tak retak, Dudung pun menceritakan pengalamannya saat menjadi pengusaha ‘kurir jajanan ekspres’ di masa taruna yang diketahui oleh pelatihnya semasa di akmil.
Kala itu ia mengajak dua orang rekannya untuk ikut dalam misi mencari makanan ke Kranggan, pada saat kembali ke lokasi asalnya salah satu temannya yang bernama Gunawan, justru malah tertangkap basah oleh pelatihnya.
Dudung pun ikut dilaporkan Gunawan terlibat aksi mencari camilan sebelum apel malam rutin digelar, sehingga Dudung dan kedua temannya pun diberi hukuman oleh pelatihnya itu.
Pengalaman-pengalaman unik itu dikenang Dudung dan menjadi salah satu penyemangatnya hingga saat ini menjalankan pekerjaan yang diembannya sebaik-baiknya.
Pesan bagi generasi muda
Merayakan 55 tahun usianya di tengah kondisi pandemi COVID-19, Dudung pun membagikan sedikit pesan bagi para generasi muda yang kini mungkin saja mengalami kesulitan ekonomi, sama seperti dirinya di masa muda.
Ada tiga hal yang dibagikannya bagi para generasi muda untuk dapat bertahan dan melewati kesulitan ekonomi dan menjadi sukses.
Pertama, ia berpesan agar pemuda masa kini dapat percaya pada dirinya sendiri dan mau tekun meski dalam sulit.
"Apa yang ada di depanmu, apa yang ada di belakangmu, sekali pun yang ada di sekelilingmu itu tidak berarti apa-apa, dibanding dengan dirimu sendiri. Artinya percaya kerja keras yang dilakukan diri sendiri," kata Dudung.
Dengan terlebih dahulu percaya terhadap diri sendiri, maka dipastikan apa pun usaha yang dikerjakan tentunya dapat berhasil.
Selanjutnya hal kedua yang Dudung bagikan agar pemuda dapat melewati krisis ekonomi adalah bakti kepada orang tua.
Sikap hormat kepada ayah atau pun ibu turut harus dijalankan dan dimiliki generasi muda agar dapat meraih kesuksesan.
"Ini sangat sederhana. Berbakti kepada orang tua terutama ibu, itu penting. Kalau menyayangi ibu, itu pasti akan berhasil. Jadi, jangan sekali-sekali membentak ibu, ini juga yang membuat saya paling sayang sama ibu," tegas Dudung.
Menutup pesannya yang terakhir bagi generasi muda, Dudung berpesan agar pemuda dapat mengetahui tujuan hidupnya dan selalu mengasihi sesama manusia.
"Pokoknya harus baik kepada setiap orang, mengasihi sesama. Kalau di agama Islam itu hablum minannas, baik saja sama semua, itu pasti berhasil. Ada pepatah mengatakan sekecil apa pun kebaikan yang kamu lakukan itu, akan jadi riak kebaikan yang tidak berujung," tutup Dudung.
Sebelumnya, Pangdam Jaya Mayjen TNI Dudung Abdurachman menegaskan ia yang memberi perintah kepada anggotanya untuk mencopot baliho Rizieq Syihab.
Pangdam menegaskan, tidak segan-segan membubarkan FPI jika bertindak semaunya dan tidak taat aturan.
"Jangan seenaknya sendiri, seakan akan dia paling benar. Tidak ada itu. Jangan coba-coba pokoknya. Kalau perlu FPI bubarkan saja itu. Bubarkan saja," tegas Pangdam.
Pangdam menuturkan, beberapa kali baliho bergambar Rizieq sudah diturunkan Satpol PP. Namun kembali terpasang. Menurutnya, ini salah satu sikap tidak taat aturan.
Kini baliho sudah diturunkan oleh anggota TNI. Jika nantinya masih terpasang, TNI siap kembali bergerak menindak tegas.
"Kalau coba coba dengan TNI mari. Sekarang kok mereka ini seperti yang mengatur suka sukanya sendiri, saya katakan itu perintah saya. Dan ini akan saya bersihkan semua, tidak ada itu baliho yang mengajak revolusi dan segala macam. Ya saya peringatkan dan saya tidak segan menindak dengan keras," katanya. Seperti diberitakan Antara.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ditemani istri, dia mencicipi hidangan sederhana khas Betawi, kerak telor.
Baca SelengkapnyaMayor Jenderal Ibrahim Adjie Dikenal Sebagai Panglima Siliwangi yang Dekat dengan Anak Buahnya, Para Prajurit TNI.
Baca SelengkapnyaMengenakan kaos warna putih dan celana jeans, jebolan Akmil 1988 ini terlihat duduk santai menikmati jajanan sederhana.
Baca SelengkapnyaPensiunan jenderal bintang 4 TNI, Dudung Abdurachman bernostalgia dengan istrinya makan kupat tahu dan bandros koboi di Bandung.
Baca SelengkapnyaAda momen menarik dari sosok jenderal bintang 1 TNI adik dari jenderal non Akpol dengan sang ibunda.
Baca SelengkapnyaMomen seru eks Kasad Jenderal (Purn) Dudung Abdurachman saat mengasuh cucunya.
Baca SelengkapnyaBerikut momen Brigjen TNI saat kangen lalu suapi keponakan laki-lakinya makan.
Baca SelengkapnyaJenderal Dudung mengenang kebersamaan dengan sang ajudan saat umroh. Ia meninggalkan hotel pukul 1 malam sampai sang ajudan mencari tapi tidak ketemu.
Baca SelengkapnyaMomen mantan kasad Jenderal (purn) Dudung Abdurachman panen cabai di kebun luas miliknya.
Baca SelengkapnyaMayjen Kunto Arief Wibowo tunjukkan tanah makam yang sudah 'dipesan' olehnya.
Baca SelengkapnyaDudung menyambut eks Kasad itu dengan hangat di rumahnya.
Baca SelengkapnyaMenyambut datangnya bulan suci Ramadan 1445 Hijriyah, Mayjen Kunto dan Istri melakukan ziarah ke makam orangtua dan putra sulungnya.
Baca Selengkapnya