Sistem rating tak pedulikan pasar lokal
Merdeka.com - Beragam media dewasa ini semakin banyak tumbuh di Indonesia. Hal ini dinilai merupakan imbas dari adanya reformasi yang menjadi penyubur kebebasan pers.
Namun demikian, media membutuhkan rating untuk dapat terus bertahan dan bertumbuh menjadi semakin besar. Sayangnya, hal itu tidak dilirik oleh lembaga rating media.
"Sistem rating sekarang tidak berlaku dan semakin tidak memedulikan pasar lokal," ujar Komisioner bidang Isi Siaran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Nina Mutmainnah Armando dalam dialog publik bertajuk 'Quo Vadis Rating dalam Dunia Pertelevisian Indonesia?' yang digelar KPI di Gedung Kemenkominfo, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Kamis (27/6).
-
Dimana kualitas jaringan telekomunikasi di Indonesia masih kurang? 'Penetrasi internet di masyarakat sudah 80% bisa kita bilang karena data terakhir APJII 2024, data menunjukkan 79,5%. Hanya saja, kita masih punya problem yang namanya digital divide, belum semua wilayah memiliki kualitas layanan telekomunikasi yang baik,' jelasnya.
-
Apa yang menjadi peran penting TVRI dalam dunia penyiaran Indonesia? TVRI tentu berperan penting dalam perkembangan dunia penyiaran negara Indonesia.
-
Kenapa sarana dan prasarana di Indonesia jadi penyebab rendahnya literasi? Salah satu penyebab utama rendahnya literasi di Indonesia adalah kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Banyak sekolah, terutama di daerah pedalaman dan terpencil, tidak memiliki perpustakaan atau akses terhadap bahan bacaan yang memadai.
-
Mengapa penonton televisi di Indonesia tetap tertarik? 'Setelah dilakukan analisis switch off, setelah enam bulan berikutnya kita udah back to normal, hampir seratus persen dari populasi yang pada akhirnya menonton televisi kembali,' ujar Sutanto.
-
Mengapa Indonesia kekurangan talenta digital? Sayangnya, di saat adopsi teknologi itu makin gencar dilakukan di negara-negara lain, Indonesia justru masih banyak kekurangan talenta.
-
Bagaimana cara mengatasi masalah kualitas internet di Indonesia? Nezar Patria optimis tantangan itu dapat diselesaikan melalui program penguatan sinyal dan peningkatan kapasitas jaringan.
Nina mengatakan, rating yang ada di Indonesia menggunakan sistem nasional. Hal itu menyebabkan banyak media lokal tidak bisa memanfaatkan rating untuk mengembangkan diri.
"Pasarnya nasional dan pelanggan rating adalah perusahaan-perusahaan nasional," kata Nina.
Lebih lanjut, Nina menjelaskan, sistem rating yang berlaku sekarang ini mengundang keraguan. Ini karena lembaga rating ternyata tidak transparan terkait metode dalam menentukan rating.
"Apalagi pemainnya tunggal," pungkas Nina.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Alhasil, transformasi digital di Tanah Air tidak melahirkan ekonomi baru.
Baca SelengkapnyaTak heran jika produksi barang nasional masih kalah dengan produk dari luar negeri.
Baca SelengkapnyaDalam pernyataannya, pria yang dikenal Crazy Rich Surabaya itu menyidir keras media sosial kantor berita Antara yang tidak maksimal.
Baca SelengkapnyaTerdapat sekitar 700 merek franchise asing yang beroperasi di tanah air, jauh mengungguli jumlah franchise lokal yang hanya sekitar 130 merek.
Baca SelengkapnyaKementerian Perindustrian telah melarang penjualan smartphone Google Pixel, menyusul langkah serupa terhadap iPhone 16 Series.
Baca SelengkapnyaAda arus barang impor yang masuk ke Indonesia dengan harga yang sangat murah dan produk lokal tak bisa bersaing secara harga.
Baca SelengkapnyaMenkes Budi Gunadi Sadikin tengah membuat Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan (RPMK) tentang produk tembakau dan rokok elektronik.
Baca SelengkapnyaMenkop dan UKM Teten Masduki menghadiri launching Hari Pers Nasional (HPN) 2024 di kawasan Monas, Jakarta, Minggu (12/11).
Baca SelengkapnyaBerikut adalah tiga hal yang menjadi penghambat meluasnya jaringan 5G.
Baca SelengkapnyaSelama ini, izin platform TikTok di Indonesia hanya aplikasi media sosial, bukan e-commerce
Baca SelengkapnyaTim Cook pernah berjanji untuk membangun pabrik di Indonesia.
Baca SelengkapnyaAda sejumlah mobil yang gagal bersaing di Indonesia, namun laris di luar negeri. Yuk simak!
Baca Selengkapnya