Siswa Aliyah di Riau temukan cuka dari tempurung kelapa yang dibakar
Merdeka.com - Siswa Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) milik Yayasan Pelita (YAPITA) di Desa Tali Kumain Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu (Rohul) Riau, berhasil menciptakan penemuan baru berupa cuka. Penemuan ini terbilang unik lantaran cuka itu dari hasil asap cair uap pembakaran tempurung kelapa.
Rahmad, seorang guru di YAPITA menceritakan, sekitar dua bulan terakhir ini, siswa di sekolah ini melakukan penelitian tentang pembuatan cuka.
"Awalnya ada seorang guru di Yayasan Yapita bernama Parlindungan mengikuti pelatihan di Yogyakarta beberapa waktu lalu," ujar Rahmad, Minggu (12/4).
-
Siapa yang melakukan penelitian? Para peneliti dari Universitas Cincinnati menangkap tiga ekor piton Burma di sekitar Taman Nasional Everglades, lalu mengukur ukuran rahang mereka. Salah satu dari ular tersebut memiliki panjang tubuh mencapai 5,8 meter, menjadikannya piton terpanjang yang pernah tertangkap di Florida, meskipun bukan yang terberat.
-
Kenapa siswa SDN 3 Kota Tangerang membuat abate dari daun jeruk? Manfaatkan melimpahnya pohon jeruk Masfufah mengatakan, jika penggunaan daun jeruk untuk inovasi abate cair ini bermula dari melimpahnya pohon jeruk di sekitar lingkungan sekolah.
-
Siapa yang melakukan penelitian ini? Penelitian yang dipublikasikan di European Journal of Heart Failure ini dipimpin oleh Profesor Neil Herring, Profesor Kedokteran Kardiovaskular dan Konsultan Kardiologi di DPAG, bekerja sama dengan Profesor Pardeep Jhund dari University of Glasgow.
Usai dari pelatihan itu, lanjut Rahmad, Parlindungan pun mengajak siswanya mengembangkan pembakaran tempurung kelapa. Penelitian pun berhasil dan menghasilkan asap cair untuk pembeku karet (cuka) yang berkualitas.
"Cuka itu diracik dari asap cair tempurung kelapa itu dengan dibakar dengan menggunakan drum sehingga dapat membekukan karet dengan cepat. Selain itu menghilangkan bau karet yang tak sedap," ujarnya.
Rahmad menjelaskan, saat ini sudah banyak petani karet yang menggunakan cuka hasil karya anak Yayasan Yapita tersebut. Dibanding cuka lain, cuka hasil riset siswa MAK ini dinilai mampu membuat karet lebih keras dengan warna kecoklatan dan mudah kering.
"Untuk saat ini, sudah banyak digunakan oleh petani karet terutama para orang tua siswa sekolah (Yapita). Sudah banyak peminatnya, karena hasilnya memuaskan bagi petani karet, bila dibandingkan dengan cuka yang biasa digunakan oleh petani karet," terang Rahmad.
Selain itu, Rahmad menambahkan, cuka hasil karya siswa sekolahnya itu mulai dipasarkan dengan kemasan yang lebih memikat. Yaitu kemasan seperti botol air mineral isi 600 mililiter.
"Perbotolnya dijual seharga Rp 10.000 dan dalam 1 botol itu mampu membekukan karet yang sudah disadap hasil dari 1 sampai 2 hektar. Selain itu, hasil karet terlihat lebih berkualitas," pungkas Rahmad. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Brisket produksi pemuda ini berhasil tembus pasar internasional.
Baca SelengkapnyaRujak khas Aceh ini isiannya batok kelapa. Tertarik mencoba?
Baca SelengkapnyaPembuatan gula Jawa itu dilakukan secara tradisional dan menggunakan batok kelapa sebagai cetakannya.
Baca SelengkapnyaCita rasa keripik batang pohon pisang begitu gurih, dengan sedikit aroma harum yang tentunya membuat siapapun ketagihan.
Baca SelengkapnyaOlahan gula aren yang berasal dari hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh petani di Solok, Sumatra Barat.
Baca SelengkapnyaWisatawan bisa melihat langsung proses pembuatan gula kelapa secara tradisional
Baca SelengkapnyaMencicipi lezatnya Otak-Otak khas Kepulauan Riau, memiliki cita rasa dan tekstur yang berbeda dari biasanya, wajib coba!
Baca SelengkapnyaSebuah sentra produksi gula merah di Serdang Bedagai telah membuat inovasi menggunakan bahan baku limbah batang kelapa sawit yang sudah tidak produktif.
Baca SelengkapnyaWalau terbuat dari kayu, ulekan tradisional khas Cikanyere ini kuat.
Baca SelengkapnyaPara narapidana ini siap membuktikan dirinya telah berubah dan siap bermanfaat untuk masyarakat di sekitarnya
Baca SelengkapnyaSosoknya menginspirasi karena mampu merangkul anak-anak untuk mengasah bakat dan melihat peluang.
Baca SelengkapnyaUpaya Bambang Sardi mengolah kelapa menjadi minyak murni tidak mudah. Butuh tiga tahun melakukan riset hingga menciptakan Virgin Coconut Oil (VCO) tersebut.
Baca Selengkapnya