Sistem full day school, anggota DPR sebut guru-guru bakal kerepotan
Merdeka.com - Wacana sistem full day school yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mendapat kritik dari DPR. Anggota Komisi X DPR RI Fraksi PPP Reni Marlinawati menilai perlunya beberapa pertimbangan dasar sebelum diterapkan.
Reni menyoroti jam kerja guru. Dengan perpanjangan jam belajar, otomatis membuat jam kerja guru juga bertambah. Ditambahnya jam kerja, maka kian minim pula waktu seorang guru mengevaluasi program belajar murid.
"Semakin lama guru di sekolah maka semakin sedikit melakukan evaluasi belajar serta semakin sedikit waktu untuk merencanakan program pembelajaran di hari berikutnya. Saya tidak bisa membayangkan, alangkah repotnya guru-guru tersebut," kata Reni melalui pesan tertulisnya, Selasa (9/8).
-
Apa yang dilakukan guru ini? Pada 2 November 2023, dalam video tersebut, sang guru musik menggambarkan perbedaan drastis antara murid-muridnya yang dapat bersekolah dengan bahagia dan anak-anak Palestina yang mengalami penderitaan yang tak terbayangkan.Gedung sekolah di Palestina telah dihancurkan, guru-serta teman mereka hilang, bahkan keluarga mereka juga tidak selamat dari serangan.
-
Bagaimana guru membantu murid belajar? Melalui kata-kata tersebut, kita dapat mengungkapkan rasa syukur dan penghargaan kepada sosok yang telah berjasa dalam membentuk masa depan generasi penerus bangsa.
-
Kapan seorang guru berdedikasi? Guru rela membakar diri demi menerangi jalan murid-muridnya. Guru mengabdikan hidupnya untuk mencerdaskan anak bangsa. Guru bekerja dengan hati, bukan sekadar profesi.
-
Apa yang dilakukan guru terhadap murid? Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,' jelasnya.
-
Apa yang membuat guru berbeda dari pengajar? Guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai inspirator, motivator, dan pembentuk karakter.
-
Kenapa gaji guru di Indonesia rendah? Pertimbangannya, pendapatan yang dianggap tidak cukup mensejahterakan kehidupan.
"Berangkat pagi, pulang jam 18.00 sore. Sampai di rumah sudah sangat capek belum lagi memeriksa tugas anak-anak dan menyiapkan rencana pembelajaran hari berikutnya," sambungnya.
Kedua, soal ketersediaan falititas penunjang. Dia menilai tidak semua sekolah siap dilihat dari sisi sarana pendukung. Bahkan, masih banyak sekolah-sekolah yang dinilai belum layak untuk proses belajar mengajar.
"Pertanyaannya, apakah semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai walaupun itu di sekolah negeri? Bahkan di dapil saya masih ada SDN lantainya masih dari tanah," terangnya.
Mendikbud beranggapan kalau anak-anak tetap berada di sekolah, mereka bisa menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan mengaji sampai dijemput orang tuanya usai jam kerja. Kemudian anak-anak bisa pulang bersama-sama orang tua mereka.
Pandangan ini dinilai Reni kurang tepat. Sebab, gagasan bahwa orang tua bisa menjemput anak-anak mereka hanya bisa dilakukan di desa-desa bukan di Jakarta dengan tingkat kemacetan tinggi.
"Seolah-olah orang tua anak di Indonesia yang bekerja sepulang bekerja bisa jemput anaknya. Kalau di kampung hal tersebut relatif mudah. Namun di kota besar seperti di Jakarta kemacetan yang luar biasa," ujarnya.
Sisi lain, perpanjangan jam sekolah akan diisi dengan kegiatan mengaji. Untuk yang satu ini, politisi PPP ini berkomentar tidak semua murid beragama Islam. Oleh sebab itu, fakta ini seharusnya juga menjadi pertimbangan.
"Saya sebagai umat Islam tentu senang, bila program "Full Day" ada alokasi untuk belajar mengaji. Namun masalahnya anak sekolah tidak hanya dari masyarakat muslim. Itu juga harus menjadi bahan pertimbangan," tegasnya.
Atas sejumlah pertimbangan ini, Reni beranggapan keberhasilan seorang anak tidak hanya ditentukan di satu lingkungan yaitu sekolah. Seorang anak butuh sosialisasi dilingkungan masyarakat.
Sehingga dengan sistem ini, justru membuat proses interaksi dan adaptasi anak terhadap lingkungan masyarakat akan minim dan terbatasi. Hal ini akan berpengaruh tumbuhkembang dan kepercayaan diri si anak di dunia sosial.
"Keberhasilan anak bukan terletak seberapa besar nilai yang diraih namun bagaimana anak memiliki sikap percaya diri, keberanian serta adaptif terhadap lingkungan. Harus diingat,
anak memiliki 3 lingkungan yakni di rumah, sekolah dan masyarakat," tandas Reni.
"Kalau anak hanya hidup di lingkungan rumah dan sekolah sedangkan lingkungan masyarakat sedikit tentu akan merepotkan bagi anak," tambah dia.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Fraksi PKS di DPR mengkritik keras soal program makan siang gratis yang dikabarkan akan menggunakan anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Korps Pegawai Republik Indonesia (Korpri) 2023 di Ancol, Jakarta Utara, Selasa (3/10).
Baca SelengkapnyaDia juga menilai tak seharusnya dibahas di pemerintahan saat ini.
Baca SelengkapnyaDia mengatakan, wacana tersebut telah membuat resah para masyarakat terutama para guru.
Baca SelengkapnyaGibran menyoroti persoalan ini lantaran melihat tidak meratanya keberadaan guru-guru di setiap sekolah yang ada di berbagai provinsi di Indonesia.
Baca Selengkapnya"Saya kaget juga bahwa tingkat stres guru itu lebih tinggi dari pekerjaan yang lain," kata Jokowi
Baca SelengkapnyaDia juga menyoroti potensi tumpang tindih antara kebijakan daerah dan kebijakan pusat.
Baca SelengkapnyaSekolah-sekolah di bawah 43 pemerintah daerah kekurangan 2.397 guru hingga September.
Baca SelengkapnyaJika anggaran pendidikan dalam APBN digunakan untuk membiayai program makanan gratis dikhawatirkan akan semakin menghambat peningkatan kualitas pendidikan.
Baca Selengkapnyakebijakan cleansing guru honorer tindakan ngawur dan tidak berperikemanusiaan
Baca SelengkapnyaGuru harus fokus dalam mempersiapkan, melaksanakan, dan melakukan evaluasi pembelajaran.
Baca SelengkapnyaKadisdik mengatakan berdasarkan Surat Edaran Kemendikbud masih diutamakan menggelar pembelajaran tatap muka.
Baca Selengkapnya